Rabu, 28 April 2010

Hidup ini adalah Perjuangan, Bung!

Berikut ini kisah Perjuangan Kakek, Nenek & Si Janggut dalam Menaklukan Bromo, lengkap dengan skrinsyut nya sehingga secara ekspresif menggambarkan kondisi dan situasi saat itu. Karena ini adalah kisah perjuangan, jadi jangan ada yang protes kalo di posting-an ini banyak kata-kata perjuangannya. Sebelumnya diinformasikan bahwa ini adalah kisah nyata *se-nyata-nyata-nya*.

Perjuangan pertama kita adalah melawan kantuk pukul 4 dini hari. Diikuti dengan perjuangan menyentuh air yang dingin kayak es batu untuk cuci muka. Sambil berjuang melawan udara dingin yang menusuk hingga ke tulang (mulai lebay), kita memulai tur dengan Jeep Mas T 1 YO ke Pananjakan untuk menyaksikan Sunrise.

Dalam kegelapan kita berjuang berjalan kaki sejauh kurang lebih 400 meter di jalanan yang menanjak hingga akhirnya tiba di gerbang Pananjakan yang ternyata sudah penuh sesak dengan orang. Melalui perjuangan menyisip-nyisip demi mendapatkan view yang tidak terhalang kepala-kepala orang, akhirnya saya dan kakek menemukan spot di tepi jurang yang tidak berpagar, sementara itu si janggut udah tepar entah dimana gara-gara jalan kaki 400 meter sembari mulut nya ga brenti menyinggung-nyinggung "ojek gendong".


Dengan khidmat saya dan kakek menyaksikan Sunrise, walaupun tertutup oleh awan dan pucuk pohon cemara. Itu pun dengan penuh perjuangan mempertahankan posisi agar tidak terdorong-dorong oleh rombongan pengunjung yang rusuh di belakang kita. Perjuangan kali ini adalah perjuangan antara hidup dan mati, soalnya kalau sampai terdorong akibatnya ya nyusruk ke jurang dan bye bye dunia fana....

Tidak puas dengan Sunrise yang tertutup awan (tapi tetap puas foto-foto), kita pun kembali ke Jeep Mas T 1 YO. Pemandangan spektakuler persis kayak di pelem-pelem saya saksikan melalui kaca jeep tersebut. Kadang sedikit ngeri ketika Jeep melewati jalan kecil di tepi tebing yang curam dan merasa kereeeeen abissss ketika menyebrangi Padang savana menuju ke Bromo. Seperti yang pernah saya sebut sebelumnya, persis kayak lagi ikut Rally Paris-Dakkar.



Tiba di kaki gunung Bromo, kita pun turun dari jeep dengan penuh sukacita. Mempersiapkan paru-paru untuk menghirup udara segar sebanyak-banyaknya..... Hhhmmm.... kog malah yang terhirup bau kotoran kuda.. Yah.. tapi ga pa pa lah.. setidaknya udara nya sejuk dan pemandangannya cocok banget buat foto-foto.



Puas-puaskanlah berfoto narsis dengan penuh keceriaan sebelum memulai perjuangan berat mendaki Bromo.

Siapkan fisik dan mental sebelum memulai pendakian. Yang paling penting adalah siapkan tenaga. Luangkan waktu untuk sarapan. Lebih bagus kalau sudah prepare bekal, tapi kalau tidak pun banyak warung-warung yang menjual makanan.

Jangan terpaku dengan sulitnya medan yang dilalui, usahakan sebisa mungkin tetap menikmati pemandangan yang indah di sekeliling kita. Namun tetap waspada dan jangan lengah dengan ranjau-ranjau yang berserakan di sepanjang jalan.

Hematlah nafas anda. Salah satu caranya adalah dengan TIDAK sambil menertawakan rekan anda yang kepayahan saat mendaki. Pada akhirnya anda sendiri lah yang akan kehabisan nafas karena kebanyakan ketawa. Jangan dipaksakan jika anda merasa sudah tidak kuat.

