Jumat, 24 Juli 2015

Menuju Puncak Kenteng Songo 3142 MDPL

Seperti biasa, kali itu saya memulai perjalanan dari kantor. Muncul di kantor dengan menggendong keril yang disematkan matras dan menenteng hiking boots, semua sekuriti, tukang kebun, mba kantin serta segenap bapak2/ibu2 tetangga ruangan kantor secara kompak bertanya : mau ke gunung? 

Yang saya jawab dengan senyum simpul sok misterius supaya terkesan cool gitu. Jawaban sama yang saya berikan kalau ada yang nanya : kapan nikah?

Jam 5 tepat saya bergegas mencegat taksi di depan kantor menuju Stasiun Senen, mengejar kereta ekonomi AC ke Stasiun Poncol Semarang. Jalanan hari itu lenggang jadi saya tiba lebih dulu dari kawan-kawan saya yang berangkat dari bekasi. Gak lama saya menunggu di depan seven eleven stasiun senen, muncul sosok-sosok yang familiar, kawan-kawan saya telah datang.

Kereta berangkat tepat waktu, tiba pagi hari di Stasiun Poncol. Kami sudah ditunggu mobil angkutan sewaan yang akan membawa kami menuju Wekas, titik awal pendakian. Jalur yang akan kami tempuh dimulai dari Wekas dan berakhir di Selo. Kami dibawa sarapan di warung nasi dalam perjalanan. 

Tiba di Basecamp Wekas tiba-tiba turun hujan dan kabut. Kami memutuskan menunggu hujan reda, baru mulai jalan. Sementara itu banyak pendaki yang tiba di basecamp dalam keadaan basah kuyup, ada rombongan yang baru turun, ada juga rombongan yang baru mau naik tapi keburu hujan jadi memutuskan balik lagi.

Kami menunggu hingga lewat tengah hari, hujan sudah mulai reda walau masih rintik-rintik. Lumayan terasa dingin di muka. Jalan sebentar di jalan setapak yang menanjak di antara perkampungan penduduk dan kebun sayur, selepas melewati perkampungan hujan deras lagi, kami berteduh di pinggir sebuah makam keramat. Untungnya gak lama hujan berhenti, jalan tanah becek berlumpur yang licin harus kami lalui sepanjang perjalanan. 

Sampai di pos 1 saya merasa lapar dan baru ingat kalau terakhir makan pagi hari di warung menuju ke Wekas dan siangnya gak makan apa-apa karena hujan. Saya makan biskuit sambil menunggu kawan-kawan serombongan yang masih di belakang. Cukup lama istirahat sambil foto-foto di pos satu, setelah semua rombongan lengkap kami kembali meneruskan perjalanan ke tempat kemah kami untuk malam itu, Pos 2.

Saya dan 3 orang kawan tiba lebih dulu di Pos 2, saat itu matahari baru saja tenggelam, sesaat sebelum gelap. Saya masih sempat mendirikan tenda saya sendiri - tenda dome kapasitas 2 orang, sebelum gelap, setelah itu saya bantu memegang senter ke kawan-kawan lain yang sedang mendirikan tenda mereka. Setelah gelap baru mulai terasa dingin banget sampai terasa ke tulang sumsum. Setelah makan malam saya langsung masuk ke dalam tenda. 

Tengah malam saya terbangun karena berasa dingin walaupun sudah pakai kaus kaki dobel, sarung tangan dan menutup rapat sleeping bag. Di rombongan yang perempuan hanya dua orang, saya dan kawan setenda saya waktu itu, dia baru pertama kali hiking. Kondisinya payah banget akibat pendakian hari pertama itu. Ternyata bukan hanya saya yang kedinginan, kawan saya itu sampai menggigil. 

Saya sempat bilang ke dia untuk pakai semua baju yang dia bawa berlapis-lapis gitu kemudian mengamati sekeliling tenda yang memang baru perdana dipakai ke gunung itu. Biasanya tenda saya cuma dipakai kemping di kebun samping rumah. Ternyata ada celah dibawah pintu yang bisa dimasuki udara dingin. Di malam kedua saya mulai tutup celah itu pakai jaket dan keril dari awal, belajar dari pengalaman malam pertama, jadi gak pake ada acara menggigil lagi.

