Ada satu cerita Papa Said waktu saya kecil yang masih saya ingat hingga sekarang. Tentang seorang kakek-kakek petani cengkeh di Sulawesi yang tinggal di gubuk reyot tapi sudah keliling dunia. Jadi hasil jual cengkeh nya dipakai buat ke Belanda, Itali, Yunani. Sementara kehidupan sehari-hari nya sederhana sekali.
Buat saya cerita itu inspiring banget, bahwa seorang petani cengkeh in the middle of somewhere di pulau Sulawesi yang masih belantara waktu jaman itu ternyata mampu juga melihat dunia. Menurut saya itu keren banget, tapi waktu kecil saya ga berani mimpi bakal bisa kayak kakek itu. Ternyata destiny works in unpredictable ways.
Saya melewatkan quarter life crisis dengan melompat dari satu kota ke kota lain di Indonesia. Menyeret koper dan selusin dus dari satu bandara ke bandara lain. Tidur di kamar hotel yang berbeda hampir setiap minggu, sampai-sampai sering banget salah nomor kamar. Jadi misalkan sebelumnya kamar saya nomor 350 di hotel A. Waktu saya pindah ke hotel B saya berusaha membuka kamar nomor 350 dan langsung panik karena kunci nya tidak berfungsi, padahal nomor kamar saya udah ganti. Parah emang sih -_-"
Buat saya cerita itu inspiring banget, bahwa seorang petani cengkeh in the middle of somewhere di pulau Sulawesi yang masih belantara waktu jaman itu ternyata mampu juga melihat dunia. Menurut saya itu keren banget, tapi waktu kecil saya ga berani mimpi bakal bisa kayak kakek itu. Ternyata destiny works in unpredictable ways.
Saya melewatkan quarter life crisis dengan melompat dari satu kota ke kota lain di Indonesia. Menyeret koper dan selusin dus dari satu bandara ke bandara lain. Tidur di kamar hotel yang berbeda hampir setiap minggu, sampai-sampai sering banget salah nomor kamar. Jadi misalkan sebelumnya kamar saya nomor 350 di hotel A. Waktu saya pindah ke hotel B saya berusaha membuka kamar nomor 350 dan langsung panik karena kunci nya tidak berfungsi, padahal nomor kamar saya udah ganti. Parah emang sih -_-"
Disaat kondisi jiwa saya sedang labil karena kegagalan asmara (sadeess bahasanya), tanpa pikir panjang saya langsung meng-iya-kan hasutan Slamet untuk ikut dalam perjalanan bekpeking perdana walopun hanya ke Singapura dan Malaysia. Sejak itu entah bagaimana bisa-bisanya saya berkeliaran di sekitaran Asia Tenggara. Tidak ada tendensi apa-apa, tidak ada suatu target pencapaian apa pun. "Going where the wind blows", kalo kata Mr. Big mah. eeerrr.. atau lebih tepatnya sih "going where tiket promo budget airlines membawa saya". :p
Kini beberapa bulan menuju usia ke-30, saya - yang nilai geografi nya waktu sekolah ga patut untuk dibanggakan, ga cukup pintar buat dapetin beasiswa keluar negeri dan ga cukup kaya seperti para selebritis yang setiap putus cinta pergi umroh - akan menyebrangi laut hindia menuju ke benua lain dimana saya akan experience my first autumn season.
So, this is my next journey.
Autumn, selama ini saya hanya liat di wallpaper komputer. Komposisi warna daun yang cantik, coklat yang berbaur dengan merah dan kuning, kadang semburat warna keemasan terlihat tatkala terbias cahaya matahari - kesannya buat saya adalah sendu yang mendalam.
Bahasa Indonesia dari fenomena alam ini adalah "gugur" sebenarnya pas sekali, menurut saya. Ibarat pahlawan, daun bekerja keras menghasilkan makanan bagi pohon dengan zat klorofilnya. Menjelang musim dingin, daun-daun tidak bisa menghasilkan makanan lagi bagi pohon karena kurangnya sinar matahari. Demi kelangsungan hidup sang pohon selama musim dingin, daun-daun dengan rela mengorbankan diri agar sang pohon tidak perlu membagi cadangan makanannya untuk para dedaunan. Sebatang pohon bisa survive menjalani hari-hari nya dalam setahun karena ada para dedaunan yang berkorban setiap musim gugur.
Kalau padi di Indonesia dapat predikat "sesuatu" yang paling tidak sombong, karena makin berisi makin merunduk. Maka daun-daun di daerah 4 musim harus dapat predikat "sesuatu" yang paling ga egois, paling ikhlas, rela berkorban tanpa mengharapkan pamrih atau tanda jasa.
Jadi buat saya Autumn itu sendu karena itu adalah tentang pengorbanan para dedaunan. Autumn itu sendu karena itu adalah tentang seorang pria ganteng buaya darat yang jatuh cinta sama seorang wanita muda yang sangat bersemangat walaupun ternyata menderita sakit parah dan hidup nya ga lama lagi. Eh, kog jadi sinopsis film yak.
***
Minggu lalu saya, Rossa, Dilla dan Indra Travelholic diundang ke suatu acara Gathering blogger-blogger yang diadakan penerbit buku Mizan, nanti saya ceritain deh kapan-kapan. Nah ini saya singgung sedikit soalnya di acara itu ada bintang tamu yang salah satu kalimatnya ada yang me-inspiring saya juga.
Beliau adalah @pidibaiq, katanya "kalo orang suaranya bagus nyanyi itu udah biasa, kalo orang yang suaranya pas-pas-an nyanyi baru itu luar biasa." Nah, setujuuuuu bangeeeet ituuuuuuh!
Sesuai dengan tema nya - musim gugur yang sendu, maka lagunya sendu mendayu-dayu juga donk.*siap2 ditimpuk batako*