Kamis, 30 Desember 2010

Happy New Year 2011

Lima tahun lalu siapa sangka saya bisa berpergian ke penjuru Indonesia, menikmati keindahan nya yang beraneka ragam. Semua bermula sejak diterima nya saya bekerja di salah satu non profit organization. Dan inilah awalnya saya bisa tergigit travel bug dan terkena penyakit kronis ketagihan travelling.

Dua tahun yang lalu, siapa sangka saya yang berpenghasilan pas-pas-an bisa travelling ke Luar Negeri dan melihat negara yang ada di luar batas NKRI. Di tahun 2009, perjalanan backpacking perdana saya ke Singapura dan Malaysia yang hampir tak terencana bisa terlaksana. It's a dream come true!


Di tahun ini saya mengawali rangkaian perjalanan saya dengan bertandang ke Ho Chi Min City di Vietnam, menyebrang perbatasan darat dan singgah di Kamboja.
Sewaktu saya mengajukan cuti ke Boss Besar, beliau bilang "jalan-jalan koq ke vietnam? ke Paris donk". Amiiiiin, Boss... doa kan saya bisa mewujudkan impian saya ke Paris, makanya naikin donk gaji saya, Boss. *di toyor*
Pekerjaan yang menumpuk dan ketergantungan jatahcuti membatasi hasrat travelling saya. Setahun ini lebih banyak mendekam di pengasingan yang berlokasi di Tambun-Bekasi dan terjebak macet di jalanan ibukota. Yaah.. beginilah nasib buruh.

Namun, nasib pun tidak dapat membendung hasrat saya untuk berpetualang. Saya pun berangkat ke Bromo... Jauh sebelum masalah gunung merapi aktif mencuat akhir-akhir ini. Untung saya sudah sempat menaklukan Bromo sewaktu masih jinak.

Terobosan baru tahun ini adalah: bertamasya ke daratan China bersama seluruh anggota keluarga. Kali ini bekpek saya istirahat dulu di rumah, soalnya travelling saya kali ini bukan a la turis kere. Tidur di hotel yang nyaman, naik mobil, ada guide nya...... tidak ada yang namanya jalan kaki ratusan meter sambil gendong bekpek dan nyasar-nyasar hehehee...

Walaupun belum sempat melihat Tembok China yang terkenal itu karena kita hanya pergi ke Shanghai dan Hongkong, tapi saya senang sekali karena salah satu impian saya untuk bisa pergi ke Disneyland bisa terwujud. Dan impian Mama Emma untuk bisa belanja Louis Vitton di salah satu gerainnya yang terbesar se-Asia Tenggara juga terwujud.
Mohon maaf kalau posting ini terlalu awal 2 hari karena kemungkinan pas malam tahun baru saya tidak bisa posting karena akan menghabiskan pergantian tahun di sebuah resort di pinggir pantai. Bukan di kepulauan Pasifik siiiy,,,, cuman yang deket-deket aja hihihiii....

Yo wisss... saya mau pamit packing dulu ya temans...

Selamat Tahun Baru 2011 !!!!

Sabtu, 04 Desember 2010

Taman Burung TMII

Sedang ingin bernostalgia kembali ke masa anak-anak, saya pergi ke Taman Mini Indonesia Indah. Satu-satu nya tempat di Indonesia dimana kita bisa menemukan Monorail, semacam di Singapura dan Malaysia.

Saya sedang ingin mengenang masa-masa SD dulu, sewaktu kita dikumpulkan, naik dalam Bus Karyawisata yang dituliskan nama kelas berbondong-bondong menuju museum-museum di Jakarta, Ancol dan Taman Mini Indonesia Indah.

Entah kenapa saya kog tiba-tiba pengen banget ke Taman Burung. Tiba disana suasana agak suram dan sepi, mungkin karena bukan hari libur atau mungkin juga karena anak-anak jaman sekarang lebih seneng ke Mall. Padahal bayarnya cuman 13 ribu saja, kalau dibandingin sama nonton bioskop sih lebih murah.

Tapi baguslah, karena sepi jadi saya bisa merasakan jalan diantara burung-burung yang dengan PD nya lalu lalang. Coba kalau rame, burung-burung nya ngumpet. Bedanya, waktu saya kecil dulu saya merasa Kubah kandang burung nya luas banget. Kog sekarang jadi keliatan kecil ya? Masalahnya dari dulu itu kog ga berkembang-berkembang ya? Mall di Jakarta aja sekarang udah lomba-lomba luasnya, kenapa Taman Burung kita luasnya segitu-gitu aja.