Di malam pertama itu setelah terbangun karena dingin, saya jadi tidak bisa tidur lagi. Malah kebelet pipis. Saya lihat jam di iphone, hampir jam 3 subuh. Gak tahan, akhirnya saya keluar dari tenda menuju ke semak-semak. Sumpah! pantat kayak dicelupin ke air es pas buka celana, dingin banget. Brrrr... 

Balik ke tenda saya malah ikut nimbrung di tenda kawan saya di sebelah yang lagi rame rumpi sambil ngopi. Dibikinin kopi segelas akhirnya ikut ngobrol sampai pagi. Ketika mulai terang baru keliatan kalau ternyata banyak banget tenda warna warni di pos 2 itu. Jalan lewatin semak-semak sedikit di belakang tenda kami ada spot yang pemandangannya bagus banget. Bisa lihat pucuk gunung Sindoro, Sumbing dan Prau berdampingan diatas awan.


Sarapan pagi digelar di atas trashbag, nasi dan lauk-lauk nya plus sayur sop diletakkan di situ untuk dimakan berjamaah. Khusus dua orang perempuan manis yang udah pasti kalah kalo rebutan makan sama segerombolan cowo-cowo lapar dikasih piring dan boleh ambil makanan duluan. Selesai makan saya langsung beres-beres barang dan lipat tenda. Di pos 2 ini ada keran air buat refill persediaan air minum, karena dari situ sampai turun di selo sudah tidak ada sumber air lagi.

Dari mulai pos 2 ini jalanan terus menanjak. Di persimpangan antara Puncak Syarif dan Puncak Kenteng Songo kami istirahat lagi sambil menunggu rombongan yang tertinggal. Sebenarnya katanya di Merbabu ada 7 puncak, tapi tujuan kami kali ini hanya ke Kenteng Songo karena waktunya yang sangat terbatas.

Saya sempat makan mi instant mentah dan tidur-tiduran sambil berjemur di matahari yang hangat. Dari posisi sunbathing saya terlihat sebidang pasir yang katanya helipad, tapi terlalu malas untuk turun ke bawah situ, saya hanya leyeh-leyeh bersandar di batu besar. 

Setelah rombongan komplit lagi kami meneruskan perjalanan yang semakin menantang ke puncak Kenteng Songo. Saat itu jarak antar rombongan semakin lama semakin jauh. Saya dan beberapa kawan yang jalan lebih dulu sempat menunggu kawan-kawan yang lain mendekati jembatan setan. Salahnya posisi nunggu kami gak enak, gak terlindung, langsung kena angin dan pas kabut mulai turun rasanya dingin banget. Akhirnya gak kuat kedinginan kami meneruskan jalan duluan ke puncak. 

Jembatan Setan Merbabu
Karena terlalu lama menunggu di bawah, sampai di Kenteng Songo sudah kesorean dan kabut sudah turun. Kawan-kawan serombongan yang lain belum menunjukan tanda-tanda kemunculan, akhirnya kami mencari tempat dibelakang batu yang agak terhalang dari terpaan angin dingin dan mulai mengeluarkan kompor. Kawan saya memasak air dan kami masing-masing menyeduh minuman hangat. Saya yang gak suka banget sama jahe, seumur hidup baru kali itu terpaksa minum wedang jahe segelas. Itu juga wedang jahe nya cuma sempat hangat 2 menit, cepet banget dinginnya. Setengah gelas kemudian yang saya minum udah berupa es wedang jahe kayak baru keluar dari kulkas. 

Kawan-kawan yang lain baru mulai berdatangan setelah mulai gelap. Beberapa tenda tampak sudah berdiri di sisi Kenteng Songo, yang pasti jenis tenda canggih yang tahan terpaan angin kencang. Kami menuruni Kenteng Songo menuju tempat perkemahan malam kedua dalam keadaan gelap. Saya sempat tergelincir karena salah melangkah kemudian jatuh dan sempat terguling satu kali. Dalam keadaan telungkup saya terperosok ke bawah tertarik gaya gravitasi, tangan saya menggapai-gapai dalam gelap mencari pegangan tapi karena di jalur itu tidak ada vegetasi yang besar jadi saya hanya menggapai-gapai hampa aja. 