Beristirahatlah.......
Beli minum dulu sambil makan kacang. Ada beberapa penjual minuman yang menggelar dagangannya di sepanjang jalan menuju kawah. Nikmati saja suasananya.....
Kalau perlu sambil tidur dulu.

Yang penting.. jangan lupa untuk tetap terlihat se "semangat" mungkin dan se "optimis" mungkin walopun hidung tampak kembang kempis gara-gara napas tinggal senen kemis...

Masih belum kuat juga?
Kalau tidak kuat berjalan kaki, anda bisa menyewa Kuda. Dengan syarat, kuda nya mau di tunggangi oleh anda.
Para kuda akan menjauh dari anda apabila anda bergaya seperti kuda, karena si kuda asli akan merasa tersaingi.

Bagian tersulit dan terakhir dari rangkaian perjuangan ini, adalah mendaki tangga jahanam. pertahankan kecepatan konstan dan jangan paksakan apabila sudah tidak sanggup. Berhentilah untuk mengatur napas dan jangan hiraukan ledekan orang-orang yang sedang menuruni tangga dari arah sebaliknya.

Yakinlah.. bahwa orang-orang yang menggoda anda, sebelumnya juga mengalami hampir kehabisan napas akibat menapaki anak-anak tangga jahanam yang rasanya seperti ga ada abis-abisnya itu. Tetap semangat dan camkan di pikiran anda bahwa Puncak Bromo sudah tinggal beberapa langkah lagi.

Walaupun babak belur dan kehabisan napas, tapi perasaan telah menaklukan puncak gunung dengan penuh perjuangan segera menghapus rasa lelah itu.

Berfotolah dengan penuh kebanggaan dan kemenangan di tepi kawah Bromo *yang bau belerangnya sampe bikin pusing*




Selasa, 20 April 2010

War Remnant Museum II, Tiger Cage

Masih di dalam War Remnant Museum.....
Di luar gedung utama, yang telah saya bahas di postingan sebelumnya, dibangun semacam tiruan penjara untuk tahanan politik pada jaman pemerintahan Ngo Dinh Diem di Vietnam Selatan.

Ngo Dinh Diem dikenal sebagai presiden pertama di Vietnam. Setelah merdeka dari Perancis, Ngo Dinh Diem di asingkan ke Amerika Serikat oleh Ho Chi Minh. Kembali dari Amerika, Diem diangkat menjadi Perdana Menteri Vietnam Selatan oleh Kaisar Bao Dai (yang memimpin Vietnam Selatan setelah Perancis kalah). Namun tidak berapa lama Diem mengkudeta Bao Dai, dan dengan dukungan pengikutnya memaksa turun Kaisar tersebut dan mengangkat dirinya sendiri menjadi Presiden.

Sementara itu di Vietnam Utara, Ho Chi Minh dan pengikutnya sedang berusaha merebut Vietnam Selatan dan menggabungkan Vietnam Utara dan Selatan. Ngo Dinh Diem yang telah membina hubungan dengan Amerika pada saat diasingkan berhasil mendapatkan bantuan untuk memerangi kekuatan komunis yang sedang berusaha merebut pemerintahannya yang anti-komunis.


Some $US65 million in military equipment and $US136 million in economic aid were delivered that year, and by December 3,200 United States military personnel were in Vietnam. (from The Fall of Vietnam)

Pemerintahan Ngo Dinh Diem cenderung otoriter. Diem membangun Imprisonment System khusus untuk tahanan politik yang terkenal dengan sebutan Tiger Cage. Bangunan ini terbuat dari batu, lengkap dengan kawat berduri dan menara penjaga untuk mencegah tahanan melarikan diri.



Aslinya penjara ini terletak di Con Son Island (mirip dengan Al catraz di amerika atau nusakambangan di indonesia). Ruang tahanannya terletak di bawah tanah, tidak seperti penjara pada umumnya. Di tempat ini orang-orang yang dianggap komunis atau yang dianggap membangkang kepada pemerintahan Diem di tahan dan di siksa. Jarang dari mereka yang di beri makan dan minum sampai akhirnya mati lemas.

