Rabu, 18 Agustus 2010

Cu Chi Tunnel

Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam di dalam perahu akhirnya rombongan Delta Tur menepi di Cu Chi Village. Hop! kami pun berbaris melompat dari perahu menuju daratan.


Cu Chi Village adalah perkampungan tempat persembunyian Vietkong, rakyat vietnam yang memberontak against Amerika. Letaknya tersembunyi di dalam hutan, di lindungi oleh jebakan-jebakan dan ranjau sehingga tidak terjangkau dari serbuan musuh. Untuk mencegah jebakan tersebut menciderai rakyat nya sendiri, mereka punay semacam kode rahasia untuk menandai suatu lokasi itu ada ranjau/jebakannya.


Rakyat vietkong ini membuat rumah-rumah mereka di bawah tanah, dengan atap yang terbuat dari daung-daunan kering sehingga sama-samar keliatan seperti daun-daun kering yang rontok dari pohon, kalau di lihat dari atas helikopter.

Sama seperti rumah pada umumnya, rumah-rumah di Cu Chi Village memiliki
beberapa ruangan; dapur, ruang makan dan ruang tidur. Perbedaannya hanya rumah ini terletak underground alias di bawah tanah yang gelap, lembab dan kurang oksigen.

Untuk memasak mereka menggunakan tungku kayu bakar seperti milik nenek-nenek kita di desa. Canggih nya, untuk menyamarkan asap yang timbul dari tungku tersebut, asap hasil pembakaran di alihkan dulu menggunakan semacam ventilasi hingga jauh dari perkampungannya. Semacam cerobong asap itu akan di tembuskan di bawah pohon. Orang yang melihat asap keluar dari bawah pohon mungkin tidak akan menduga kalau asap itu adalah asap kompor.


Dalam Tur ini, kita juga di beri tahukan, makanan apa sih yang dimasak dan dimakan oleh mereka. Kami serombongan di giring ke semacam ruang makan, kemudian tur guide kami mulai menjelaskan. Pada saat perang tersebut, rakyat vietkong yang dalam persembunyian tidak makan nasi, soalnya ga mungkin lah bikin sawah buat tanam padi. Terus juga sayur-sayuran terbatas banget karena di dalam hutan begitu. Mau berburu binatang juga resikonya tinggi banget, malah bisa-bisa bukannya memburu binatang malah di buru tentara amerika pake senapan M16. Jadi satu-satunya yang bisa mereka makan tiap hari adalah makan ini.

Berikutnya, kami (serombongan tur) akan di sajikan makanan mereka selama perang dan kita boleh mencicipi. Saya sudah deg-deg-an , penasaran. Jangan-jangan yang mereka makan itu semacam buah-buahan aneh atau mungkin (ekstrimnya) malah serangga-serangga, atau mungkin malah makan ular hiiiii....

Ternyata ketika makanannya keluar... Singkong Rebus... *sigh*
saya pun kecewa, klo beginian mah di Indo juga banyak. Tapi karena lapar akhirnya malah saya, cipu dan Mba vony yang lahap makan tu singkong, itung-itung makan siang. Jauh-jauh ke vietnam, ke dalam hutan, cuman buat makan singkong rebus wkwkwkkk....


Setelah makan siang singkong rebus, tibalah saat yang kita tunggu-tunggu. Masuk ke terowongan rahasia,,, Untuk lebih menyamarkan pergerakan mereka, dibuatlah terowongan agar mereka dapat berjalan-jalan tanpa takut terdeteksi musuh. Terowongan ini terdiri dari 3 level kedalaman, yaitu 4 Meter, 6 Meter dan 8 Meter di bawah permukaan tanah. Ukurannya kecil banget, cuman cukup buat dipake jalan sambil merangkak. Kalau imut nya se saya sih bisa sambil bungkuk.

Saya, Cipu & mba Vonny, sama sekali tidak kesulitan melewati lorong-lorong mungil itu,, secara kita kan jg imut-imut *hueekk*. Yaaah.. walaupun agak sesak napas kurang oksigen di bawah sono, tapi kita berhasil melalui 3 level terowongan itu tanpa banyak kesulitan. Yang masalah ya bule-bule yang berbadan besar-besar itu. Jangan kan mau jalan di dalam nya, masuk aja susah.


Sepertinya sih itu juga termasuk tak tik strategi Vietkong, untuk mencegah tentara Amerika mengikuti mereka masuk ke terowongan rahasia itu. Jadi sengaja dibuat terowongan itu sekecil mungkin sehingga hanya muat untuk badan mereka yang juga mungil-mungil (seperti saya).

Selain terowongan, Vietkong juga membuat lubang persembunyian rahasia di dalam tanah. Lubang tersebut sedemikian efisiennya sehingga - sekali lagi, hanya orang yang imut dan keren seperti saya yang bisa masuk. Sedangkan Mr. Herman, Turis asal Australia cuman bisa mencemplungkan betisnya doang. Itu kan berarti ukuran si saya ini hanya sebesar sepasang betisnya Mr. Herman.

Mr. Herman jugalah yang dengan mudahnya mengangkat saya dari lubang persembunyian tersebut ketika saya kesulitan untuk keluar dari kedalaman 2 meter itu. Rupanya para vietkong itu lupa bikin tangga di lubang persembunyiannya *tepok jidat*





Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...