Karena gelap saya tidak bisa lihat saya terperosok kemana, yang saya tahu badan saya makin jauh terperosok ke bawah. Sempat tertangkap sesuatu yang berasa seperti akar, tapi terlalu lemah untuk menahan berat badan saya ditambah keril yang ditarik gravitasi. Untungnya beberapa saat kemudian saat saya nyaris pasrah bakal terus nyusruk kejurang, badan saya tertahan oleh semak yang lumayan rimbun. Seketika saya berhenti meluncur tapi teriakan saya yang kaget karena tergelincir masih terdengar gemanya.

Peristiwa itu bikin adrenalin meningkat dan dengkul lemes. 

Setelah turun dari Merbabu saya baru sadar kalau peristiwa itu juga bikin ankle kaki kiri saya bengkak akibat terkilir.

Malam itu hujan turun dengan derasnya, untung tenda saya sudah berdiri sebelum hujan deras. Untung di malam sebelumnya saya sudah tahu lokasi celah di tenda saya, jadi sempat saya tutup plastik di tambah keril dan jas hujan. Sempat khawatir juga kalau air hujan merembes ke tenda, karena sebelumnya tenda say aiu belum pernah di uji coba di kondisi hujan dan berangin kencang. Untungnya sih enggak. 

Keesokannya sebelum nyasar, seperti yang pernah saya ceritain dipostingan Salah Jalan (klik link birunya), saya sempat foto dengan latar pucuk Gunung Merapi yang menjulang di atas awan. Keesokan harinya baru saya dengar kabar, di hari yang sama saya foto dengan Merapi itu ada orang yang jatuh ke dalam kawah Merapi.

liat kan merapi nya yang abu-abu itu di tengah awan



Rabu, 15 Juli 2015

Mendadak Bali Part 2 ; Dalam Rangka Bisnis Trip

Sebelum yang baca ini pada bertanya Part 1 nya dimana lebih baik saya jelaskan dulu kalau Part 1 nya memang belum ditulis. Terus kenapa langsung Part 2 ?

Jadi ceritanya begini, gak panjang kog, dalam waktu dua bulan terakhir saya dua kali mendadak harus ke Bali, tanpa planning sebelumnya. Yang pertama waktu pulang dari Merbabu, tapi itu nanti akan saya ceritakan di Mendadak Bali Part 1, yang hingga saat ini belum saya tulis. Yang kedua, ya ini, yang akan saya bahas di postingan kali ini. Karena saya pengen nulis nya sesuai runutan waktu jadi yang dalam rangka bisnis trip ini tetap saya kasih judul part 2 walaupun ditulis dan diposting lebih dulu dari part 1 nya.

Ngerti kan? 

Di awali dari perkenalan saya dengan seseorang bernama Pak Made yang menawarkan untuk mengerjakan proyek di Bali. Untuk itu saya dan seorang partner kerja berangkat ke Bali untuk survei lokasi. Kami beli tiket pergi dua hari sebelum keberangkatan, tanpa tiket pulang karena rencana kegiatan kami di Bali belum jelas. 

Hari pertama.

Selepas sahur saya langsung minta diantar ke pool taksi dekat rumah saya oleh Chacha. Tiba di terminal 3 saya langsung menghampiri kawan saya yang lagi sahur sarapan Bakmi GM. Pesawat berangkat tepat waktu. 

Pagi itu cuaca sangat cerah, langit biru bersih tanpa selembar awan terlihat. Pesawatnya juga sepertinya terbang lebih rendah, jadi dari jendela sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Denpasar bisa menyaksikan pemandangan pulau Jawa dari atas, saya dan kawan saya mulai sok tau menebak-nebak gunung-gunung yang terlihat. 

Sampai di pegunungan yang saya duga pegunungan di Banyuwangi, "Gw pengen kesitu tahun ini, Ijen, Baluran, trus ke pantai yang katanya lihat sunrise pertama kali di Jawa," kata saya sambil menunjuk ke arah pegunungan itu. Tepatnya sekitar 2 minggu lalu, saat itu Gunung Raung masih tampak stabil.



difoto dari Pesawat, yang paling besar itu kayaknya Gunung Raung


Tak lama kemudian tampak ujung dari pulau Jawa dari atas, diikuti dengan pemandangan Selat Bali. Tidak sampai 15 menit kemudian pesawat sudah melintasi selat dan berada di atas Pulau Bali. Hari itu kayaknya naik pesawat dengan view paling cakep sepanjang perjalanan hidup saya. 

