Sabtu, 05 Desember 2009

The convenience of public transportation

Masih dalam rangka Backpacking perdana Singapore-Malaysia.

Sebagai Turis dengan budget terbatas di negeri orang, saya dan rombongan banyak menggunakan transportasi umum seperti Bus dan MRT. Padahal kalau di Jakarta boro-boro naik bus, bahkan bus trans jakarta sekali pun. Membayangkan perjuangannya untuk berdesak-desakan saja sudah capek duluan *manja mode ON*. Jadi walaupun seringkali terjebak macet berjam-jam sampai betis dan pinggang pegal-pegal, tetap saja menyetir sendiri dengan kendaraan pribadi merupakan pilihan yang paling nyaman dan saya harus banyak bersyukur.

Di negara tetangga kita ini lah, I discover the meaning of "the convenience of public transportation". Rute-rute MRT dan Bus mudah di mengerti dan terpampang jelas di setiap terminal dan halte-halte. Rute antara Bus dan MRT terintegrasi. Coba kalau ada turis di Jakarta di suruh naik Bus, Angkot atau Metromini.. kalau ga nyasar-nyasar plus mabok darat, hebat tuh :p

Penumpang-penumpang nya juga lebih tertib di banding di sini, jadi ga ada yang dorong-dorongan, desak-desakan masuk ke bus, seperti di Bus Trans Jakarta. Mungkin juga karena disana jumlah penduduknya lebih sedikit kali ya, jadi lebih mudah di atur daripada di mari.

Ada satu lagi yang rasanya sulit di terapkan di Jakarta, yaitu Hop-on Hop-off city Tour. Di Singapore dan Kuala Lumpur ada Bus yang mengantar turis-turis keliling kota dan singgah di objek-objek wisata yang terdapat di kota tersebut. Karena kotanya yang relatif lebih kecil dan traffic-nya yang less crowded, dalam waktu satu hari kita bisa khatam keliling satu kota. Kalau di Jakarta mah seminggu juga ga khatam kalau mau kelilingin satu kotanya. Saya aja yang dari gede di Jakarta belum pernah seumur-umur yang namanya kelilingin kota Jakarta *tepok jidat*

Bayar RM 38 saja kita sudah bisa mengembara di kota Kuala Lumpur, thanks to KL Hop-on Hop-off [naik-turun sesuka hati] city tour. Bagi yang pertama kali ke Kuala Lumpur, cara ini paling efektif dan efisien, karena Bas Lawatan ini melewati semua objek wisata yang ada di Kuala Lumpur. Mereka bahkan menyediakan earphone di setiap tempat duduk yang menjelaskan ke kita tentang objek wisata yang sedang kita lewati dengan berbagai pilihan bahasa.

Satu tiket seharga RM 38 itu berlaku selama 24 Jam. Jadi andaikata kita turun di salah satu tempat pemberhentian, kita dapat naik Hop-on Hop-off yang lain hanya dengan menunjukan tiket tersebut, ga perlu bayar-bayar lagi. Jurang masa 30 minit antara setiap bas.

Tempat-tempat yang dilalui termasuk objek wisata, hotel dan tempat perbelanjaan. Diantaranya KLCC - Petronas tower, KL Tower, Bird Park, Butterfly Park, National Mosque, Aquaria, China Town, Sentral Market (pasar seni), Dataran Merdeka, National Palace, National Museum and many more.


Selasa, 03 November 2009

Petronas Tower

Belum ke Malaysia kalau belum melihat Menara Petronas, salah satu menara tertinggi di dunia. Kami pun melihat nya: pagi, siang dan malam... seriously. hehee...

Menara Petronas Pagi Hari

Masih ingat di posting sebelumnya waktu saya bilang penderitaan kami gara-gara MENGANTRI belum selesai? Ritual antri yang akan kita jalani selanjutnya adalah mengantri tiket untuk melawat jejantas udara (visiting skybridge) nya Menara Petronas. Tiketnya ternyata percuma (gratis), tapi ngantri nya.. wuidiiihh.. berkelok-kelok sepanjang beberapa ratus meter. *okey.. bagian ratusan meternya itu memang berlebihan*

Turun dari Kereta Tanah Melayu Berhad (KTMB) kami langsung naik MRT ke KLCC. Sampai disana jam 8 kurang waktu Kuala Lumpur, ruangan sudah penuh sesak dengan wisatawan yang mengantri tiket. Jangan tanya kapan kita mandi nya, karena memang belum pada mandi semua hehee... Pun begitu kita tetap berhati-hati dengan penyeluk saku (copet).


Menara Petronas Siang Hari

Setelah sabar MENGANTRI, kami mendapatkan tiket untuk melawat jam 12 siang. Karena jeda waktunya masih lama, kami memutuskan untuk mencari sarapan dan menitipkan backpack di rumah tumpangan (hostels) kami yang terletak di Bukit Bintang, ga jauh dari KLCC. Setelah ganti baju (doang, teteup belum mandi) kita kembali ke KLCC.