Replika Tiger Cage ini juga menampilkan foto-foto cara dan hasil penyiksaan tahanan. Dari mulai cara yang sophisticated, seperti dipasung dengan Guilotine (gambar disamping). Guilotine ini mampu memisahkan kepala dari badannya dengan cara yang sangat efisien dan efektif. Keranjang rotan yang disamping guilotine itu yang masih belum jelas, untuk menyimpan kepalanya atau menyimpan badannya ya?
 

Ada juga cara yang tidak sophisticated dan cenderung murahan seperti ditusuk-tusuk, dibakar, disetrum hingga di gelitiki hingga lemas. M-e-n-g-e-r-i-k-a-n. Yang di gelitikin itu siy ga secara jelas terpampang di museum ini tapi secara di gelitikin itu adalah salah satu jenis penyiksaan yang sangat mungkin dilakukan untuk membuat orang menderita ya saya anggap jenis penyiksaan itu sudah pasti dilakukan di sini.

Mungkin penggelitikan yang terjadi tidak secara langsung. misalnya dengan alat besi berlubang-lubang di bawah ini. Menurut keterangannya, para tahanan di paksa untuk berguling di atas besi yang berlubang itu sampai di kulitnya bercap lobang-lobang gitu. Saya asumsikan itu pasti rasanya geli-geli gitu.. hiiiiiii.... Tuh kan, berarti terjadi kan penyiksaan dengan cara penggelitikan.





Gambar yang disebelahnya itu, yang mirip kandang ayam. Itu sebenarnya adalah kandang orang. Ukurannya sekitar 30 x 100 cm, menurut keterangannya di dalamnya bisa memuat 4-6 orang. Berdesak-desakan geser-geseran pantat mirip seperti di angkot. m-e-n-g-e-r-i-k-a-n

Pada Tahun 1963, Amerika menghentikan bantuan nya kepada Ngo Dinh Diem akibat terjadi aksi bakar diri oleh biarawan budhis karena para kaum budhis yang mayoritas di Vietnam Selatan merasa di tekan oleh pemerintahan Ngo Dinh Diem. Banyak kaum Budhis yang disiksa dan ditahan dengan dalih bahwa kaum budhis tersebut sudah disusupi oleh komunisme.


Di tahun itu juga Duong Van Minh mengkudeta dan membunuh Ngo Dinh Diem, dan mengambil alih kekuasaannya. Setelah Ngo Dinh Diem meninggal, pemerintahan diambil alih oleh Minh. Sementara itu Amerika Serikat masih mengendalikan pemerintahan di Vietnam Selatan. Menaruh orang-orang pilihannya sebagai pejabat. Sementara itu perang Vietnam tetap berlangsung dan semakin kisruh hingga 12 tahun kemudian Vietnam Selatan kalah dan Amerika hengkang dari Vietnam.

FYI, Karena museum ini terletak di Vietnam, sudah tentu yang dipamerkan adalah penderitaan rakyat vietnam akibat perang. Tapi selain rakyat vietnam, tentara-tentara Amerika yang ditugaskan untuk berperang disini juga ga kalah menderitanya. Mereka dikirim untuk berperang tanpa alasan yang jelas, di tengah hutan tropis yang ganas, jauh dari rumah. Tidak sedikit dari para tentara tersebut yang jadi setress, depresi, ketergantungan morfin, sampai jadi gila. Tidak sedikit yang waras jiwanya, tapi invalid secara jasmani dan harus menanggung seumur hidup. Sedikit yang lolos dari perang itu tanpa jadi gila dan dengan anggota tubuh masih lengkap, tapi pasti seumur hidupnya akan dibayang-bayangi kekejaman dan kebrutalan perang.

Jadi intinya: it's not a matter who wins the battle, because everyone lose in war -->
kalimat ini hasil pemikiran saya sendiri loh.