Kami di jemput oleh Pak Made di bandara. Pak Made yang ini lumayan unik, beda dari Made-Made lain yang tersebar di penjuru Bali. Pertama, jago ngomong sunda dan logatnya sunda. Kedua, pas jemput kita mobil nya juga plat nya D. Jadi Pak Made yang ini kayaknya Made in Bandung.

Dari bandara langsung survei lokasi proyek. Setelah itu Pak Made dan kawan saya makan siang nasi campur babi di daerah Canggu. Rencana saya dan kawan saya memang gitu, karena saya puasa jadi siangnya dia mau makan babi, makan malamnya baru yang non-babi karena saya ikut makan. 

Setelah itu kami berdua sempat mati gaya karena ikut Pak Made meeting di proyek yang lagi dikerjakan oleh beliau di daerah Canggu. Saya sempat jadi pengarah gaya dan motret-motret kawan saya di depan sawah yang ada di depan lokasi proyek. Udah kehabisan gaya, kami terduduk di samping sungai kecil, kemudian pegawai Pak Made bilang, "200 meter dari sini kan ada pantai."

Kami berdua langsung semangat lagi dan segera berangkat menuju arah yang dimaksud. Saat itu tengah hari panas terik, tapi karena dengar kata "pantai" saya langsung semangat jalan kaki tanpa merasa haus. Ternyata pantai yang dimaksud adalah Echo Beach. Kami pun memutuskan duduk di pinggir pantai, kawan saya memesan bir dingin.

Echo Beach yang terkenal tempat surfing

Baru beberapa menit merasakan angin pantai Pak Made telpon memberitahu kalau meeting sudah selesai dan akan jemput di Echo Beach. Kawan saya segera menenggak bir dinginnya yang masih banyak dan kami bergegas ke gerbang.

Hampir sore kami beranjak dari daerah Canggu, sebenarnya ada janji ketemu sama 3 orang, tapi satu orang ternyata masih di jakarta, satu orang lagi setelah didatangi ke kantornya ternyata ada urusan mendadak ke Surabaya, akhirnya kami ketemu satu orang. Sampai magrib. Akhirnya saya bisa minum juga, es teh manis tentunya, bukan bir dingin. Pak Made mentraktir makan malam kemudian ke kami ke kantornya di Jalan Dewi Sri. Di depan kantor Pak Made ada semacam resto yang jualan pizza. Tapi karena sudah kenyang, malam itu kami tidak sempat mencicipi pizzanya.

Sementara Pak Made membereskan urusannya di kantor, saya dan kawan saya melipir ke seberangnya, hotel Ibis Style. Saat itu kami belum booking penginapan, setelah tanya-tanya ratenya akhirnya kami memutuskan untuk menginap di situ saja semalam. Ketika check in langsung diinfokan oleh front desk kalau breakfast bisa diganti sahur yang diantar langsung ke kamar masing-masing.

Hotel Ibis Style warnanya di dominasi hijau, kamarnya luas, malahan sepertinya lebih luas dari Ibis reguler yang warna nya merah. Ini bukan jenis budget hotel, karena komplit ada lemari, ada sofa, di tempat tidurnya ada guling - hotel kedua yang saya temui yang ada gulingnya. Ada kulkas, safe deposit box, pemanas air, hairdryer dan kamar mandinya luas. Ohiya, ada swimming pool juga, bukan di dalam kamar tapi ya.

Cuma menyimpan barang-barang aja di kamar, setelah itu kami langsung memutuskan jalan kaki ke wilayah Kuta modal google map, gps dan insting. Kawan saya katanya sekalian mau survei rute morning run besok paginya. Setelah jalan melewati legian, memotong jalan Popies kami tiba di Beachwalk dan duduk-duduk di Luna Negra. Jam 11 lewat kami kembali ke Ibis Dewi Sri naik taksi.

Hari Kedua.

Jam 4 dini hari saya terbangun. Belum ada tanda-tanda ketukan pintu dari yang mau ngantar sahur, akhirnya saya telpon ke reception. Tidak lama sahur saya diantarkan. Nasi goreng dengan lauk mie goreng, sosis, ayam goreng, kerupuk, sepiring potongan buah segar dan secangkir teh hangat. 

Sahur di IBIS Style

Di Bali imsak jam 5. Setelah solat subuh saya tidur lagi sementara kawan saya pagi-pagi tetap melaksanakan ibadah morning run sejauh 13 km. Saya ketemu lagi sama dia di resto pas dia lagi sarapan piring kedua. Kami pesan tiket pesawat untuk pulang di hari itu. Masih ada janji ketemu satu orang lagi jam 2 siang, yang kemarinnya masih di Jakarta. 

