Rabu, 28 Oktober 2009

Naik MRT tut tut tut.. siapa hendak turut..

Hehee..baru tau kalo MRT itu kepanjangannya Mas Rapid Transit karena mau nulis postingan ini *gubrak*

Padahal di Singapore, sarana transportasi ini yang jadi pilihan kita - selain bus, karena ongkosnya yang murah meriah. Murah kalau dibandingkan naik taksi tentunya, kalau dibandingkan sama jalan kaki ya tentu lebih murah jalan kaki.

Kelebihan dari negara tetangga kita ini adalah sistem transportasi nya yang terintegrasi dan ga ribet. Keterangan jalur yang terpampang di setiap terminal MRT dan Bus dibuat sedemikian sehingga sangat sistematis, bahkan untuk pendatang yang pertama kali melihatnya tidak memerlukan waktu lama untuk memahami. Ya tentunya kita harus tau dulu tujuan kita. Tapi mungkin karena kita orang Indonesia dengan peribahasanya "malu bertanya sesat di jalan", kayaknya kurang afdol kalau ga tanya-tanya ke orang *lirik cipu*

Tiket MRT dibeli melalui mesin. Di terminal MRT bandara Changi, dengan penuh tekad kita mengamati mesin ajaib tersebut , menekan-nekan semua tombol, memasukkan uang ke setiap lubang yang ada, dan hampir putus asa. Kemudian di sebelah datang seorang kakek. Dengan pandangan penuh harap akan diajari cara menggunakannya, kita langsung mengalihkan perhatian ke si kakek itu yang dengan ekspresi tidak kalah bingung berkata, " I dont know how to use it".

Akhirnya datang sepasang turis asing, yang kelihatan lebih pintar mencoba menaklukan mesin tiket tersebut. Kita menunggu sambil mengamati dengan seksama dan akhirnya mereka berhasil. Horeeee... dan kita pun akhirnya mendapatkan tiket MRT pertama kita.

Di siang hari kedua kita di Singapore, kita berniat naik MRT dari Sommerset menuju City Hall, terminal yang dekat dengan Esplanade. Saat itu arus penumpang sangat deras, berlarian menuruni tangga mengejar MRT yang pintunya sudah hampir tertutup. Kami pun ikut hanyut dalam arus penumpang itu, pintu sudah tertutup setengah, aku& Cipu terpisah dari Gunard, tapi kami BERHASIL memasuki MRT tersebut. Aku dan Cipu bernafas lega... Fiuuuuuh...


Hingga tak lama kemudian, Cipu tersadar kalau kita naik MRT dengan arah berlawanan dari tujuan kita. MRT saat itu penuh, kita tak bisa melihat keberadaan Gunard. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk turun di terminal berikutnya: Dolby Gauth. Sedangkan Gunard yang terpisah dari kami terbawa hingga terminal berikutnya.

Kita hanya bisa menertawakan kejadian ini, soalnya entah kenapa kita musti ikut lari-lari padahal MRT akan datang setiap 4 menit. hehehee...

Pesan moral yang bisa diambil dari kejadian ini: Jadi orang itu harus punya pendirian, jangan cuman terbawa arus karena bisa menyesatkan.

5 komentar:

  1. sepertinya ada namaku disebut.... eh mila, yang maksa masuk ke MRT itu kan elu, gua cuman ngikutin lu aja (wakakakakak)

    BalasHapus
  2. enak e mbag ...

    jalan² tyusss

    BalasHapus
  3. @cipu: halah.. jelas2 lu lari paling duluan & paling semangat.. biasa ngejar bus transjakarta yee? hahahaa..

    @olip: hihihii... ikut yuks!

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Oke mbak.., pesan moralnya aku terima dengan baik nih.. ^_^

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...