Selasa, 13 April 2010

War Remnant Museum, Bukti Kekejaman Perang

"During the Vietnam War, the USA used 14 million tons of bombs and shells (20 times as much as the quantity used during the Korean War, 7 times as much as the one used during the Second World War), more than 70 million liters of toxic chemicals, among the 44 million liters of Agent Orange."

-brosur War Remnant Museum
War Remnant Museum mengkoleksi bukti-bukti kekejaman perang vietnam yang bisa membuat kita bergidik ngeri ketika melihatnya dan kalau yang mentalnya ga kuat bisa ga tidur 3 malem. Lokasi museum ini di 28 Vo Van Tan-District 3, ga jauh dari Reunification Palace. Cuman beda satu blok aja. Mengidentifikasi nya juga ga susah. Cari aja bangunan yang dihalamannya parkir pesawat-pesawat tempur, helikopter dan tank.


Yang dipajang di museum ini mayoritas adalah senjata-senjata yang digunakan pada saat perang Vietnam dan foto-foto yang diambil pada saat perang berlangsung. Termasuk koleksi foto dari 134 reporter perang dari 11 negara, yang kesemuanya tewas di medan perang.


Secara otentik foto-foto tersebut menggambarkan kondisi perang (live). Salut buat fotografer dan/atau reporter nya. Kalau saya mah boro-boro kepikiran buat foto-foto-in, yang ada sibuk menyelamatkan diri sendiri deh. Liat aja contoh gambar dibawah ini:


Gambar yang kiri adalah foto mayat yang hangus akibat US Napalm bomb. Sedangkan gambar yang kanan adalah potongan badan yang sudah tidak utuh lagi akibat ledakan bom juga. Masih banyak lagi foto-foto kebrutalan perang yang secara vulgar menampilkan tumpukan mayat bersimbah darah *uncensored*.

"During the Vietnam War, 3 million Vietnamese were killed (among the 2 million civilians), 2 million people injured, 300.000 people missed."


-brosur War Remnant Museum
Begitu banyak korban, ternyata yang di perang-in cuman pepesan kosong. Kalau menurut saya cuman karena ego US aja, gara-gara takut tersaingi sama komunis, yang jadi korban rakyat yang ga tau apa-apa. Berdasarkan pengetahuan saya yang sangat terbatas ini *merendahkan mutu menaikan harga* setelah memerdekakan diri dari jajahan Prancis, vietnam terbagi dua: Vietnam Utara dan Vietnam Selatan.

Vietnam Utara dikomandani oleh Ho Chi Minh (uncle Ho) - yang kemudian namanya diabadikan jadi nama kota, mendapat bantuan dari Negara China dan Rusia yang merupakan blok komunis. Sedangkan di Vietnam Selatan, Ngo Dinh Diem mendirikan negara Republik vietnam Selatan yang anti-komunis. Tapi tidak berapa lama, Ngo Dinh Diem di overthrown oleh kelompok Vietnam Utara yang bekerjasama dengan Vietcong (pemberontak di Vietnam Selatan) dalam usahanya menguasai Vietnam Selatan. Kemudian US pun makin agresif buat ikut campur karena sentimen nya sama blok komunis, padahal juga yang diributin negara seimut-imut gitu dengan penduduk yang cuman seberapa gelintir.


Dan menurut saya, tentara-tentara US itu terlalu lebay dalam menggunakan persenjataan perang. Secara yang diserang tuh negara kecil, penduduk nya sedikit, kehidupannya juga jauh kalah canggih dibandingkan Amerika di jaman itu. Mungkin juga US sekalian pamer kekuatannya *ga aneh lagi*. Sementara itu rakyat Vietnam, ga jauh beda dari Indonesia waktu jaman perang dulu, yang diandalkan ya kreatifitas semata.