Padahal saya yakin, spesies burung yang ada di Indonesia mestinya lebih banyak lagi dari yang ada di Taman Burung sekarang. Selain itu, harusnya bisa di tambah dengan jenis-jenis burung dari Luar Indonesia. Kan seru tuh. Yah... tapi dengan membayar hanya 13 ribu gitu... What do you expect? *pasrah* . Bandingin aja sama biaya masuk Jurong Park di Singapore.





Anyhow, teman-teman yang ada di Jakarta dan sekitarnya, bosen ga sih refreshingnya cuman keliling Mall, nongkrong di Cafe & nonton bioskop? Coba deh refreshing ke tempat-tempat wisata yang berjaya jaman dahulu kala sebelum ada nya Mall-Mall yang mewah itu.

Saya bermimpi suatu saat nanti Taman Mini Indonesia Indah bakal kayak tempat-tempat wisata di negara-negara lain, yang selalu ramai sama bule-bule yang seliweran. Ato ga usah jauh-jauh deh, kayak tempat wisata di Bali.
Kalo tu bule-bule liat TMII, baru dia tau kalo Indonesia tuh ga sekedar Bali doang. Kita punya 33 propinsi, yang masing-masing punya adat, bahasa, kebudayaan yang beda-beda. Hmmm... kapan yah?

Rabu, 10 November 2010

Jade Budha Temple


Setelah beberapa bulan sebelumnya sempat melihat Patung Budha dari emas asli dengan ukuran asli sebesar Budha-nya di Silver Pagoda- Pnom Phen, kali ini saya melihat Patung Budha yang lebih besar yang terbuat dari batu Jade di Shanghai - China. Di Indonesia batu Jade ini disebut batu giok.

Jade Budha Temple ini termasuk Kuil yang termuda di China, didirikannya hanya 100 tahun sebelum saya lahir, di tahun 1882. Waktu itu kuil ini dibangun untuk menyimpan dua buah Patung Budha raksasa yang di impor dari Burma.

Kuil ini sempat hancur akibat perang, kemudian di re-built pada Tahun 1928 (waktu Indonesia lagi mendeklarasikan sumpah pemuda). Untung kedua Patung Budha itu selamat dan masih utuh. Kedua Patung tersebut diletakkan di dua tempat yang berbeda.

Patung yang pertama tingginya hampir 2 meter. Diukir dari satu batu giok yang sangat amat besar. Patung Budha yang posenya sedang duduk bersila ini juga dihiasi batu-batu permata, jadi keliatan mewah banget. Gioknya tuh mulus banget, bukan kayak di ukir tapi kayak di cetak gitu.

Patung yang kedua, Patung Reclining Budha (lagi tiduran posisi menyamping). Panjangnya hanya sekitar 1 meter, lebih kecil karena dibuat dari pecahan batu yang dipakai untuk membuat Patung Budha pertama. Tapi kerennya ga kalah.


Sayang sekali, sama seperti Patung Budha Emas di Silver Pagoda, Patung Budha giok ini juga tidak boleh di foto. Jadi saya tidak bisa membagi keindahannya dengan teman-teman :(




Selain tempat menyimpan dua buah Patung Budha Giok tersebut, Jade Budha Temple ini juga ramai oleh orang yang beribadah dan selain itu juga digunakan sebagai tempat belajar para biksu. Kebetulan saya ditemani oleh seorang guide, Ms. Sunny, yang menjelaskan sedikit tentang peribadahan umat Budha.


Dari Ms. Sunny saya baru tahu kalau dupa yang dipakai untuk berdoa itu ada warnanya. Dari warnanya kita bisa tahu orang sedang berdoa untuk seseorang yang lebih tua (mis. ayah & ibu) atau yang l ebih muda (mis. anak). Asap dupa yang dibakar, di harapkan bisa membawa pengharapan sampai kelangit untuk disampaikan kepada para Dewa. Harapan dan doa juga bisa dituliskan di pita merah, kemudian di ikatkan di pintu kuil.

Saya juga baru tahu kalau ternyata Budha itu ada banyak dan tugasnya beda-beda. Contohnya, Smilling Budha, yang selalu diletakkan di depan pintu yang mukanya selalu tersenyum, nah beliau itu tugasnya sebagai penyambut tamu. Ada satu ruangan di Kuil ini yang khusus memajang banyak sekali Budha-Budha dengan berbagai macam karakter.