Kami pun luntang lantung jalan kaki ke arah Legian sampai ke Discovery Mall. Sekitar jam 1 kami naik taksi lagi ke Jl. Dewi Sri, ke kantor Pak Made, tapi beliau ternyata masih di proyeknya di Canggu. Sambil nunggu Pak Made kawan saya makan pizza bertaburan bacon.

"Ini parah, mil, enaknya. " kata kawan saya dengan mulut masih penuh pizza yang lagi dikunyah.

Saya nelen ludah.

Memang pizza nya keliatan yummy sih, tipis dan ujungnya kliatan crunchy, trus kejunya melted dan wangi. Adonan pizza nya dibikin langsung di situ dari tepung banget, kemudian langsung di panggang di wooden stove.

"gilaakk paraaah," katanya lagi sambil menyuap potongan pizza tipis kedalam mulutnya.

Saya nelen ludah.

Waktu bill nya keluar malah dia makin seneng karena pizza nya seloyang harganya hanya 35ribu.

"Gilaaak murah bangeett," terus difoto-foto deh bill nya.

Sayangnya saya lupa nama restonya, tapi ada di Jalan Dewi Sri, di seberang Ibis Style. Tungku Pizza nya ada di depan kog jadi gak mungkin salah.

Jam 2 kurang, Pak Made mengabari kalau beliau sudah menuju kantornya. Tiba-tiba saya punya ide mau nyebrang sedikit beli Nasi Tempong Indra yang kata si Chacha enak, kebetulan ada di jalan yang sama. Mau bungkus untuk buka puasa. Tapi kawan saya yang udah makan pizza seloyang ukuran medium sendirian gak mau kalah, dia mau ikut juga dan mau bungkus nasi buat dimakan pas buka puasa. Sewaktu lagi nunggu pesanan Pak Made telpon, langsung menyusul kami di Rumah Makan Nasi Tempong.

Ternyata orang yang janjian jam 2 sama kami tidak jadi berangkat ke jakarta karena telat beli tiket. Sementara itu saya dan kawan saya sudah terlanjur beli tiket pulang malam hari dari Denpasar. Akhirnya Pak Made meminjamkan mobilnya. Kawan saya girang banget, karena sebenarnya dia udah prepare bawa holder smartphone & charger mobil karena rencana awalnya dia memang pingin sewa mobil. Akhirnya terwujud juga keinginannya walaupun hanya tinggal beberapa jam menuju waktu pulang.

Sudah ada mobil pun ternyata kami bingung mau kemana.

Kawan saya terakhir ke Bali dua tahun lalu, jadi dia belum coba toll laut, ya akhirnya kami naik toll sampai ke Nusa Dua. Sudah di Nusa Dua bingung lagi mau kemana, waktu buka puasa masih lama. Sempat memutuskan mau ke Pantai Pandawa karena melihat di maps ada jalan yang tinggal lurus-lurus aja dari nusa dua. Sempat kami susuri jalan itu, jalannya sepi tapi mulus, di sepanjang jalan itu resort-resort super mewah. Tapi jalan mulusnya berhenti di tengah, selanjutnya jalan tanah yang belum diaspal dan kami gak mau ambil resiko mobil nya selip di tengah jalan yang sepi, gak ada orang lewat, stranded dan gak bisa pulang karena ketinggalan pesawat malamnya. Jadi kami putar arah.

Masih berjalan tanpa tujuan pasti, secara spontan kami memutuskan berbelok ke arah GWK - Garuda Wisnu Kencana. Terakhir saya kesana tahun 2008, sama chacha. Sekarang tahun 2015, ternyata patungnya masih sama. Patung Wisnu sedada dan patung Garuda yang baru kepala nya aja. Yang berubah cuma lapangan di depan Garuda yang sebelumnya kosong sekarang sudah ada taman yang bagus. Saya dan kawan saya goler-goleran di rumput sambil menunggu waktu berbuka puasa. Nasi Tempong Indra yang kami bungkus sebelumnya dibawa turun dan kami makan di GWK ala-ala piknik gak jelas. 