Individual Sewer

Rakyat-rakyat desa yang letaknya masih di pedalaman hutan dan jauh dari peradaban juga ga lolos dari serangan bom udara tentara US, dengan dalih keparno-an US bahwa di desa-desa terpencil itu adalah sarangnya pemberontak (baca.vietcong).

Untuk melindungi diri dari Bom Udara US yang canggih, rakyat vietnam membuat Individual Sewer yang sederhana seperti gambar disamping untuk berlindung. Individual sewer ini berdiameter kurang lebih satu meter, terbuat dari semen. Kadang tempat perlindungan ini digunakan untuk satu keluarga, bukan hanya satu orang *jadi bukan individual dong*


Contoh Sewer asli yang dipamerkan di War Remnant Museum, milik Mr. Bui Van Vat... disumbangkan oleh jandanya. Pada tahun 1969, Mr Bui Van Vat bersembunyi di dalam Sewer bersama dengan ketiga cucu nya yang berusia 6, 8 dan 10 tahun. Tapi kemudian tentara US yang menyerang desa mereka membantai Mr Bui Van Vat dan cucu-cucu nya yang masih kecil itu di dalam tempat persembunyian mereka.

Komandan tentara US yang membantai Mr. Bui Van Vat (66 thn) beserta ketiga cucu nya adalah Bob Kerrey, yang beberapa tahun kemudian menjadi US Senator. Selain keluarga Mr. Bui Van Vat, korban pembantaian termasuk 15 warga sipil (yang salah satunya adalah ibu hamil). Pada tahun 2001, US Senator Bob Kerrey mengakui kejahatannya tersebut. Foto nya pun terpampang di War Remnant Museum.


Yah.. andaikata misalnya pada saat itu para kaum perempuan dan anak-anak rakyat vietnam sipil ikut-ikut menenteng senjata, ga salah juga.. mereka kan butuh mempertahankan nyawa. Kalau kemudian itu dijadikan dalih tentara US, yang katanya mereka sulit membedakan rakyat sipil dan pemberontak karena semua menenteng senjata... *cuman bisa geleng-geleng*


Agent Orange


Agent Orange ini semacam Herbisida yang bisa mematikan tumbuh-tumbuhan. Pada saat perang, US menyemprotkan bahan kimia ini ke atas hutan-hutan di Vietnam, maksudnya untuk memudahkan mereka dalam menyerang Vietkong yang bersembunyi di dalam hutan. Tapi ternyata efeknya sangat mengerikan. Merusak ekosistem alami dan sisa racunnya masih belum bisa hilang hingga sekarang.


"Over 2 million hectares of forests and agricultural lands destroyed by toxic chemicals"

-brosur War Remnant Museum


Ternyata, selain merusak lingkungan Agent Orange juga ber-efek ke manusia. Akibat menghirup dan/atau terkena bahan kimia berbahaya ini, ibu-ibu Vietnam mengandung anak-anak yang memiliki kelainan secara genetis. Fetus nya tidak berkembang secara normal, sehingga bayi-bayi tersebut akan terlahir dengan anggota tubuh dan organ yang tidak komplit atau tidak sempurna.


Contoh Fetus yang tidak sempurna yang telah di formalin juga di pajang di War Remnant Museum ini. Banyak anak yang sempat lahir dengan kondisi yang tidak sempurna, yang tidak mengerti apa-apa, tapi harus menanggung akibat kekejaman perang seumur hidup mereka.

-to be continued......

Rabu, 07 April 2010

Kakek & Nenek Menaklukan Bromo Feat. The Janggut

Dalam cuaca yang tak menentu, melalui perjalanan panjang berliku, mendaki gunung dan melewati lembah. Menyusuri setiap jengkal desa Cemoro Lawang demi menemukan tempat berlindung di tengah kehiruk pikukan Long Wiken. Untuk kemudian beristirahat semalam dan memulai dini hari yang dingin berkabut, menyusuri jalan terjal dalam kegelapan menuju Pananjakan untuk melihat sunrise *bukan sunset*. Menyusuri Padang savana dan lautan pasir Bromo diatas Jeep 4WD. Berjuang memanjat tebing dan tangga yang curam demi mencapai puncak. Hingga akhirnya Kakek & Nenek Kere featuring The Janggut (yang juga kere) BERHASIL menaklukan Bromo.

