Jumat, 23 Desember 2016

Four Points by Sherraton Bandung

Saya menginap di hotel ini karena faktor kebetulan waktu lagi ke Bandung urusan kerjaan. Beberapa waktu lalu saya kedatangan tamu dari luar negeri yang berencana mau mengerjakan proyek di Indonesia, lokasinya kebetulan di sekitar Bandung. Jadi setelah ketemu saya di Jakarta, mereka berangkat ke Bandung duluan. Saya masih ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal di Jakarta, maka saya menyusul mereka keesokan harinya. 

Awalnya mereka hanya bilang menginap di Hotel Sherraton di Dago. Saya langsung menuju Hotel Sherraton di kawasan Dago Atas. Beberapa kali saya menginap disana karena salah satu hotel favorit saya, walaupun sejak di renovasi saya belum sempat menginap disana lagi. Ketika sudah dekat Hotel Sherraton saya dapat sms kalau mereka ada di Hotel Sherraton yang baru, bukan yang lama. Bandung itu memang pertumbuhan hotel barunya luar biasa, kayaknya tiap minggu ada hotel baru disana. Saya waktu itu baru tahu kalau ada lagi Hotel Sherraton lain di Dago. Ketika tanya sama security di depan gerbang Hotel Sherraton, saya diarahkan ke Four Points hotel by Sherraton yang ada di sebelah Dukomsel.

Lokasi Four Points merupakan lokasi yang bersejarah untuk saya karena jaman dulu pernah kecopetan handphone dalam angkot persis di depan jalan itu. Letaknya bersebelahan dengan Superindo Dago, bersebrangan dengan Plaza Dago, jadi sangat strategis. Gak jauh juga dari jajaran Factory Outlet di Jl. Riau atau Distro gaul di Jl Trunojoyo - Jl Sultan Agung. Saya juga baru sadar kalau tiba-tiba ada bangunan tinggi disitu. Seingat saya, sebelumnya itu adalah bangunan rumah tua yang digunakan Bank Niaga. 

Hotelnya tampak masih baru banget, pintu gerbang exitnya saja belum selesai dikerjakan. Paling depan bukan lobby hotel, melainkan pintu masuk cafe dan restoran. Lobbynya ada disebelah belakang restoran. Saya suka desain interior hotel yang simple tapi chick, didominasi warna putih jadi walaupun sebenarnya tidak terlalu luas tapi kesannya tidak sempit. Petugas resepsionis sangat ramah dan sangat membantu ketika saya berusaha menghubungi rekan kerja saya yang ternyata handphonenya ditinggal di kamar sementara mereka ngobrol di restoran hotel tempat breakfast. 





Saat itu saya belum berencana menginap di Bandung, karena pinginnya setelah urusan survei lapangan selesai, saya mau langsung pulang ke Jakarta. Ternyata survei lapangan sampai sore sekali, malamnya masih ada janji makan malam dan keesokannya ternyata kami ditunggu di suatu tempat juga di Bandung. Jadi dengan sepatu dan celana belepotan lumpur, muka kucel bau keringat, saya menghadap resepsionis - yang masih sangat ramah, dan menanyakan rate kamar - dijawab dengan ramah dan sangat membantu, jadi saya langsung check-in saat itu juga. Kalau punya Member Starwood Preferred Guest bisa dapat point disini.

Kamarnya cukup luas dan desainnya juga simple dan chick, dominasi warna putih. Saya suka karena kesannya jadi terang dan bersih. Yang keren adalah di kamar ada dock iPhone untuk iPhone 5 dan 6, tapi karena iPhone saya masih tipe 4s jadi tidak bisa dipakai disitu.  Menu breakfastnya juga bervariasi, ada lokal dan western, standar hotel bintang 4. Sayangnya saya tidak sempat menikmati semua fasilitas disana karena waktu yang terbatas, padahal kalau lihat difoto, pool areanya keren di rooftop. Saya pasti akan balik lagi ke Four Points kalau ada kesempatan. 

Pagi harinya ketika akan keluar dari parkir, saya lupa minta cap bebas parkir di resepsionis. Harusnya saya bayar parkir, tapi penjaga parkir sangat helpfull dan memperbolehkan saya lewat tanpa bayar walaupun tiket saya belum di cap, katanya dia akan bantu mengurusnya. Ketika dikirim e-mail kepuasan pelanggan saya harus kasih poin sangat puas atas keramahan staffnya.