Di samping Jade Budha Temple, tidak jauh ada Rumah Makan Vegetarian yang enak. Di sinilah saya menemukan Onde-Onde asli China. Dan kalau beruntung di kuil ini juga kita bisa mempelajari beberapa jurus kebanggaan Biksu Shaolin.





Kamis, 28 Oktober 2010

Family Road Trip ; memory masa kecil

Haaaaiiii,,,,,,,,
Astaga, ternyata udah lama juga ya ga up-date Blog. Sebulan ini emang kayaknya adalah bulan terberat dalam hidup *tsah*. Beberapa kali waktu lagi down banget, satu-satunya hiburan paling mantap ya baca-baca blog ini... hihihiii... ya lumayanlah, buat beberapa menit melarikan diri dari kenyataan.

Saya pernah baca di suatu tempat (lupa dimana), ada quotes kira-kira gini:
" I missed being a child, where the only thing that hurts is my wounded knee"
Karena itulah tiba-tiba jadi kepikiran masa kecil dan baru tersadar kalo ternyata petualangan masa kecil saya juga seru loh.

Bokap kebetulan kerja-annya kontraktor, dan proyeknya tersebar di luar kota Jakarta. Waktu kecil dulu bokap masih sering pergi-pergi mengunjungi lokasi proyek-proyek itu dan membawa serta kami sekeluarga saat-saat liburan.

Dulu kita punya mobil Kijang Rover, yang bangku belakangnya di lipat dan di ganti kasur di bawahnya kalau mau pergi "Roadtrip" ke luar kota. Jadi saya & adik bisa bebas selonjoran, tidur-tiduran, bahkan main boneka Barbie di dalam mobil. Kemana pun kita pergi, saya & adik selalu bawa satu set Boneka-boneka Barbie komplit sama baju ganti, sepatu dan segala aksesorisnya yang di simpan di kotak sepatu.

Kalaupun lagi ga dalam rangka mengunjungi proyek, setiap ada kesempatan kita sering banget "roadtrip". Weekend di Pantai Pulorida (bukan Florida yang di Amrik itu loh ya), atau cuman sekedar makan siang di puncak, atau makan duren di Purwakarta. Malahan dulu pernah, pulang sekolah diajak ke Taman Mini Indonesia Indah, makan Nasi Bungkus doang. hihihiiii....

Kalo dipikir-pikir mungkin gw bisa ketagihan travelling terus karena dari kecil dulu udah di didik ga bener buat terbiasa hidup di jalanan *halah*. Heheheee.... Tapi disaat jaman kecil dulu, dimana Mall belum banyak, dan stasiun tipi juga baru TVRI & RCTI, saya merasa cukup beruntung mempunyai masa kecil yang penuh pengalaman petualangan. Thanks to my "kaki gatel" parents, yang menurunkan gen "kaki gatel" nya ke anak-anaknya. Ahiiiiy!


Selasa, 21 September 2010

iiiih kog sama sih?

Ketika saya sedang berusaha memahami kenapa di Shanghai tidak ada Es Shanghai, Cap cay, Kwetiau dan Puyunghai, saya malah menemukan Onde-Onde.

iiiih kog sama sih? padahal saya pikir itu makanan asli Indo. Emang ada bedanya siy.. klo di Indo kan isi nya kacang hijau, klo ini isinya kacang merah, tapi rasanya sama. Kulitnya juga lebih tebel dari onde-onde Indo, tapi sama-sama di selimutin sama wijen.


Oke..Oke.. saya ini kan ceritanya turis kere, jadi wajar lah klo ndeso. Bisa jalan-jalan keluar negri aja baru-baru ini doang. Trus disaat orang-orang udah pada keliling Eropa, saya masih yang deket-deket dulu sesuai kemampuan financial* wkwkwkkk... Yah..maklum aja klo kadang suka norak ketika menemukan sesuatu yang sama kayak di tanah air.

Seperti ketika saya ikut tur ke tempat persembunyian vietkong hanya untuk mendapati bahwa modal para vietkong itu untuk mengusir tentara Amerika yang mau menguasai daerahnya adalah Singkong Rebus. Begitu melihat penampakan Singkong, spontan saya langsung berucap... "iiiiih... kog sama sih?"





Seringkali sama nya karena di sama-sama-in dan sengaja dicari-cari supaya sama, kayak postingan saya sebelum ini soal cerita kodok & hujan. Contoh lain yang lebih tidak berkelas, sewaktu melihat nama jalan "Pasteur" di Ho Chi Minh City - Vietnam, saya serta merta teringat nama jalan serupa di kota Bandung.... iiiiih... kog sama sih? Langsung aja saya poto tu plang nama jalan buat bukti ketika saya kembali ke tanah air, bahwasanya di luar negeri sono ada jalan pasteur juga.

