Sebelumnya saya tidak pernah punya rencana mau lari sampai 20 km, awalnya saya rutin lari supaya fit dan tujuannya untuk mengurangi berat badan berlebih supaya punya stamina yang prima untuk travelling.
Saya cuma pingin bisa snorkeling lama dan mengejar ikan nemo tanpa kehabisan nafas atau kecapekan di tengah jalan. Saya juga pingin kuat trekking di alam, manjat-manjat batu, mendaki jalan curam dan berjalan kaki berjam-jam tanpa merasa cepat lelah. Traveling di daerah perkotaan juga perlu stamina kuat untuk banyak jalan, kalau tidak cepat lelah akan semakin banyak tempat yang bisa dikunjungi.
Sebenarnya saya bisa lari hingga lebih dari 5 km itu tidak sengaja. Selama 1,5 tahun mentok lari paling jauh 5km, pada suatu saat saya merasa masih kuat lanjut. Lanjutlah saya jadi 6 km. Lalu beberapa waktu lagi tiba-tiba saya sudah lari 8 km. Menjelang ulang tahun ke 33 saya punya ide mau genapin jarak lari saya jadi 10km. Lalu seperti yang sudah saya ceritakan di postingan yang lalu, momen spontan mendaftar race Half Marathon.
Efektifnya saya hanya latihan selama 2 bulan, karena sebulan sebelumnya adalah bulan puasa dan jadwal lari saya acak-acakan. Target saya kali ini pokoknya hanya mau finish 21 km. Dua minggu sebelum race saya trial lari dengan jarak 21 km di jalur Car Free Day, cuma kuat lari sampai 13 km setelah itu kombinasi jalan dan lari.
Saya beli air mineral ketika 8 km, kemudian beli pocari di 13 km, setelah itu masih beli minum air mineral 1 botol lagi di km 16. Badan saya sudah basah kuyup di km 16, gerah banget rasanya mau lepas baju. Matahari juga mulai panas karena sudah lewat jam 8 pagi. Tapi saya masih terus lari – jalan cepat – lari hingga sampai juga 21 km. Butuh waktu 3 jam 15 menit untuk saya menyelesaikannya di CFD. Konon kata orang-orang jalur di Bali Maraton lebih menantang karena tanjakannya dasyat.
Punggung dan pundak saya pegal sejak km 16, saya juga bingung, lari kan pakai kaki kenapa pundak yang pegal yah. Mungkin karena gerakan ayunan tangan ketika lari. Kaki saya pegal juga, tapi untungnya tidak ada bagian yang nyeri. Keesokan harinya saya kira jalan bakal jalan seperti robot karena pegal, ternyata enggak loh. Syukurlah. Padahal sudah sedia counterpain di samping tempat tidur.
Ketika mandi badan saya perih-perih, di punggung, lingkaran dada diatas perut dan bagian perut. Ternyata kulit saya luka lecet dibagian yang bergesekan sama baju. Garis sport bra dan garis karet celana pendek. Ternyata bukan hanya saya, omith dan nico juga mengalami hal sama kalau long run.
Trial 21 km CFD itu adalah Half Marathon pertama saya seumur hidup. Satu minggu sebelum lomba namanya Taper week, gak ada long run. Jadi siap – tidak siap pas tanggal 28 harus lari 21 km sampai finish. Waktu itu saya mikirnya kalau bisa finish kurang dari 3 jam yang bagus banget kalau tidak ya tidak apa-apa, gak ambisius.
Hari H, saya bangun jam 2.30 dini hari. Cuci muka, gosok gigi, gak perlu mandi karena nanti kan keringetan lagi, minum milo satu kotak sambil pakai sepatu. Jam 3 tepat sopir taksi yang sudah janjian mau antar saya ke Gianyar telpon mengabari kalau sudah di depan hotel. Saya pun langsung berangkat.