Sebelum naik ke sky bridge, kita di suguhi tayangan 3D lengkap dengan kacamatanya. Kemudian kita naik lift dan memulai sesi foto-foto di jembatan yang menghubungkan dua menara kembar tersebut. Para pelawat di beri waktu 10 menit di atas jejantas udara tersebut. Beuh.. ga sebanding sama penantiannya. Tapi ga sampe 10 menit juga udah bosen kog, ternyata begitu doang *ditoyor* hihihii...


Menara Petronas Malam Hari


Menara ini kelihatan cantiiiiiiiiiiiiiiiik sekali di malam hari *seperti yang nulis*.

Di malam terakhir kita di KL, ditraktir makan di restoran asik yang terletak tepat di depan Menara Petronas bernama NZ oleh sepupunya Cipu yang tinggal lama di sana dan bersedia menemani kita pusing-pusing (jalan-jalan) di KL. Jadi sembari menikmati makan malam, kita bisa menikmati pemandangan Menara Petronas di waktu malam.

Senin, 02 November 2009

Keretaapi Tanah Melayu Berhad (KTMB)

Satu setengah hari menjelajahi kota Singapura, akhirnya tiba saat kami bertolak ke Malaysia. Beberapa hari sebelum berangkat, kami telah memesan tiket KTMB secara on-line. Sebenarnya bisa saja kami naik dari Singapura langsung ke Kuala Lumpur, tapi demi penghematan budget kami memutuskan naik dari Johor Bahru untuk menuju Kuala Lumpur.

Kenyataan memang tidak selalu berjalan sesuai rencana, ada saja hal-hal yang tidak pernah terkira sebelumnya. Dari Singapura ke Johor Bahru kami harus naik bus dulu. Berbekal saran dari orang-orang India pemilik restoran di bawah penginapan kami, berangkatlah kami ke Queen Street Bus Terminal Ternyata kami menemui antrian yang panjaaaang..

But, it was just a beginning.

It turns out to be, kami menghabiskan waktu ber-jam-jam hanya untuk mengantri. MENGANTRI di imigrasi Singapura, MENGANTRI untuk naik kembali ke bus ke Johor Bahru, MENGANTRI di imigrasi Malaysia... dan waktu terus berjalan, pukul 10.30 waktu Malaysia dan kami masih mengantri di imigrasi padahal jadwal kereta pukul 11.

And what made it worst is that we don't know the location of Train Station. Bahkan setelah kasak kusuk kesana kemari, tanya ke kiri dan ke kanan, kog ya ga ada yang tau pasti letak stasiun kereta di Johor Bahru. Untungnya kita sempat ketemu dengan dua orang cewe manis yang baik hati, yang rela nungguin kita di imigrasi Malaysia dan menunjukkan jalan ke stasiun yang ternyata hanya selemparan kancut *tepok jidat*.

Kami pun berlari-lari di kejar waktu, dengan menggendong backpack, menahan HIV (hasrat ingin vivis), dan jantung yang berdebar-debar. Eniwei... akhirnya kami tiba tepat waktu *fiuuhh*.
It was happy ending story afterall.


Tampak luar Kereta Tanah tersebut sama persis dengan kereta api yang ada di Indonesia, tapi interiornya yang beda. Lebih bersih dan terawat. Kami membeli tiket kereta yang ada tempat tidur nya supaya bisa sekalian istirahat di perjalanan menuju Kuala Lumpur.


Setelah melewati malam di kereta, pukul 7 pagi kami tiba di Kuala Lumpur Central Station... dan kami masih harus MENGANTRI tiket di Petronas... *sigh*


Kamis, 29 Oktober 2009

Singapore Tour a la Kere

Kalau punya waktu satu hari menjelajah kota Singapura dengan budget minim, kemana kah tujuan kamu?

Ke tempat-tempat inilah Turis Kere berkunjung:



1. Little India


Kami memutuskan untuk menghabiskan malam pertama kami di Singapura dengan berkunjung ke Little India. Maksudnya sekalian berburu kuliner khas India disana. 

Di depan Little India yg gemerlap sama lampu-lampu

Kebetulan untuk mencapai Little India dari penginapan kami hanya perlu naik bus ($1/org) dan jalan sedikit.

Ternyata saat itu para umat hindu sedang merayakan Deepavali Day yaitu semacam festival untuk merayakan kemenangan Good VS Evil yang di simbolisasi dengan kemeriahan cahaya-cahaya lampu. Jadi kebayang kan cantik nya, berjalan-jalan di tengah kerlap kerlip lampu berbagai warna di malam hari, kadang terhirup aroma dupa dan bunga-bungaan. Mungkin karena terlalu terbawa suasana kita jadi lupa buat makan malam disana, tapi akhirnya kita makan malam di restoran India 24 jam yang terletak di bawah penginapan kita. Toh akhirnya kuliner India juga kan? hehee..