1. Menuju Bromo

Dari Bandara Djuanda - Surabaya, saya dan si kakek yang berbaju hitam *bukan abu-abu* memulai perjalanan dengan Bus Damri menuju Terminal Bungurasih, dimana kita akan bertemu The Janggut- Special Guest Star. Setelah tanya sana sini, si kakek memilih rute menuju Bromo melalui Probolinggo.

Secara saya disorientasi ya saya mah ngikut aja, walaupun kenyataannya si kakek juga ternyata dengan bangganya meng-klaim kalau "nyasar" adalah nama tengah nya. Kalaupun akhirnya kita bisa tiba di Bromo, itu semua adalah kuasa Tuhan. Special Guest Star kita juga tampaknya meragukan, secara di Terminal Bungurasih aja nyasar2 *menghela nafas*.

Dari Probolinggo, kita tinggal naik mobil angkutan ELF langsung ke Desa Cemoro Lawang, di Bromo situ. Turun dari bus juga banyak kog yang nawar-nawarin.

Damri Bandara Djuanda - Terminal Bungurasih : IDR 15.000
Tiket Peron : IDR 200
Bus AC Terminal Bungurasih - Probolinggo : IDR 23.000
ELF Probolinggo - Bromo (Cemara Lawang) : IDR 25.000

2. Penginapan

Beginilah kalimat si kakek sewaktu kita merencanakan perjalan,"ga usah khawatir, disana banyak penginapan kog..rumah-rumah penduduk di sewa-sewa-in (baca.guesthouse)"
Memang siy disepanjang jalan di Desa Cemoro Lawang itu berderet penginapan dan guest house. Tapi karena long wiken jadi penuh semua... Untungnya supir ELF kita berbaik hati mengantarkan kita (beserta penumpang lain yang adalah turis asing) mencari penginapan.

Akhirnya kita dapat penginapan paliiiiiing ujung, bentuknya cottage bernama Bromo Permai. Kebetulan tinggal sisa 3 kamar Ekonomi (utk 3pax, no breakfast, no hot water & kamar mandi luar), pas untuk kita dan turis-turis asing itu. Tadinya kita pikir harganya bakal mahal eh ternyata murah.

Penginapan IDR 110.000/kamar = IDR 37.000/pax.

Dengan langkah bahagia kita berjalan di taman yang indah, menuju arah yang ditunjukkan petugas hotel. Dari depan kamar itu kita bisa langsung melihat pemandangan gunung Bromo yang mengeluarkan asap putih.. indah sekali... Sembari membayangkan duduk di terasnya dan menikmati pemandangan, kami menebak-nebak.. Hmmm.. kamar kita yang mana ya?

Oh oh oh... itu petugas hotel berdiri di samping kamar pas banget di depan taman. Kita segera bergegas mendekati Petugas itu ternyata jari nya menunjuk ke lorong di belakang kamar yang kita sangka akan jadi kamar kita *ge-er-an*.

"Di belakang" kata petugas itu.


3. Jeep Mas T 1 YO

Pukul 3 subuh kita di bangunkan oleh gedoran di kamar. Tapi dasar pada turunan kebo semua, jam 4 baru kita keluar kamar. Setelah sedikit PeDeKaTe sama sepasang suami-istri asal sidoarjo, kita mengajak mereka untuk bareng men-charter Jeep. Hampir aja kita kehabisan jeep dari hotel karena tidak booking dulu malam sebelumnya, untungnya disaat kita sedang gundah Mas T1YO datang menawarkan Jeep-nya.

Charter Jeep IDR 300.000 per mobil, dengan rute: Pananjakan - melintas padang savana - Bromo - kembali ke Hotel. Rasanya nyaris seperti sedang Rally Paris Dakkar (eeeng... kayaknya siy.. soalnya belom pernah ngerasain juga).