Alamat:
Four Points Hotel By Sherraton
Jl. Ir. H. Djuanda No.46 (Dago)
Bandung
www.fourpointsbandung.com

Selasa, 13 Desember 2016

Keliling-keliling di Dalam Kompleks Wat Pho (Lagi)

Lima tahun lalu saya ke Bangkok dengan tujuan lihat patung Sleeping Budha di Wat Pho. Salah satu alasanya karena pernah lihat foto Papa Said waktu lagi bisnis trip ke Bangkok, sempat jalan-jalan dan foto di depan patung itu. Tahun ini saya balik kesana, bareng keluarga. Seperti yang pernah saya bilang di postingan sebelum-sebelumnya, harga tiket masuk ke Wat Pho ini naik dari 50 bath menjadi 100 bath.

Saya ke Bangkok kemarin bulan Februari, beberapa bulan sebelum Raja Bhumibol wafat dan Thailand berkabung selama satu tahun. Raja Bhumibol adalah Raja Thailand yang paling lama bertahta. Menurut Tince yang baru-baru ini dari sana, selama masa berkabung satu tahun itu rakyat Thailand harus pakai baju warna gelap atau warna putih.

Dari hotel Silom Village di daerah Silom, kami naik tuktuk ke pier Oriental, kemudian naik express boat sampai ke kawasan Rattanakosin. Tujuan pertama adalah ke Wat Phra Kew atau Grand Pallace, tapi mungkin pas itu adalah musim libur turis dari China jadi banyak banget rombongan turis komplit dengan tour guide nya yang angkat-angkat bendera sambil teriak-teriak. Ramainya itu sudah seperti satu provinsi rakyat China ada disitu. Kami sempat masuk ke halaman Wat Phra Kew dengan penuh perjuangan, mungkin mirip jalan di terowongan mina pas musim haji. Ketika lihat antrian loket beli tiket masuk yang mengular, langsung hilang minat untuk masuk. Akhirnya kami melipir ke Wat Pho.

Wat Pho tidak seramai Wat Phra Kew, mungkin karena masih pagi jadi rombongan turis belum sampai kesitu jadwalnya. Di halaman Wat sedang ada acara, orang-orang lokal mengantri di depan Biksu, di doakan, diciprat air suci, kemudian dipasangkan gelang. Turis-turis asing mengelilingi sambil foto-foto, beberapa bahkan ikut antri dan didoakan juga. 



Setelah lihat Patung Sleeping Budha, kami ke kompleks wat yang ada di halamannya. Dulu waktu saya pertama kali ke Wat Pho sendirian, saya sempat nyasar di kompleks itu sebelum akhirnya menemukan lokasi Sleeping Budha. Dulu lagi ada renovasi sehingga pintu utama yang langsung menuju ke Sleeping Budha ditutup, dan tempat itu sepi jadi ya saya muter-muter keliling sendirian. 

Kemarin saya muter-muter kompleks lagi itu sendirian, mengulang masa lalu. Kali ini bukan karena nyasar tapi karena cariin Mama Said yang tiba-tiba hilang waktu saya dan Anissa, adik saya yang bungsu, lagi foto-foto. Akhirnya Anissa tunggu di pintu exit, kita sms ke henponnya Mama Said dan saya keliling kompleks wat yang masih sepi aja kayak dulu, tapi gak ketemu juga. Waduh kalau nyasar gawat tuh, nanti pada gak bisa pulang. Setelah keringetan bolak balik saya kembali ke tempat Anissa menunggu, di dekat pintu exit. Saya berdua Anissa duduk-duduk aja disitu sampai kemudian muncul yang lain dengan wajah tanpa dosa. 

Sebetulnya rencana awal mau ke Wat Phra Keow, Wat Pho kemudian Wat Arun. Wat Phra Keow gagal kan tadi. Wat Arun juga gagal karena lagi direstorasi dan ditutup sementara. Sementara itu Mama Said juga udah gelisah gak sabaran kepingin shopping lagi, akhirnya kami naik taksi langsung ke mall.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...