2. Esplanade & Merlion Park


Perjalanan perdana para Turis Kere kali ini benar-benar di warnai dengan keberuntungan. Penginapan kita ternyata tempat yang sangat strategis. Secara tidak sengaja, di hari pertama kami berjalan dan berjalan hingga kog akhirnya bisa tiba di Esplanade. Dan keesokan pagi nya kita kembali lagi ke Esplanade untuk sesi berpoto. Dan ketika kita berputar ke sisi sebelah Esplanade... TERNYATA... di seberangnya ada Merlion Park.



Background nya : Patung Merlion & Esplanade



Ya ya ya.. kita baru tau.. kalau ternyata Merlion Park dan Esplanade itu seberang-seberangan (doh..kemana aja) hihihiii...

 
Jadi, berapa ongkos yang kita perlukan untuk mengunjungi Esplanade & Merlion Park?


$0



Esplanade itu adalah gedung theater, kalau disini mah kayak Theater Ismail Marzuki (TIM) gitu kali ya. Tapi kita tidak masuk kedalamnya. Dan sayang nya lagi tidak sempat melihat kecantikan Esplanade waktu malam karena kepepet waktu.

Kalau patung Merlion itu patung kepala singa berbadan ikan yang merupakan ikon kota Singapura. Yaaa.. klo disini mungkin mirip dengan patung ikon kota surabaya gitu kali ya? *penulis ngarang ga boleh ada yang protes*


3. Orchard Road

 
Jalan ini terkenal sebagai pusat perbelanjaan di Singapura. Beberapa tahun yang lalu, mungkin kita akan takjub melihat mall-mall disini, bahkan orang-orang kaya Indonesia kabarnya banyak yang bela-belain belanja barang ber-merk sampe ke sini.

Tapi kalau di lihat sekarang, seperti nya biasa saja ya. Mungkin karena di Jakarta sendiri sudah banyak mall yang megah-megah. Selain itu outlet-outlet ber-merk yang ada di sini sepertinya sudah buka cabang semua di Jakarta.


House of Condom, blm ada di Indonesia nih
Yang belum buka cabang di Jakarta seperti nya hanya outlet yang seperti poto di atas heheheee...




4. China Town



China Town -nya Singapore

Hati-hati bagi para turis ber-budget minim kalau berkunjung ke sini. Harus bisa tahan napsu belanja-belanji, karena disini banyak terdapat pernak-pernik yang menarik.

Untuk mencapai China Town kami menggunakan transportasi favorit kami - MRT, seharga satu dollar-an.

Jangan sampai terjebak dengan harga dalam dollar. Kalau saya pribadi yang hampir seumur hidup menggunakan mata uang yang terdiri dari ratusan dan ribuan angka di tiap lembarnya, jadi sering lupa kalau melihat harga yang hanya terdiri dari angka satuan dan puluhan. Kesannya tuh murah banget, padahal setelah di kalikan kurs nya, ternyata ga semurah itu.

Rabu, 28 Oktober 2009

Naik MRT tut tut tut.. siapa hendak turut..

Hehee..baru tau kalo MRT itu kepanjangannya Mas Rapid Transit karena mau nulis postingan ini *gubrak*

Padahal di Singapore, sarana transportasi ini yang jadi pilihan kita - selain bus, karena ongkosnya yang murah meriah. Murah kalau dibandingkan naik taksi tentunya, kalau dibandingkan sama jalan kaki ya tentu lebih murah jalan kaki.

Kelebihan dari negara tetangga kita ini adalah sistem transportasi nya yang terintegrasi dan ga ribet. Keterangan jalur yang terpampang di setiap terminal MRT dan Bus dibuat sedemikian sehingga sangat sistematis, bahkan untuk pendatang yang pertama kali melihatnya tidak memerlukan waktu lama untuk memahami. Ya tentunya kita harus tau dulu tujuan kita. Tapi mungkin karena kita orang Indonesia dengan peribahasanya "malu bertanya sesat di jalan", kayaknya kurang afdol kalau ga tanya-tanya ke orang *lirik cipu*

Tiket MRT dibeli melalui mesin. Di terminal MRT bandara Changi, dengan penuh tekad kita mengamati mesin ajaib tersebut , menekan-nekan semua tombol, memasukkan uang ke setiap lubang yang ada, dan hampir putus asa. Kemudian di sebelah datang seorang kakek. Dengan pandangan penuh harap akan diajari cara menggunakannya, kita langsung mengalihkan perhatian ke si kakek itu yang dengan ekspresi tidak kalah bingung berkata, " I dont know how to use it".