Harga sewa Jeep (Lima Orang) = IDR 60.000 per orang




4. Total Budget

Not Include: Tiket Pesawat, makan, minum, oleh-oleh, ngasih pengamen, dan pengeluaran tak terduga lain.

IDR 223.400 per orang

Huhuuuy... menyenangkan....

Kamis, 01 April 2010

Visiting Budha

Kebudayaan dan Kepercayaan masyarakat Vietnam dan Kamboja (menurut wikipedia) sama-sama banyak dipengaruhi oleh Budha Mahayana. Uniknya kedua negara ini, walaupun sangat berdekatan, memiliki bangunan ibadah yang sangat berbeda sekali.


Di Vietnam, banyak bertebaran bangunan ibadah agama Budha berbentuk Pagoda. Di Kamboja bangunan ibadah nya berupa Wat (mirip dengan struktur bangunan candi di Indonesia). Perbedaan ini sempat menimbukan suatu pertanyaan di kepala saya, dan sempat saya tanyakan juga kepada Cipu. Menganut kepercayaan yang sama tapi kog bentuk bangunan ibadahnya bisa berbeda banget.

Sebenarnya saya belum mendapat jawaban yang pasti. Tapi kalau menurut ke-sok-tau-an saya siy perbedaan itu karena Vietnam lebih dekat dengan China sehingga pengaruh China lebih kental, akibatnya di negara itu tempat ibadah yang lazim bertebaran dimana-mana adalah berbentuk Pagoda China. Sedangkan Kamboja, yang tetangga-an sama Thailand, lebih banyak dipengaruhi unsur India. Kalau ada yang lebih mengerti masalah ini, bisa tolong jelaskan kepada saya? dan kalau saya salah mohon di koreksi.. hehee..

1. Quoc Tu Pagoda


Ini adalah satu-satu nya Pagoda yang sempat kita kunjungi di Ho Chi Minh karena letaknya paling terjangkau. Cuman di pengkolan *halah*. Masuk nya juga Free alias Gretongan. Kelihatannya tidak ada yang istimewa-istimewa banget dari Pagoda ini, walaupun memang banyak turis yang datang berkunjung. Malahan lebih banyak turis nya daripada orang yang beribadah.


Di halamannya ada Patung Dewi Kwan Im Raksasa, bisa dilihat perbandingannya sama saya yang foto di depan patungnya.Ada juga patung Dewa (atau Dewi ya?) yang tangannya banyak- yang setiap tangannya itu memegang senjata yang berbeda-beda (siapa ya namanya?). Ada seorang Biksu di samping gerbang yang membuka lapak, menjual dupa berbagai ukuran. Dan banyak ibu-ibu yang menjual burung-burung kecil *entah untuk keperluan ibadah atau untuk di piara*







Bagi yang sempat meluangkan waktu sebaiknya jangan lewatkan untuk mengunjungi Cao Dai Temple. Biasanya kalau kita ikut tur Cu Chi Tunnel yang satu hari, termasuk mengunjungi Cao Dai Temple ini. Sayang nya waktu itu saya, Cipu dan Mba Vonny hanya mengambil tur Cu Chi Tunnel yang setengah hari karena malamnya sudah harus kembali ke Jakarta.

2. Wat Phnom

Wat Phnom dibangun Tahun 1373, namun katanya sudah mengalami beberapa kali renovasi hingga saat ini. Untuk masuk ke Wat Phnom, tarifnya sebesar USD 1 saja (untuk penduduk lokal tidak dipungut bayaran). Yang saya perhatikan di bangunan-bangunan asli Kamboja, pasti ada sepasang ular kepala tujuh yang nongkrong di samping tangga-tangga nya. Setelah browsing kesana kemari ternyata Patung ular kepala tujuh itu adalah Naga, yang tugas nya menjaga Wat. Kenapa kepalanya tujuh? Katanya sih itu me-represent jumlah warna pelangi. Sebentar...sebentar.. coba saya hitung dulu warna pelangi: Me Ji Ku Hi Bi Ni U eh.. iya bener ada tujuh.. hihiiii..