Tidak selalu sih yang sama itu sengaja di cari-cari dan disama-samakan. Malahan seringnya "hal itu" tiba-tiba aja muncul secara tidak sengaja, tidak terkira dan mengejutkan.

Misalnya waktu saya sedang berkeliling Pnom Phen dengan Tuk Tuk Mr. Marley, tiba-tiba di pinggir jalan saya melihat tenda di depan rumah. Komplit dengan hiasan-hiasan dan tandan pisang di depan jalan masuk nya, persis kayak tenda hajatan nikah nya orang Jawa. Bedanya tenda mereka lebih warna-warni.

Masih di Pnom Phen, ketika saya, cipu dan Mba Vony sedang menunggu bus ke Vietnam, tanpa sengaja saya membaca iklan Tukang Pijit Tuna Netra di tembok.
iiiiih... kog sama sih?

Apakah hal ini hanya terjadi kepada saya saja? Apakah ada seseorang di luar sana yang sama seperti saya? Adakah diantara kalian yang m'baca postingan ini kemudian kepikiran "iiiiih... kog sama sih?" *lebay*


Senin, 20 September 2010

China Town in China

Ga pa pa deh GAGAL mencicipi Es Shanghai di Shanghai karena ternyata Es Shanghai bukan berasal dari Shanghai melainkan asli hanya ada di Indo (jangan tanya saya kenapa bisa begitu -_-").

Setidaknya saya BERHASIL mengunjungi China Town di China. Perbedaannya dengan China Town di negara lain adalah disini tulisan nya Mandarin semua dan semua orang disini berbahasa Mandarin *doh*. Selebihnya kira-kira sama seperti China Town di negara lain.

China Town ini di dominasi oleh pertokoan-pertokoan, mayoritas menjual suvenir khas China dan makanan. Tuh... sama kan kayak China Town yang lain.

Di dalam China Town di Shanghai ini terdapat contoh Rumah orang kaya di China jaman dulu, namanya Yu Garden. Menurut Ms. Sunny (guide kita di Shanghai), Yu ini artinya semacam kebahagiaan, jadi rumah ini dinamakan Yu karena diharapkan akan memberi kebahagiaan bagi penghuninya. Tapi rumah ini sudah tidak ada penghuni nya lagi, orang kaya pemilik rumah ini sudah menjadikan rumah keluarganya menjadi semacam museum.

Tipikal dari kebudayaan China yang filosofis banget, setiap bagian dari rumah punya filosofi nya sendiri. Dari mulai tata letak perabotan, letak pintu dan jendela, Jembatan yang berbentuk zig zag, batu giok di halaman, Sepasang Pohon yang berumur ratusan tahun, hingga jumlah ikan di kolam merupakan simbol-simbol yang mengandung harapan dari si pemilik rumah. Kalo mo tau masing-masing artinya silahkan beli buku Feng Shui.

Buat saya sangat menarik sekali, karena sebagai seseorang yang dengan intelegensi tinggi saya sangat menyenangi hal-hal yang berbau filosofi *pembaca dilarang mual*

Yang paling menarik perhatian saya justru tembok nya. Di atas tembok rumahnya bertengger seekor naga yang panjang nya sekeliling rumah itu dan memagarinya. Naga itu ceritanya sebagai pelindung dari segala yang jahat-jahat dan membawa kemakmuran karena menurut Ms. Sunny, hujan itu di turunkan oleh Naga.

Jadi menurut legenda di sana, hujan berasal dari ludah nya naga. Di dalam mulut naga ada mutiara yang menyebabkan Naga itu tidak bisa mengatup mulut nya sehinga ludah-ludah bercucuran dari mulut nya sehingga hujan turun ke bumi dan tanaman menjadi subur. Tapi ketika saya sedang mengamati naga di tembok itu, kog saya melihat ada patung kodok di bawah si naga itu sedang menjulurkan lidah.

Ternyata, si kodok itu adalah penyeimbang. Yah mirip konsep Yin & Yang....

Hujan itu kan asalnya dari ludah Naga karena tidak bisa mengatup mulutnya, tapi kalau terus terusan hujan kan bisa menyebabkan musibah juga, misalnya badai dan banjir. Karena itu lah ada sang kodok. Si kodok itu makanannya adalah ludah Naga, secara tidak langsung yang dia makan air hujan. Jadi si kodok memakan sebagian air hujan itu agar tidak berlebihan di bumi yang akhirnya malah mengakibatkan malapetaka.