Akhirnya datang sepasang turis asing, yang kelihatan lebih pintar mencoba menaklukan mesin tiket tersebut. Kita menunggu sambil mengamati dengan seksama dan akhirnya mereka berhasil. Horeeee... dan kita pun akhirnya mendapatkan tiket MRT pertama kita.

Di siang hari kedua kita di Singapore, kita berniat naik MRT dari Sommerset menuju City Hall, terminal yang dekat dengan Esplanade. Saat itu arus penumpang sangat deras, berlarian menuruni tangga mengejar MRT yang pintunya sudah hampir tertutup. Kami pun ikut hanyut dalam arus penumpang itu, pintu sudah tertutup setengah, aku& Cipu terpisah dari Gunard, tapi kami BERHASIL memasuki MRT tersebut. Aku dan Cipu bernafas lega... Fiuuuuuh...


Hingga tak lama kemudian, Cipu tersadar kalau kita naik MRT dengan arah berlawanan dari tujuan kita. MRT saat itu penuh, kita tak bisa melihat keberadaan Gunard. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk turun di terminal berikutnya: Dolby Gauth. Sedangkan Gunard yang terpisah dari kami terbawa hingga terminal berikutnya.

Kita hanya bisa menertawakan kejadian ini, soalnya entah kenapa kita musti ikut lari-lari padahal MRT akan datang setiap 4 menit. hehehee...

Pesan moral yang bisa diambil dari kejadian ini: Jadi orang itu harus punya pendirian, jangan cuman terbawa arus karena bisa menyesatkan.

Turis Kere


"When you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it
"
-Paulo Coelho




I've proved it!


Pada saat menulis postingan Ucapan Tahun Baru tentang rencana travelling 2009, jujur aja belum kepikiran untuk bikin planning ke luar negeri, walaupun ada siiiih.. impian-impian terpendam menyangkut hal tersebut, tapi kog ya rasanya ragu dan terlalu muluk.


Tapi ternyata... Salah Besar! Karena suatu hari di pertengahan tahun, saat perjalanan dari Bandung menuju Jakarta selepas menghadiri resepsi pernikahan teman, bersama dengan bapak Gunard Slamet Handiko (paling kiri, kaos item) dan beliau menceritakan kalau sudah punya tiket (yang mana di beli waktu promo seharga Rp.0,-), tiba-tiba terjadilah.


All of the sudden, I'm planning for the "Trip". Bersama dengan Gunard Slamet, Cipu dan Lenia.. kita akan menaklukan Singapura dan Kuala Lumpur dengan menggendong Backpack.

And who said it's going to be expensive trip? (I was hehee)

Kenyataannya kita hanya menghabiskan kurang dari 800 ribu rupiah untuk perjalanan Jakarta-Singapore-Kuala Lumpur-Jakarta. Ga percaya? coba liat kesini untuk rincian budget nya. Thank God, Daeng Cipu (tengah, kaos kuning) udah duluan posting rincian budget hehee...

Budget diatas memang belum termasuk harga tiket yang ternyata juga kurang dari 700 ribu rupiah. Pun sebenarnya kita bisa dapat harga lebih murah kalau planning dari jauh-jauh hari. Tapi karena lumayan mendadak, jadi kita pesan tiket sebulan sebelum jadwal.

Cipu likes to call himself a budgetary traveller, but I like to call myself Turis Kere. Walaupun dengan budget yang minim, toh bisa juga kita jadi wisatawan di negeri tetangga hehee..



Senin, 17 Agustus 2009

Istana Maimun



Istana Maimun terletak di ibukota Sumatera Utara, Medan. Lebih spesifik nya terletak di Jl. Brigjen Katamso. Mirip-mirip seperti keraton di Jawa, Istana ini masih ada penghuni nya dan masih digunakan untuk upacara adat.


Istana peninggalan Kerajaan Deli ini dibangun pada 26 Agustus 1888 (wuih kog sama tanggal nya kyk tanggal ultah yg nulis he3..) dan baru diresmikan pada tanggal 18 Mei 1891, jadi berapa tahun tuh bangunnya? Hitung sendiri aja ya.

Yang memprakarsai berdirinya bangunan ini adalah Sultan Ma'moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang merupakan keturunan raja ke-9. Menurut daftar silsilah yang di pahat diatas marmer dan dipajang di halaman istana, Raja Deli yang pertama adalah Tuanku Panglima Gocoh Pahlawan (1632-1669). Sedangkan yang terakhir terpahat adalah nama Raja deli ke-12, Sultan Azmy Perkasa Alam sejak tahun 1967.