Lotus Pond-GWK. Pinggir nya bukit batu yang di belah-belah jadi lorong
Buka Puasa Nasi Tempong di GWK
Nasi Tempong itu ternyata semacam nasi timbel komplit, tapi nasinya gak dibungkus daun sih. Kami pesannya Nasi Tempong Ayam goreng, isi paketnya ternyata ada ayam goreng, ikan asin, tahu tempe goreng, terong rebus, labu siam rebus, ketimun, daun kemangi dan sambal yang (katanya) pedasnya dasyat.

Ya begitulah bisnis trip yang berakhir jadi acara piknik yang aneh.



Sabtu, 11 Juli 2015

Gunung Uhud

Salah satu lokasi yang dikunjungi dalam rangkaian ziarah umat muslim ke tanah suci adalah pegunungan yang terletak tidak jauh dari kota Madinah ini, Gunung Uhud.  Tempat ini adalah tempat terjadinya salah satu perang yang sangat penting dalam sejarah Islam, yaitu Perang Uhud. Dalam peperangan ini ceritanya Kaum Quraisy dari Mekkah mau menyerang Kaum Muslimin yang pada saat itu sudah hijrah ke Madinah.

Perang Uhud terjadi setelah Perang Badar, salah satu peristiwa perang yang penting lagi dalam Sejarah Islam. Peristiwa ini tepatnya terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 Hijriah. 1,433 tahun sebelum saya ada kesempatan berkunjung ke tempat yang sama, nyaris 1.5 abad. Jadi jaman sekarang kalau ada yang alasan gak kuat puasa karena banyak kerjaan, malu lah sama Kaum Muslimin 1.5 abad yang lalu, lagi perang aja puasa. 

Dalam Perang Badar, Kaum Muslimin yang awalnya berencana menghadang rombongan pedagang dari Mekkah yang mau melewati jalur Madinah terkaget-kaget karena Kaum Quraisy telah mempersiapkan pasukan yang terdiri dari 1000 orang untuk berjaga-jaga kalau rombongannya diserang Kaum Muslimin. Sementara itu pasukan dari Kaum Muslimin hanya 313 orang.

Waktu jaman itu memang ada ketegangan antara Kaum Quraisy Mekkah dan Kaum Muslimin yang asalnya juga dari Mekkah tapi di bully dan diusir oleh Kaum Quraisy Kafir sehingga terpaksa hijrah ke Madinah, dipimpin oleh Rasulullah SAW. Dan jaman-jaman itu memang acara serang-serangan antar musuh gitu wajar, bukan hanya terjadi di daerah Arab, tapi di seluruh belahan dunianya jaman itu. Dalam Perang Badar itu Pasukan Muslimin yang dipimpin oleh Rasulullah SAW menang telak terhadap Kaum Quraisy Mekkah.

Perang Uhud terjadi setahun setelah Perang Badar. Setelah kemenangan Kaum Muslimin di Perang Badar, Kaum Quraisy khususnya para pedagang jadi makin risau karena jalur perdagangan mereka melewati jalur Madinah yang dikuasai Kaum Muslimin. Maka Kaum Quraisy pun mulai mengatur strategi dan menghimpun kekuatan untuk melakukan serangan balasan, sekitar 3000 orang dan 1000 unta. 

Kaum Muslimin menyiapkan strategi pertahanan di Gunung Uhud. Pada saat itu Rasulullah SAW menempatkan 50 orang pemanah di satu bukit dan berpesan bahwasanya apa pun yang terjadi dengan rekan-rekan mereka dalam peperangan itu, entah menang atau kalah, para pemanah itu harus tetap di tempatnya. Tidak boleh beranjak. 

Tapi ketika saat itu posisi Pasukan Muslimin sempat berada di atas angin, sebagian Pasukan Quraisy mulai berbalik arah, di atas bukit para pemanah mulai berdebat. Sebagian beranggapan kalau mereka sudah menang jadi sudah boleh turun, sebagian bersikukuh menaati pesan Rasulullah SAW sebagai pimpinan / komandan bahwa mereka tidak boleh beranjak dari tempatnya walaupun pertempuran menang atau kalah.

Ketika sebagian pemanah turun bukit, Kaum Quraisy kembali berbalik lagi dan langsung menyerang bukit pemanah yang merupakan basis pertahanan Kaum Muslimin. Seketika itu Kaum Muslimin harus menderita kekalahan dalam Perang Uhud, banyak yang gugur termasuk para sahabat-sahabat Rasulullah SAW, yang langsung dimakamkan di lokasi itu.