Hebat yah... bisa-bisa aja kepikiran soal kodok itu. Jadi inget kata Papa Said, kalo di kampung nya kodok-kodok pada ribut berarti tandanya mau hujan. mungkin waktu jaman dulu nenek moyang kita sempat mengalami asimilasi cerita legenda kali ya? heheheee


Rabu, 15 September 2010

When Nature Calls

Dengan semakin berkembangnya jaman, maka kebutuhan Primer manusia bertambah dari Sandang, Pangan, Papan menjadi Sandang, Pangan, Papan, Toilet, dan Henpon. *ngarang*

Malahan mustinya Toilet tuh kebutuhan primer yang nomor satu, secara kalo Sandang, Pangan, Papan bisa ditahan tapi klo kebutuhan kita akan toilet merupakan kebutuhan mendesak yang sulit ditahan.

Dengan semakin berkurangnya hutan-hutan, kebon-kebon dan pepohonan. Ditambah sungai-sungai dan kali-kali yang semakin tercemar, orang-orang mulai beralih ke toilet untuk melampiaskan hasratnya *makin ngarang* Pun, di beberapa tempat khususnya di daerah yang masih tradisional, tradisi memenuhi panggilan alam di ALAM masih di pertahankan dan dilestarikan.

Toilet disebut dalam berbagai bahasa. Di bahasa Indonesia sendiri ada macam-macam sebutan untuk toilet: kamar kecil, WC, kakus dsb. Belum lagi sebutannya dalam bahasa daerah. Itu aja baru di Indonesia, belum di Luar Indonesia. Di Malaysia yang bahasanya deket-deket dari Indonesia aja "toilet" disebut Tandas Awam... jauh kan?!

Belajar dari pengalaman saya di Vietnam, dimana jarang ada orang mengerti bahasa Inggris, sejak itu kalau pergi kemana-mana saya selalu sedia catatan kecil yang bertuliskan 'Toilet' dalam bahasa lokal. Jadi ketika 'alam memanggil' kita tinggal kasih liat catatan kecil itu.
Malahan hal pertama yang saya lakukan kalau ketemu orang lokal yang bisa bahasa inggris adalah meminta orang tersebut menuliskan bahasa lokal 'Toilet' di secarik kertas tersebut.



Toilet juga terdapat dalam berbagai bentuk. Ada yang terletak di Pom Bensin, rumah makan, rumah penduduk, bahkan di pinggir jalan
. Waktu ke Shanghai saya akhirnya menemukan toilet canggih yang sebelumnya pernah saya baca di buku Naked Traveler, yakni Toilet yang bisa nge-flush sendiri ketika kita buka pintu nya. Waktu itu saya sedang menggunakan fasilitas toilet umum di Shanghai Expo ketika mendapati tulisan Automatic Flush, saya langsung teringat tulisan Mbak Trinity tentang toilet yang bisa nge-flush sendiri.... dan bergumam dalam hati.... woooooh... beneran canggiiiiiih.

Toilet yang bisa nge-flush sendiri memang sepertinya belum ada di Indonesia, tapi kalau toilet dalam kontainer di indonesia juga ada loh. Toilet dalam kontainer ini biasa di temukan di tempat-tempat rekreasi umum yang berada di outdoor seperti di Monas dan stadion Senayan. So, buat kamu-kamu yang ingin merasakan sensasi ber-toilet yang "BEDA" silahkan langsung mengunjungi toilet kontainer yang terdekat dari rumah kamu.

Senin, 06 September 2010

Ca Phe Deeech

Di pagi pertama terbangun di Vietnam, sembari menunggu giliran mandi dan jam sarapan di hostel saya sengaja berjalan-jalan di daerah sekitar Hostel Mini Saigon untuk mengamati kegiatan kota Saigon.


Ketika akan kembali ke Hostel, saya terpaku oleh gerobak minuman yang parkir di depan pintu masuk hostel. Disebelah gerobak itu ada meja dan kursi-kursi plastik pendek . Para lelaki dengan range umur dari anak muda hingga kakek-kakek, tampak sedang menikmati minuman masing-masing. Saya pun tergiur dengan segelas minuman yang mirip kopi susu pke es, apalagi di pagi itu matahari Ho Chi Minh sudah terik.