Arsitektur bangunan ini sangat menarik, perpaduan dari beberapa budaya tapi kesannya ga' tabrak-tabrakan. Konon menurut kabar arsitek bangunan ini adalah arsitek asal Italia. Arsitek yang sama dengan arsitek Masjid Raya nya yang terletak tidak jauh dari Istana Maimun. Dari luar kelihatan bernuansa India Islam. Tapi ketika masuk ke dalam perabotannya bernuansa Eropa, seperti lemari, kursi, lampu-lampu kristal. Sedangkan Singgasana nya sendiri bernuansa Melayu dengan warna kuning keemasan yang megah.





Sayangnya tidak seperti Keraton di Jawa, Istana Maimun ini kondisi nya kurang terawat. Untuk masuk ke Istana, kita hanya perlu membayar sumbangan sukarela. Di sini juga menyewakan pakaian adat Melayu apabila kita mau foto-foto dengan pakaian adat di Istana ini.

Sabtu, 01 Agustus 2009

Suramadu

Akhirnya sampai juga di Jembatan Suramadu, yang menghubungkan Surabaya dan Madura. Secara jembatan ini lagi jadi jembatan yang paling hip & hapening di indonesia saat ini, waktu minggu lalu ada kesempatan ke Surabaya di paksa-paksain deh ke jembatan ini.

Setelah selesai urusan pekerjaan di daerah Tuban, yang mana lebih lama dijalan nya dari pada urusannya, aq langsung meluncur ke TKP (baca: suramadu). Sampai disana sekitar jam setengah sembilan dan gelap gulita. Setengah mati mau motret jembatan nya. Mana dilarang berhenti di sepanjang jembatan, jadi nya fotonya ga kliatan apa-apa deh hehehe...





It's oke lah, gagal mendapatkan gambar jembatan suramadu, yang penting pengalaman menyebrang nya. Tarif suramadu untuk mobil, Rp. 30.000. Di ujung Madura, kalau malam di pinggir-pinggir jalan banyak terdapat warung-warung makan dan penjual suvenir. Pun hanya menjejakan kaki sepanjang beberapa meter di pulau Madura, yang penting bisa merasakan makan Sate Madura di Madura. he3..

Sabtu, 25 Juli 2009

Gonta Ganti Gaya di Vredeburg

Beberapa kali ke Jogja, sering sekali aku lewat di depan benteng Vredeburg. Sesering lewat di depannya itu, sesering itu juga punya niatan buat masuk. Tapi baru kali kemarin itu akhirnya niat itu terlaksana.

Ceritanya di awal Juli kemarin, aku tergabung dalam rombongan wisata kondangan menghabiskan weekend di Jogja, dengan agenda utama: FOTO BERSAMA.

Setelah agenda belanja-belanja yg sempat di ceritakan disini, rombongan mulai berpikir untuk mencari lokasi pemotretan. Akhirnya disepakati Benteng Vredeburg, yang tidak jauh dari Pasar Beringharjo.

Benteng ini dibangun pada masa kolonial Belanda, hampir mirip dengan benteng-benteng lain peninggalan Belanda yang berada di beberapa kota di Indonesia, di dalamnya terdapat bangunan-bangunan rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit dan rumah residen. Vredeburg sendiri artinya adalah "perdamaian".


Beginilah hasil para foto model dadakan bergaya di depan kamera. Not Bad juga lah ya.. hehee..


Ganti Gaya.....


Ganti Gaya...


Ganti Gaya...

Fiuh.. ternyata jd foto model itu melelahkan juga. Dan Puanaaaasss Bo'... hahahaaa...

Benteng-benteng yang lain:
- Benteng Otanaha
- Fort Rotterdam
- Fort Marlborough

Senin, 20 Juli 2009

Pecel Pincuk Beringharjo

Pergi ke Jogja bareng segerombolan cewe-cewe, apalagi agenda utamanya kalau bukan shopping-shopping. Tempat pertama yang di serbu tentunya adalah Pasar Beringharjo di Malioboro, pusat jualan batik di Jogja. Tidak lupa, sebelum mulai memborong, barang pertama yang di beli adalah tas batik buat wadah belanjaan. Jadi ceritanya tante-tante gila belanja itu mau bikin kontes "tas belanjaan paling penuh".

Sementara tante-tante lain dengan obsesi mereka memenuhi tas belanjaannya berburu batik-batik di Pasar Beriharjo, aku yang sedang tidak mood buat belanja baju - mengingat lemari pakaian di rumah yang udah kepenuhan dan beberapa baju baru yang belum sempat di pakai, memutuskan untuk sarapan pecel kaki lima yang berjejeran di depan pasar Beriharjo. Kebetulan di hotel belum sarapan, jadi cacing-cacing di perut langsung berontak melihat sayur-sayuran pecel, tempe bacem dan sate telur puyuh bergelimpangan mengundang.