Jadi dalam sejarah itu bukan hanya kemenangan yang harus dicatatkan untuk dikenang. Kekalahan yang dicatatkan dalam sejarah malahan menjadi suatu pelajaran penting yang bisa diambil hikmahnya oleh orang yang tidak mengalami sendiri. Kalau dalam konteks Perang Uhud pelajaran yang bisa diambil adalah kalah perang yang terjadi karena sebagian pasukan tidak menaati perintah pemimpin nya. Mungkin saat itu mereka juga belum mengerti jalan pikiran pemimpinnya dan kenapa mereka diberi perintah seperti itu. Pelajaran yang bisa diambil ya masalah kepatuhan terhadap pemimpin dan kesabaran menunggu. 

Skema Perang Uhud dari buku yang saya beli di Arab

Gunung Uhud dari jauh, paling depan bukit tempat para pemanah

Papan di pagar Makam Kaum Muslimin yang gugur dalam Perang Uhud

Bukit tempat para pemanah, ramai oleh pengunjung

View dari atas bukit

Kalau menurut saya bisa dilihat dari sudut pandang lebih luas lagi. Yang bisa dipelajari dari peristiwa Perang Uhud adalah kepatuhan Umat Muslim (bahkan sampai jaman sekarang) kepada Rasulullah SAW yang menyampaikan ajaran dan larangan dalam Islam. 

Dari kecil kan kita diajarkan, di likungan kita, di rumah maupun di sekolah tentang hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan tentang hal-hal yang harus dilakukan sesuai dengan agama. Banyak yang masih jadi pertanyaan, kenapa sih gak boleh? Tapi mungkin lebih baik kalau....Ya ikutin aja dulu.

Saya jadi ingat dulu waktu pernah jalan-jalan sendirian di Thailand, di minivan antar kota sempat ngobrol-ngobrol sama seorang bule Amerika yang bertanya (setelah dia tahu saya muslim) kenapa saya gak makan babi. 

Waktu itu saya jawab, ya jujur aja saya ga makan babi karena dilarang oleh agama saya. Karena dengan gak makan itu saya gak merasa ada kerugiannya dan gak mati ya gak ada salahnya kalau saya menurutinya. 

Saat itu bisa aja saya mengajukan argumen gak makan babi karena penyakit-penyakit apalah itu, tapi pasti orang itu akan membantah kalau dijaman modern ini bisa dihindari dengan teknologi dan cara masak yang benar bla bla bla. Argumen yang gak akan ada habisnya karena saya yakin tidak ada satupun diantara kita yang ahli soal perbabian dan mengerti dengan yang kita omongin. Sama kayak soal berdebat tentang kepercayaan yang berbeda, buat saya itu mah buang-buang waktu. Kayak berdebat tapi yang satu ngomongin Gajah dan yang satu ngomongin Badak. 

Jadi saya hanya jawab, ya karena dilarang. Kalau ditanya kenapa, saya belum tau jawaban pastinya. Sama kayak anak kecil yang main-main dijalanan terus dimarahin sama orang tuanya, anak itu pasti belum paham soal ditabrak mobil walaupun dijelasin panjang lebar karena anak kecil belum pernah melihat kejadian gitu dan belum ngerti akibatnya. Yang mereka tahu hanya gak boleh main dijalanan. dengan bertambahnya usia dan pengetahuan mereka, akhirnya mereka baru mengerti kenapa gak boleh main dijalanan.

Sama kayak ada yang pernah tanya sama saya, kenapa sih harus puasa? Saya gak jawab dengan lagu Bimbo, ada anak bertanya pada bapaknya buat apa berlapar-lapar puasa. Saya juga gak jawab dengan berbagai teori kesehatan yang menyatakan bahwa berpuasa sebulan itu ternyata baik untuk kesehatan karena jadi semacam detoks. 

Saya bisa aja bilang kalau dengan ngerasain lapar trus gak bisa makan saya jadi merasa lebih humble dan jadi hesitate dengan kebiasaan beli makanan berlebihan trus tidak menghabiskannya. Dengan mengenal rasa lapar saya jadi lebih empati terhadap banyak orang-orang yang gak seberuntung saya karena buat mereka rasa lapar bukan hanya ketika bulan puasa. 

