Senin, 22 September 2014

Dakken

Pada postingan tentang Bandung yang sebelum ini saya memang bilang kalau perkembangan di kota kembang ini dalam beberapa tahun pesat sekali dari segi wisata nya, ya termasuk wisata kuliner dan akomodasinya. Sepertinya tiap minggu ada aja tempat kuliner baru, hotel baru, tren wisata baru di Bandung. Tapi di tempat tertentu keadaan masih sama persis seperti beberapa tahun lampau ketika saya tinggal di Bandung.

Contohnya di Pasar Simpang Dago. Belum lama saya lewat di daerah itu dan memperhatikan pedagang kaki lima yang ada di sederet jalan seberang pasar simpang. Saya dan Chacha memperhatikan penjual-penjual makanan tempat kita biasa bergerilya di sore menjelang malam, ternyata masih sama seperti dulu. Pecel Lele-nya, Roti bakar-nya, Nasi goreng-nya, tendanya pun masih model yang dulu. 

Ada satu tempat ngopi, terletak di Jalan Riau tempat saya biasa menghabiskan waktu sama temen-temen dulu. Biasanya sih menghabiskan waktu di awal-awal bulan ketika baru dapet kiriman uang bulanan. Namanya Dakken. Dulu tempat ini comfy sekali, di tata seperti rumah, ada ruang tamu, ruang kamar, ruang makan dan beranda. Terakhir saya ke Bandung sama Chacha kita mampir ke tempat ini. Dari luar tampak tidak berubah, walaupun ketika masuk ke dalam ternyata konsepnya sudah dirubah sedikit. Semua ruangan di pasang meja makan, furniture nya tidak bervariasi lagi seperti dulu. 

Ada satu hal lagi yang tidak berubah. Ketika Chacha menanyakan apa menu spesialnya, ternyata rekomendasi waiter masih sama persis seperti dulu. Aaaaah.. nostalgia masa muda.

Cemilan Nostalgia

Akuh merasa muda kembali

Ini Jaman dahulu kala nya, tebak aku yang mana



Senin, 08 September 2014

Pertanyaan Besar Dalam Hidup

Apa kamu punya satu pertanyaan besar yang terus menghantui sepanjang hidup? Saya punya beberapa, salah satunya sudah menghantui saya selama sekitar 20 tahun:

Kenapa ikan matanya di samping tapi jalannya kedepan, tapi kepiting matanya ke depan jalannya ke samping?

Puluhan tahun saya terus mencari jawaban dari pertanyaan itu tapi hingga sekarang saya belum menemukan jawaban yang memuaskan. Dalam perjalanan-perjalanan pencarian innerpeace pun saya tetap berusaha mencari jawaban atas pertanyaan krusial dan mendasar dalam hidup saya itu. 

Di tengah pencarian, saya menemukan suatu fakta yang tidak saya ketahui sebelumnya ketika saya membuat pertanyaan "kenapa ikan matanya di samping". Bahwa ternyata tidak semua ikan matanya disamping, ada juga ikan yang matanya di depan, misalnya ikan hiu. Ikan yang matanya di samping adalah ikan-ikan yang posisinya di rantai makanan berada di tingkat bawah, sementara ikan predator yang posisi nya ada di atas rantai makanan punya mata di depan. 

Hubungan posisi mata dan posisi mahluk hidup di rantai makanan tidak hanya berlaku untuk ikan. Hal tersebut berlaku juga untuk hewan yang hidup di darat. Contohnya, hewan yang selalu diintai predator seperti ayam, kambing, kelinci, rusa, punya mata di samping. Sementara hewan yang berada di top of the food chain seperti singa, buaya, macan, punya mata di depan. Kalau mau fair bisa dimasukan juga spesies kita, manusia yang punya mata di depan.

Mahluk hidup yang selalu merasa terancam oleh predator punya mata di samping agar mereka lebih leluasa melihat sekeliling mereka. Tentu saja untuk lebih cepat melihat apakah ada ancaman dari sekitar mereka supaya bisa cepat-cepat kabur - ke arah depan - sementara mata mereka masih bisa mengawasi sekitar. Posisi mata mereka yang disamping itu lah yang membantu mereka untuk survive.

Tapi fakta yang saya temui itu tidak bisa menjawab kenapa kepiting malah sebaliknya, matanya ke arah depan tapi jalannya ke samping. Di rantai makanan pun kepiting tidak berada di posisi atas, hewan laut crustacea bercangkang ini merupakan santapan bagi hewan laut besar seperti gurita, anjing laut, singa laut, lobster laut yang ukurannya lebih besar dari kepiting. 

Ikan-ikan sepertinya jarang yang bisa makan kepiting karena cangkang nya yang keras. Palingan kalo ada yang makan langsung di lepeh lagi gara-gara keras. Kulitnya yang keras itu lah yang membantu kepiting survive dari ikan-ikan lapar. Tapi cangkangnya yang keras tidak sepenuhnya membantu kalau pemangsanya adalah gurita yang punya sulur-sulur kuat yang bisa meremukan cangkang kepiting. Atau oleh lobster besar yang cangkang nya jauh lebih keras dari cangkang kepiting dan punya capit besar yang bisa meremukan cangkang oranyenya seperti tang penjepit kulit kepiting di rumah makan sea food.

Punya kulit yang keras saja tidak cukup untuk kepiting agar bisa survive. Tapi mungkin karena kepiting ga punya mata di samping untuk selalu memantau sekeliling, karena itu kepiting harus selalu tiarap seperti seorang tentara yang lagi mengendap-ngendap di tanah supaya ga ketauan musuh. Tiarapnya kepiting bisa maksimal karena kaki-kakinya disamping, trade off nya adalah dia jadi tidak bisa jalan kedepan, konstruksi kaki-kakinya membuat kepiting hanya bisa jalan kesamping. Dengan menyamping juga lebih memudahkan kepiting menyusup ke lubang dalam pasir atau ke sela-sela batu. Jadi jalan menyamping membantunya survive.

Terus setelah sekian tahun, apa yang membuat saya tiba-tiba jadi kepikiran menghubungkan pertanyaan "Kenapa ikan matanya di samping tapi jalannya kedepan, tapi kepiting matanya ke depan jalannya ke samping?" dengan teori survival.

Pemikiran itu dipicu dari film  Hercules yang saya tonton kemarin, waktu Hercules ngomong ke tentara yang dilatihnya sebelum perang kalau yang terpenting dalam perang adalah bukan berapa banyak musuh yang dibunuh, tapi yang penting adalah bagaimana caranya supaya diri sendiri bertahan hidup - survive. 

Dari sebaris kalimat Hercules itu dan rangkuman dari beberapa tahun perjalanan mencari innerpeace, saya teringat pertanyaan besar dari kehidupan saya itu. 

Mungkin selama ini jawaban yang saya cari tidak rumit. Malahan mungkin jawaban yang saya cari sangat simpel. 

Kenapa ikan matanya di samping tapi jalannya kedepan, tapi kepiting matanya ke depan jalannya ke samping?

Supaya mereka bisa bertahan hidup.






.....tapi kemudian timbul lagi satu pertanyaan:

Kenapa udang jalannya mundur?


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...