Di atas pincuk daun pisang, kita bisa menikmati pecel khas Jogja lengkap dengan kembang turi. Bisa pilih mau pakai nasi atau lontong. Dan lauk nya tinggal comot aja di bakul-bakul yang tersedia. Murah meriah dan seru. Karena makannya di trotoar tempat orang sibuk berlalu lalang, jadi maklum-maklum aja kalo lagi makan agak ke senggol-senggol. Belum lagi pengamen-pengamen yang datang silih berganti, dari yang gitar-an nyanyi lagu Ebiet G. Ade, waria menor berkebaya yang bersenandung "tak gendong... kemana-mana..", hingga pengamen yang cuman kecrek-kecrek sambil ngedumel ga niat.


Intip-intip juga:
- Cokelat Monggo Asli Jogja
- Warung Pecel Tempoe Doeloe

Jumat, 12 Juni 2009

Jembatan Ampera

Aku baru tahu loh ternyata nama Ampera merupakan singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat. Jembatan dengan panjang 1,117 km yang merupakan ikon kota palembang ini berdiri di atas Sungai Musi, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir.

Sewaktu pertama didirikan di tahun 1965 jembatan ini dinamakan Jembatan Bung Karno, baru diganti namanya menjadi Jembatan Ampera setelah di tahun 60-an mulai marak gerakan anti Sukarno. (wikipedia.org)

Dulunya jembatan ini bisa diangkat, agar kapal-kapal besar yang melewati sungai musi tidak tersangkut. Tapi karena padatnya lalu lintas sekarang ini Jembatan Ampera sudah tidak pernah diangkat lagi. Di malam hari Jembatan ini kelihatan makin cantik dengan lampu-lampunya yang terang benderang, jadi rada-rada seperti Jembatan San Francisco-nya Indonesia, sebelum tersaingi Jembatan Suramadu.

Di sekitar jembatan ini pun menjadi lokasi hiburan bagi wisatawan dan warga lokal. Kita bisa menikmati Pindang Patin khas Palembang sembari memandangi kerlap-kerlip Jembatan Ampera di tepian sungai Musi. Kalau mau yang sedikit beda, kita bisa menyewa kapal menyebrangi Sungai Musi dan mampir di restoran yang letaknya di atas sungai.


Kamis, 14 Mei 2009

Sate Maranggi Cibungur

Warung Sate Cibungur ini berlokasi di Purwakarta, ga jauh dari pintu keluar toll Cikampek ke arah Bandung. Tempat makan yang posisinya di antara pohon-pohon jati ini hampir tidak pernah sepi dari pengunjung, terutama di akhir pekan dan hari libur. Banyak orang yang datang khusus untuk makan aja.

Sebelum ada toll Cipularang, di sepanjang jalan ini banyak terdapat rumah makan target singgah orang-orang yang menuju ke berbagai daerah, salah satunya ke Bandung. Tapi setelah toll Cipularang beroperasi, rute ini jadi jarang dilalui kendaraan-kendaraan, sehingga rumah makan - rumah makan tersebut satu persatu mulai gulung tikar gara-gara sepi pengunjung. Nah.. si warung Cibungur ini salah satu dari rumah makan yang tetap survive walaupun rute purwakarta ini tidak seramai dulu lagi.

Spesialisasi dari warung makan Cibungur ini adalah sate maranggi (sapi & kambing) & es kelapa muda (yang konon kabarnya kelapa-kelapa nya adalah kelapa pilihan yang di supply dari suatu tempat di mana gitu... lupa he3..). Selain itu ada juga sih menu-menu lain seperti ikan bakar, karedok, gulai, dst..dst.. Unik nya makanan di situ itu diolah nya menggunakan prinsip Mass Product. Kayaknya mereka tuh punya dukun yang sebelum warung nya buka udah bisa kira-kira berapa banyak nih sate yang musti dibakar & kelapa yang musti di belah.

Sambil makan kita bisa nonton aktifitas di dapurnya yang terbuka, soalnya apa lagi pemandangan yang bisa diliat disana kecuali kebon jati & truk-truk yang lalu lalang. Bicara soal fast food, nah yang ini baru bener-bener fast. Begitu pesanan di kasih, makanan langsung datang dan langsung habis.. ga tau mungkin karena kebawa suasana disana yang serba fast, makan kita juga jadi ikut-ikutan fast.



Soal rasa nya siy biasa aja, namun dari pada itu Sate Maranggi punya ciri khas yang beda dibandingkan sate-sate yang lain. Sate ini bumbunya ga pake bumbu kecap atau bumbu kacang lagi soalnya si sate sendiri udah di bumbuin sebelum di bakar. Trus sate nya di lengkapi sama sambel iris tomat & cabe, jadi lumayan lah ada pedes-pedesnya. Makannya harus pas lagi panas-panas soalnya kalau sudah dingin jadi keras & berlemak. Yah.. sesuai lah sama harganya yang murah meriah.