Selain Naga ada juga dvarapalas (patung berbentuk orang yang konon kabarnya adalah God Warior) dan Chinthe (patung yang bentuknya Singa). Tiga serangkai itulah yang menjaga jalan masuk Wat Phnom.





Di balik Wat Phnom ada stupa dan patung salah satu Raja Khmer, Ponhea Yat. Di hadapan patung Raja Ponhea Yat tersebut ada Jam Raksasa yang berbahan dasar tumbuh-tumbuhan. Kira-kira kalau jam segede gitu batere nya segede apa ya? *garuk-garuk dagu*




Kalau di perhatikan relief-relief di bangunan ini, sepertinya mirip-mirip sama relief-relief yang ada di Candi-candi Jawa. 

Jadi ada semacam cerita legenda (ga tau bener atau enggak). Salah seorang Raja Water Chenla pernah sompral mulut nya, menyatakan kalau beliau mampu memenggal kepala Maharaja dari tanah Jawa dan di sajikan di nampan gitu *sadis*. Sampailah berita ini ke telinga Raja, langsung panas deh si Raja itu. Akhirnya Raja berangkat menyerbu kerajaan tersebut dan memenggal kepala Raja Chenla yang sombong itu. 

Raja tersebut memerintahkan kepada perdana menteri Khmer untuk mencari pengganti rajanya dan dipilihlah Jayavarman II yang sebenarnya masih keturunan Raja Funan, tapi lahir dan besar di Jawa pada masa dinasti Sailendra.  Keluarga nya mengungsi ke Jawa pada saat Funan di kalahkan Chenla. Jayavarman II kembali menjadi raja di tanah leluhurnya dan memulai Khmer Empire. 

Walaupun pada saat pemerintahannya Jayavarman II menyatakan bahwa kerajaannya tidak lagi berada di bawah kekuasaan Jawa tapi menurut para ahli-ahli ternyata budaya dan seni dari dinasti Syailendra itu terbawa dan mempengaruhi kesenian Khmer, hal ini bisa dilihat dari  bangunan-bangunan keagamaan yang terdapat di Angkor.

Khmer Empire berjaya dari abad ke-9 sampai abad ke-13. Dari segi religion, Khmer di pengaruhi oleh Hindu (yang menyebar dari India sejak abad ke-1) dan Budha Mahayana (yang  dibawa oleh Jayavarman II  sebagai salah satu pengaruh dari dinasti Syailendra). Ketika ajaran Budha Theravada yang merambat dari Sri Lanka mulai mendominasi di akhir abad ke-13, dari situlah awal kehancuran kerajaan Khmer. Kawasan kekuasaannya pun mulai melepaskan diri satu persatu.


3. Silver Pagoda


Kalau yang ini namanya memang Pagoda, tapi beda sama Pagoda model China yang banyak di Vietnam. Pagoda ini terletak di kompleks Royal Palace di Pnom Phen, Kamboja. Untuk mengunjungi Pagoda ini harus membayar entrance fee USD 6.5. Syaratnya harus menggunakan pakaian yang sopan (celana dibawah lutut) dan kalau masuk ruangan harus lepas topi dan sepatu. Mengambil foto dengan kamera juga tidak di perbolehkan.


Di dalam Silver Pagoda terdapat banyak Patung-patung Budha berbagai macam pose dan ukuran. Tapi yang paling istimewa adalah Patung Budha ukuran asli yang terbuat dari Emas asli & di hiasi batu-batu giok.

Halaman Silver Pagoda juga cantik dan artistik banget. Ada pohon kamboja, kolam-kolam bunga teratai, stupa-stupa, dan ada hutan-hutan-an kecil juga. Tapi puanas nya bo'... terik banget.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...