Bermodal nekad, saya memberanikan diri memesan minuman tersebut. Si Ibu Barista yang manis dan imut-imut, tidak mengerti bahasa inggris jadi saya pesan kopi susu nya sambil nunjuk gelas nya orang. Untung si ibu nya ngerti, ga lama minuman itu pun terhidang.

Kopi hitam pekat tapi encer dengan wangi yang semerbak. Di tambah es yang mengapung dan susu kental manis yang mengendap di dasar gelas yang berembun-embun... *glek*. Ketika di aduk warna nya langsung berubah kecoklatan dan segera saya menyeruput nya. SLURP! dan saya pun langsung Jatuh Cinta di seruputan pertama. Rasanya benar-benar unik dan bikin ketagihan.



Dari si ibu barista itu saya belajar bahwa, minuman ini namanya ca phe (dibaca kafe), pke es batu jadi ca phe da (dibaca kafe da dengan akhiran ng yang samar-samar)
 


Hari kedua, saya langsung menuju gerobak kopi vietnam itu dengan mata belekan. Setelah memesan minuman yang sama, saya duduk disamping pemuda vietnam dan senyum-senyum. Ketika kopi saya datang, si pemuda vietnam itu senyum-senyum sambil membantu mengaduk-ngaduk minuman saya, Hmmm.. Oke,,, *saya pikir* mungkin ini adalah tanda persahabatan dengan bahasa isyarat. Tidak berapa lama kami pun ngobrol-ngobrol, saya dengan bahasa inggris dan dia dengan bahasa vietnam, ditambah dengan bantuan bahasa isyarat.

Penemuan saya tentang minuman nikmat dan menyegarkan ini segera saya sampaikan kepada rekan seperjalanan, Cipu dan Mba Vony yang akhirnya ketularan ketagihan juga. Di sepanjang sisa perjalanan, kalau kita nemu gerobak minuman langsung histeris dan segera memesan ca phe. 

  
Begitu pula ketika kita ikut tur ke Cu Chi Tunnel, di tengah perjalanan menuju Cu Chi kita di singgahkan di sebuah kafe di pinggir Saigon River. Begitu disodorin menu, alamak.... menunya bahasa Vietnam dan pelayannya tidak bisa bahasa inggris. Tapi dengan modal nekad dan sok tau (seperti biasa) saya memesan yang tertulis di menu sebagai " ca phe da".

Si Pelayan pun manggut-manggut. Sejenak tidak yakin, saya pun menggambarkan gelas ada isi air dan kotak-kotak es batu yang mengapung plus sedotan. Si pelayan pun mengangguk semakin semangat menandakan pesanan kita tuh bener. Tapi kog perasaan kita masih kurang yakin.... sembari deg-deg-an nunggu pesanan kita muncul. Saya tetap merasa... pasti ada yang tidak beres ini.

Dan.... ternyata benar saja. Si pelayan datang muncul membawakan Es Kopi Tanpa Susu. Dan kemungkin besar tanpa gula juga karena pahit nya minta ampoooon.... Namun kita tak putus asa, demi untuk mendapatkan susu di Es kopi kita, saya pun kembali menggambar, menambahkan lapisan susu mengendap di gambar es kopi saya yang tadi. Namun tampaknya si Pelayan itu tidak mengerti.

Akhirnya si pelayan masuk ke dalam restorannya, dan datang kembali membawa dua orang temannya. Yes,, pasti dia membawa bala bantuan temannya yang bisa bahasa inggris. Tapi sayang sekali saudara-saudara,,, ternyata tidak seperti yang kita harapkan. Tiga-tiganya tetap tidak bisa berbahasa inggris. Dan setengah frustasi kami berusaha menggunakan berbagai macam cara, gambar susu, gambar kaleng susu, gambar sapi,,,, bahasa isyarat,,, sampai-sampai mba vonny sudah memperagakannya sambil jungkir balik, mereka tetap tidak mengerti kalau yang kita minta itu adalah SUSU.


Ketika kita sudah hampir putus asa dan terpaksa menghabiskan es kopi tanpa susu (dan tanpa gula) tersebut, pertolongan datang. Thanks GOD.


Rupanya rekan se-tur kita, adalah seorang wanita keturunan vietnam yang lama tinggal di Eropa. Dia pun yang menolong menyelesaikan masalah SUSU kita, dan dari dia lah kita belajar bahwa bahasa vietnam nya susu adalah SUA. Jadi Es Kopi Susu = Ca Phe Sua Da.... masaoloooooh... Ca Phe deeeech....