Senin, 04 Mei 2009

All in one place: KiosK

Akhirnya kesampaian juga setelah sekian lama penasaran pengen cobain makan di tempat ini. Berawal dari propaganda Chacha Said yang udah hampir dua setengah juta kali menceritakan soal kiosk. "Kak, tadi gw makan iga bakar & pempek di Kiosk","kak, pulang dari kampus td gw makan bubur mang oyo di kiosk", "Kak, kemaren gw & temen gw makan sate Hadori di Kiosk", etc, etc.. Sangking keseringan denger kata "Kiosk" itu rasanya jd penasaran abizzz...

Food Court yang berlokasi di Jl. Ir. H. Djuanda (Dago) ini terdiri dari beberapa tempat jajanan yang ngetop di Bandung. Di Kiosk Dago kita bisa menemukan Iga Bakar Pak Jangkung tanpa harus ke Cipaganti dan Sate Hadori tanpa harus ke Stasiun.

Selain itu masih banyak lagi jajanan bandung yang buka lapak disini, seperti Gudeg Banda, Kupat Tahu Gempol, Baso Malang Cipaganti, Ronde Jahe Alkateri, Mi Kocok Kebun Jukut, Bubur Ayam Mang Oyo. Dan semuanya bisa dinikmati dalam suasana yang cozy.

Selain di Dago, pusat jajanan Kiosk juga terdapat di lokasi strategis lain yaitu Setiabudi dan Braga. Setiap cabangnya menawarkan makanan yang berbeda. Aq sempat lewat di depan kisk Braga dan melongok kedalamnya sekilas, sempat melihat ada Nasi Bakar Cimandiri yang cukup terkenal di sana.

Peringatan: Tidak dianjurkan bagi yang punya penyakit lapar mata... bisa2 semua jenis makanan yang ada di pesen he3...

Jumat, 03 April 2009

Berubah

Ga berasa ternyata sudah luama bangetz sejak terakhir kali update blog. Sebenernya setiap hari selalu kepikiran dan berniat untuk update blog, tapi karena kehidupan mila said saat ini sedang banyak di dera masalah (suiiit.. suiiit..) jadi nya ketunda lagi.. ketunda lagi..

Sampai akhirnya kemarin tiba-tiba kepikir untuk ganti template (yang dulunya rada cupu itu).. trus tiba-tiba kepikiran lagi buat ganti alamat nya jadi http://ceritanyamila.blogspot.com (previously http://membunuhwaktu.blogspot.com)

Semoga dengan perubahan ini aku jd lebih bersemangat untuk nge-blog lagi hihihiii...

Aku juga mau mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya buat Mamih Kuyus dan Mba Reni yang selalu memberi motivasi. Luv u so much.. Mmmuach..Mmmuach..



Kamis, 29 Januari 2009

Seluncuran di Mall

Salah satu keuntungan bertubuh mungil dan raut muka abg adalah bisa nyobain seluncuran di mall tanpa harus dikomentarin, "ih udah tante-tante masih maen begituan. Masa mudanya pasti kurang bahagia." Yah, meskipun begitu banyak juga kog tante-tante dan om-om yang tergiur buat mencoba mainan yang memacu adrenalin ini. Pasalnya seluncuran ini bukan sembarang seluncuran, melainkan seluncuran dari lantai 7 ke lantai 1 mall FX yang terletak di seberang gelora senayan.




Kalau memang berani coba deh buktikan sendiri gimana rasanya meluncur dari lantai 7 ke lantai 1, yang ketinggiannya bisa mencapai 30 meter, meliuk-liuk terhempas di tikungan-tikungan hanya dalam wakti 10 detik. Bernafas saja belum sempat.
 

Berani malu juga perlu, soalnya selama meluncur itu kita di amati oleh berpasang-pasang mata, dengan berbagai macam komentar dan kadang-kadang juga jadi bahan ketawaan.


Sebelum meluncur, kita harus menggunakan alat-alat pengaman seperti helm, pelindung siku dan lutut, sarung tangan serta jaket. Kita juga akan di beri alas untuk meluncur, semacam karpet yang ada pegangannya. Selain itu, tidak boleh pakai rok (ya iyalah.. mau pameran?), yang rambutnya panjang harus di ikat supaya tidak tersangkut, tidak boleh bawa apa-apa dan menggunakan kacamata dan tinggi badan minimal mesti 130 cm dulu. Untung nya tinggi ku hampir 150.. jadi lolos deh.


Tarifnya 50 ribu di hari biasa, 75 rb untuk weekend dan hari libur sekali luncur, bonusnya sekaleng coca-cola. Untuk dokumentasinya, kita bisa mencetak foto kita dengan membayar 50rb. Sayangnya tidak diperbolehkan buat minta soft copy nya.