Hotel saya di Sanur ternyata tidak jauh dari lokasi lomba, tidak sampai 15 menit sudah sampai.
Waktu saya tiba di lokasi belum begitu ramai karena bus-bus shuttle belum datang. Saya langsung ke penitipan tas untuk titip tas saya yang berisi baju ganti kemudian antri toilet. Jam 5.00 peserta Full Marathon sudah start. Peserta Half Marathon dipanggil untuk mulai bersiap-siap di garis start, saya santai saja jalan.
Sampai di garis start kaget banget karena sudah tampak seperti lautan manusia. Karena takut terinjak-injak saya lebih baik di belakang saja. Jam 5.30 start untuk lari Half Marathon.
Ketika aba-aba start massa mulai bergerak maju tapi gak bisa lari, karena sesak banget sama manusia. Saya cuma bisa jalan, itu juga nyaris desak-desakan. Beberapa saat baru kerumunan mulai longgar, saya mulai bisa lari dan pelan-pelan mulai melewati pelari yang lebih lambat.
Saya melihat segerombolan pelari yang sepertinya pacenya sama dengan saya, saya ikut lari dibelakang mereka beberapa waktu tapi kog rasanya terlalu lambat. Saya bergerak maju lagi melewati mereka, setelah lewat water station pertama saya lihat dua orang cewek lari barengan, sepertinya cocok pacenya dengan saya. Saya ikut lari dibelakang mereka, ternyata memang pas, tidak terlalu lambat tapi juga tidak sampai ngos-ngosan.
Lewat km 6 jalur lari belok ke kiri dan tanjakannya mulai terlihat menukik dasyat. Ketika saya baru belok, pelari full marathon dari Kenya sudah melewati saya padahal buat mereka itu sudah nyaris setengah jalan menuju finish, sementara itu baru sekitar satu jam sejak full maraton (42km) start. Saya tidak sempat lihat muka-muka pelari Kenya itu, hanya merasakan anginnya berhembus di sebelah saya.
Walaupun tanjakannya minta ampun tapi ketika mulai memasuki kawasan ini mulai menarik karena penduduk di sepanjang jalan menyambut dan memberi semangat. Malahan ada anak-anak yang pakai baju penari Bali. Saya jadi banyak foto-foto. Selain itu pemandangan sekitar juga bagus, larinya di sebelah sawah, terus ada siluet gunung di kejauhan. Indah nian.
Sekitar km 9 atau 10 dua cewek yang saya ikutin mulai melambat. Saya juga sudah tidak kuat lari setelah lewat water station di km 9. Orang-orang di depan saya banyak yang minta kantong es ke mobil medic disitu untuk mengompres kaki dan lutut. Saya terpaksa jalan mendaki tanjakan hingga jalan mulai datar dan sudah kuat lari lagi. Dua cewe yang saya ikuti masih jalan ketika saya memutuskan lari lagi. Saya melanjutkan dengan lari-jalan-lari-jalan.
Sekitar km 16 saya ketemu teman saya, Astrid, sempat ngobrol sambil jalan beberapa saat kemudian saya lanjut lari. Lewat km 19 Astrid mendahului saya, saat itu saya lagi lari tapi tertatih-tatih.
Ketika mau sampai di km 20 saya whatsapp Tince untuk mengabari kalau saya sudah dekat, setelah itu saya coba mengerahkan sisa tenaga saya untuk berlari. Headset di telinga yang memutar playlist yang selama ini menemani saya latihan saya lepas. Pokoknya saya hanya terus melangkah menuju gerbang finish. Saya berlari melewati pelari-pelari lain. Mendekati finish gak lupa memutar arah topi saya jadi kalau difoto muka saya terlihat. Saya finish 3 jam 13 menit, sementara teman-teman saya yang lain standarnya bisa finish 2 jam hingga 2,5 jam. Bodo amat, yang penting finishnya tetap bergaya.
Mendekati garis finish |
Finish |