Bisa aja saya bilang dengan puasa saya belajar buat tidak mengumbar-ngumbar emosi, ya bukan nahan sih sebenarnya, kalau laper dan lemes ya mana ada energi buat marah-marah, jadi terpaksa mengalah dan sadar ternyata dengan mengalah sedikit gak ada salahnya kog, malahan bagus hemat energi.

Tapi saya gak bilang panjang lebar kayak gitu. 

Waktu saya ditanya kenapa harus puasa, saya cuma jawab, ya karena wajib puasa buat agama saya. Karena buat saya apa pun yang saya bilang tentang efeknya puasa buat saya gak akan ada gunanya kalau orang lain gak bisa melihatnya sendiri dari perilaku saya sehari-hari. Dan kalau orang sudah bisa melihatnya dari perilaku sehari-hari, gak perlu diomongin lagi kan?






Rabu, 08 Juli 2015

Playlist : Power Songs

Karena dibalik seorang wanita yang tegar ada lagu-lagu yang menguatkan, menyemangati dan menyelamatkan jiwa yang nyaris rapuh.

Walaupun kehidupan ini kadang terasa terlalu kejam dan melelahkan tapi saya bersukur hidup di jaman sekarang, bukan jamannya homo sapien masih menjadi spesies lemah di pojokan afrika yang tidur dalam gua dan hidup dalam ketakutan akan hewan-hewan buas. 

Di jaman itu Homo Sapien masih ada di level-level terbawah dalam piramida makanan. Jika ada hewan paling buas yang menduduki peringkat nomor satu dalam piramida makanan - misalnya Singa Masai - mendapatkan mangsa, maka singa itu akan memakan buruannya hingga kenyang kemudian meninggalkan. Sementara itu serombongan Kenya mengintai menunggu Singa Masai selesai makan, karena setelah itu giliran mereka. Ketika rombongan Kenya pergi, datang sekumpulan Burung Pemakan Bangkai mematuki sisa-sisa daging yang tertinggal di tulang belulang. 

Menunggu dengan sabar di balik semak dari kejauhan, sekumpulan Homo Sapien. Mereka mengharapkan sisa-sisa sumsum di tulang hewan untuk dimakan. Jadi sum-sum di tulang termasuk salah satu makanan utama manusia kayak kita pas jaman itu. Beruntung kan sekarang kita bisa makan daging dengan tenang, gak perlu menunggu sisa dari Singa dan burung pemakan bangkai dan makannya gak perlu sambil mengendap-ngendap kecuali kalo makan nya nyolong dari dapur tetangga.

Walaupun tiap pagi harus terjebak traffic yang parah, tapi saya bersukur gak harus jalan kaki di tengah padang savana yang terekspos sepenuhnya dengan perasaan was-was tiba-tiba diterkam Harimau lapar, seperti di era pra sejarah itu. 

Jadi seberat apapun hari-hari yang sedang saya lalui dalam hidup, jikalau kepenatan dan kegalauan mulai melanda, saya akan langsung memasang Power Songs. Seperti kata mba-mba di Nike Plus setiap kita sudah mau mencapai target finish lari, "you almost at your goal, press a power song and beat it!"

Berikut ini lagu-lagu yang ada di Playlist Power Song saya saat ini:

1. Afterlife - Ingrid Michaelson
2. Be OK - Ingrid Michaelson
3. Brave - Sara Bareilles
4. Elastic Heart - Sia
5. Everyone is Gonna Love Me Now - Ingrid Michaelson
6. Explosions - Ellie Goulding
7. Hand in My Pocket - Alanis Morissette
8. Hercules - Sara Bareilles
9. High - Lighthouse Family
10. King of Anything - Sara Bareilles
11. Little Black Dress - Sara Bareilles
12. Living in The Moment - Jason Mraz
13. New Romantics - Taylor Swift
14. Ride - Lana Del Rey
15. Shut up and Drive - Rihanna
16. Speed of Sound - Coldplay
17. Thank You - Alanis Morissette
18. Yellow Flicker Beat - Lorde
19. Big Girls Cry - Sia
20. Masterpiece - Jessie J
21. Fight Song - Rachel Platen

Lagu terakhir kayaknya lagu yang lagi paling banyak di cover di youtube, itu membuktikan bahwa banyak jiwa-jiwa hampir rapuh yang butuh diselamatkan oleh lagu yang dapat memberikan kekuatan jiwa apabila dinyanyikan dengan sepenuh hati.

Yang ini Bonus:


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...