Terlepas dari masalah miskomunikasi, ca phe sua da itu benar-benar telah memikat hati ku. Di jakarta banyak yang jual kopi vietnam, di beberapa kafe dan rumah makan vietnam, tapi belum pernah saya nemu yang rasanya dan wangi nya persis Ca Phe Sua Da di vietnam. hiks!


Rabu, 18 Agustus 2010

Cu Chi Tunnel

Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam di dalam perahu akhirnya rombongan Delta Tur menepi di Cu Chi Village. Hop! kami pun berbaris melompat dari perahu menuju daratan.


Cu Chi Village adalah perkampungan tempat persembunyian Vietkong, rakyat vietnam yang memberontak against Amerika. Letaknya tersembunyi di dalam hutan, di lindungi oleh jebakan-jebakan dan ranjau sehingga tidak terjangkau dari serbuan musuh. Untuk mencegah jebakan tersebut menciderai rakyat nya sendiri, mereka punay semacam kode rahasia untuk menandai suatu lokasi itu ada ranjau/jebakannya.


Rakyat vietkong ini membuat rumah-rumah mereka di bawah tanah, dengan atap yang terbuat dari daung-daunan kering sehingga sama-samar keliatan seperti daun-daun kering yang rontok dari pohon, kalau di lihat dari atas helikopter.

Sama seperti rumah pada umumnya, rumah-rumah di Cu Chi Village memiliki
beberapa ruangan; dapur, ruang makan dan ruang tidur. Perbedaannya hanya rumah ini terletak underground alias di bawah tanah yang gelap, lembab dan kurang oksigen.

Untuk memasak mereka menggunakan tungku kayu bakar seperti milik nenek-nenek kita di desa. Canggih nya, untuk menyamarkan asap yang timbul dari tungku tersebut, asap hasil pembakaran di alihkan dulu menggunakan semacam ventilasi hingga jauh dari perkampungannya. Semacam cerobong asap itu akan di tembuskan di bawah pohon. Orang yang melihat asap keluar dari bawah pohon mungkin tidak akan menduga kalau asap itu adalah asap kompor.


Dalam Tur ini, kita juga di beri tahukan, makanan apa sih yang dimasak dan dimakan oleh mereka. Kami serombongan di giring ke semacam ruang makan, kemudian tur guide kami mulai menjelaskan. Pada saat perang tersebut, rakyat vietkong yang dalam persembunyian tidak makan nasi, soalnya ga mungkin lah bikin sawah buat tanam padi. Terus juga sayur-sayuran terbatas banget karena di dalam hutan begitu. Mau berburu binatang juga resikonya tinggi banget, malah bisa-bisa bukannya memburu binatang malah di buru tentara amerika pake senapan M16. Jadi satu-satunya yang bisa mereka makan tiap hari adalah makan ini.

Berikutnya, kami (serombongan tur) akan di sajikan makanan mereka selama perang dan kita boleh mencicipi. Saya sudah deg-deg-an , penasaran. Jangan-jangan yang mereka makan itu semacam buah-buahan aneh atau mungkin (ekstrimnya) malah serangga-serangga, atau mungkin malah makan ular hiiiii....

Ternyata ketika makanannya keluar... Singkong Rebus... *sigh*
saya pun kecewa, klo beginian mah di Indo juga banyak. Tapi karena lapar akhirnya malah saya, cipu dan Mba vony yang lahap makan tu singkong, itung-itung makan siang. Jauh-jauh ke vietnam, ke dalam hutan, cuman buat makan singkong rebus wkwkwkkk....


Setelah makan siang singkong rebus, tibalah saat yang kita tunggu-tunggu. Masuk ke terowongan rahasia,,, Untuk lebih menyamarkan pergerakan mereka, dibuatlah terowongan agar mereka dapat berjalan-jalan tanpa takut terdeteksi musuh. Terowongan ini terdiri dari 3 level kedalaman, yaitu 4 Meter, 6 Meter dan 8 Meter di bawah permukaan tanah. Ukurannya kecil banget, cuman cukup buat dipake jalan sambil merangkak. Kalau imut nya se saya sih bisa sambil bungkuk.

Saya, Cipu & mba Vonny, sama sekali tidak kesulitan melewati lorong-lorong mungil itu,, secara kita kan jg imut-imut *hueekk*. Yaaah.. walaupun agak sesak napas kurang oksigen di bawah sono, tapi kita berhasil melalui 3 level terowongan itu tanpa banyak kesulitan. Yang masalah ya bule-bule yang berbadan besar-besar itu. Jangan kan mau jalan di dalam nya, masuk aja susah.