Ditanggung deh, sekali coba pasti ketagihan.

Kamis, 22 Januari 2009

Mancing di Empang

Memancing ikan ternyata kegiatan yang membutuhkan kesabaran, kegigihan dan daya tahan terhadap rasa bosan. Kalau aku sih enggak tahan sama kegiatan yang macam begitu.
Mana tahan orang yang ga betah diam lama-lama kayak aku gini musti menunggu ada ikan malang lewat yang memakan umpan trus kekait sama kail pancingan. Daripada lama-lama begitu mendingan langsung beli ikannya di supermarket. Efektif dan efisien.

Tapi buat Chacha Said, ketika ada Om yang ngajakin mancing di salah satu empang nya di Pengalengan, ini merupakan tantangan.



Sayangnya setelah seharian berkutat dengan umpan, kail, pancingan dan panas matahari.. tidak ada satu ikan pun yang mampir di pancing
annya Chacha Said. Berbagai macam umpan sudah dicoba, mulai dari keju, daging hingga daun-daunan, ternyata tidak mampu menarik perhatian ikan-ikan nila yang berenang-renang di empang. Kasian Chacha Said. Sampai-sampai Papa Said ikut turun tangan, mengambil alih pancingan.


Akhirnya Chacha Said dan Papa Said pulang dengan tangan kosong.


Sementara itu Om yang mengajak memancing itu, dengan hanya bermodalkan daun-daunan sebagai umpan berhasil mengail beberapa ekor ikan. Chacha Said dan Papa Said hanya bisa memandang dengan tatapan sinis penuh iri dan dengki.


Trus, aku ngapain ya kira-kira? kan ga suka ikut-ikut mancing... Petik Cabe aja deh. Biar kayak Chacha Said & Papa Said udah seharian mancing ga dapet apa-apa.. cabe deeech.. heheheheee..



Senin, 19 Januari 2009

Gorontalo-Manado Mampir-Mampir

Jalan darat dari Gorontalo ke Manado merupakan medan yang sangat menantang dan memabukan buat orang-orang yang ga biasa menempuh perjalanan naik mobil yang lama, di jalanan yang berkelok-kelok tajam, naik dan turun, muter-muter sampe pusing. Tapi kalau enjoy, dibalik medan yang mengerikan itu banyak hal-hal yang menarik untuk diamati.

Gorontalo termasuk propinsi yang baru di Indonesia, dan sekarang lagi mulai membangun. Jadi jangan ngarep kota di sini hingar bingar kayak di manado.
Buat yang suka diving, di sini ada site yang keren banget dan wajib di kunjungi. Jangan lupa oleh-olehnya, pia gorontalo dan kain karawang.



Limboto adalah nama kabupaten di propinsi Gorontalo. Di daerah ini terdapat danau Limboto yang sayangnya telah mengalami pendangkalan sehingga sebagian telah berubah menjadi daratan dan di gunakan sebagai sawah. Di sini terdapat menara keagungan Limboto yang bentuknya mirip menara eiffel di Paris. Kita juga bisa naik tangga hingga ke puncak menara.




Dari atas puncak gunung di Kwandang, kita bisa bersantai-santai sambil menikmati pemandangan lembah, laut dan langit. Wuiiih.. damai banget dah. Yah emang manjatnya agak sedikit ngeluarin tenaga siy. Eits, jangan lupa beli jagung putih yang gurih buat camilan di jalan.




Yang satu ini bener-bener AJAIB. Pohon-pohon yang tumbuh di batu. Keanehan ini bisa di saksikan, bahkan bisa di panjat di situs Otalojin, di kecamatan Atinggola. Menurut kepercayaan masyarakat lokal, batu ajaib ini merupakan pintu masuk ke kota jin.








Jalan darat dari Gorontalo ke Manado memang sebagian besar nya menyusuri laut. Sembari beristirahat, meluruskan kaki yang bengkok karena kelamaan duduk, main-main pasir dulu di pantai sambil menghirup udara laut yang segar di Boroko. Lebih komplit kalau sambil makan kelapa muda kenari yang manis, yang baru dipetik langsung dari pohonnya.



Aku dan rombongan agak melenceng dari jalur gorontalo-manado, berbelok ke Kotamobagu untuk bermalam dan berjalan-jalan keliling kota naik bentor.

Kemudian mengambil jalan memutar lewat Tomohon. Dari Tomohon kita bisa lihat kota manado dari atas.




Tujuan terakhir dari perjalanan ini adalah singgah di Danau Tondano, salah satu danau terluas di Indonesia. Katanya danau ini di tengahnya ada sumber air panas, jadi semakin ke tengah airnya makin panas. Di pinggir danau banyak rumah makan terapung yang menyajikan menu khusus ikan air tawar yang hidup di danau.. Mmmm.. uenak.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...