Sepertinya sih itu juga termasuk tak tik strategi Vietkong, untuk mencegah tentara Amerika mengikuti mereka masuk ke terowongan rahasia itu. Jadi sengaja dibuat terowongan itu sekecil mungkin sehingga hanya muat untuk badan mereka yang juga mungil-mungil (seperti saya).

Selain terowongan, Vietkong juga membuat lubang persembunyian rahasia di dalam tanah. Lubang tersebut sedemikian efisiennya sehingga - sekali lagi, hanya orang yang imut dan keren seperti saya yang bisa masuk. Sedangkan Mr. Herman, Turis asal Australia cuman bisa mencemplungkan betisnya doang. Itu kan berarti ukuran si saya ini hanya sebesar sepasang betisnya Mr. Herman.

Mr. Herman jugalah yang dengan mudahnya mengangkat saya dari lubang persembunyian tersebut ketika saya kesulitan untuk keluar dari kedalaman 2 meter itu. Rupanya para vietkong itu lupa bikin tangga di lubang persembunyiannya *tepok jidat*





Kamis, 15 Juli 2010

Yipppii,,, I'm at Disneyland


Disneyland buat saya adalah Dreams Come True...!


Sebagai seorang yang masa kecilnya di dominasi oleh Miki Tikus dan Donal Bebek. Apalagi sebagai seorang anak perempuan yang sering berkhayal jadi Putri Cinderella di depan cermin, dan berharap ketemu sama Prince Charming trus Live happily ever after *korbandongengDisney*. Ketika memasuki gerbang Disneyland rasanya saya kembali ke 20 tahun yang lalu. Walopun udah bangkotan gini, kelakuan tiba-tiba jadi bocah... lari-lari-an, loncat-loncatan, jumpalitan kesana kemari.



Harga tiket masuk untuk dewasa sebesar HK$ 350 ( 1 HK$ = Rp. 1200-1300)



Di dalam Disneyland kita bisa menyaksikan berbagai macam show dari bintang-bintang kontrak ekslusif Disney, seperti Mickey, Donald, Disney Princess, Stich dan kawan-kawan. Selain show, ada juga permainan-permainan standard seperti komidi putar gitu. Tapi kalo soal wahana masih kalah bervariasi nya dari Dunia Fantasi di Ancol.


Tidak jauh dari pintu gerbang, jangan lupa mengambil brosur Peta Disneyland dan jadwal show, agar waktu kita selama sehari itu lebih efisien. Atau kalau mau lebih prepare, bisa mengunjungi website nya Disneyland Hong Kong dan mengunduh Park Map dan Jadwal Show.


So Babies... Park your stroller and start exploring the Disneyworld!





Yess sampe juga di Disneyland

Di depan Castle, pangeran kuh mana pangerankuh?

Di sore hari ada parade bintang-bintang Disney... semuanya ada beriringan menyemprot-nyemprot pengunjung sampai basah kuyup. Yaaah.. karena tidak tahu klo paradenya itu ada acara semprot-semprotan air, saya dengan PD nya mengambil posisi paling depan.. diantara anak-anak kecil yang bawa payung. Tadinya saya pikir anak-anak itu bawa payung karena kepanasan, soalnya temperatur saat itu mencapai 32 der C. Eh.. ga tau nya mereka prepare buat di semprot-semprot-in air Ternyata di brosurnya sudah ada peringatan kalau paradenya itu bakal basah-basahan, saya nya aja yang ga teliti baca hehehe.. but it's fun kog.. seru!

Mesin penyemprot airnya Buzz Lightyear


3 Babi yang di cerita 3 babi & serigala, serigalanya udah duluan di depan

Ga ngerti faedahnya gunting rumput disini

Semak-semak trendi

Mesin penyemprot air yang lebih rusuh

Princess

Goofy & Donald Duck

Woody yang di Toy Story sama ceweknya

Basah Kuyup
 Show 3D nya juga kereeeeeen abizzz... bener-bener berasa tiga dimensi nya. Ada semprot-semprot angin dan air juga kayak wahana 4 dimensi di ancol. Ga percuma deh saya lari-larian berebutan bangku sama anak-anak kecil.

Ada pertunjukan Theater tokoh Disney juga

Beauty and the Beast

Foto sama Stich

Tomorrow Land

Nunggu Pertunjukan Kembang Api

Setiap harinya Disneyworld akan ditutup dengan pertunjukan Fireworks yang cantik sekali. Wo hohohohoo Rasanya pengen lagi kesanaaaaaaa..

When you wish upon a star, your dreams come true
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...