Jadi ceritanya begini, gak panjang kog, dalam waktu dua bulan terakhir saya dua kali mendadak harus ke Bali, tanpa planning sebelumnya. Yang pertama waktu pulang dari Merbabu, tapi itu nanti akan saya ceritakan di Mendadak Bali Part 1, yang hingga saat ini belum saya tulis. Yang kedua, ya ini, yang akan saya bahas di postingan kali ini. Karena saya pengen nulis nya sesuai runutan waktu jadi yang dalam rangka bisnis trip ini tetap saya kasih judul part 2 walaupun ditulis dan diposting lebih dulu dari part 1 nya.
Ngerti kan?
Di awali dari perkenalan saya dengan seseorang bernama Pak Made yang menawarkan untuk mengerjakan proyek di Bali. Untuk itu saya dan seorang partner kerja berangkat ke Bali untuk survei lokasi. Kami beli tiket pergi dua hari sebelum keberangkatan, tanpa tiket pulang karena rencana kegiatan kami di Bali belum jelas.
Hari pertama.
Selepas sahur saya langsung minta diantar ke pool taksi dekat rumah saya oleh Chacha. Tiba di terminal 3 saya langsung menghampiri kawan saya yang lagi sahur sarapan Bakmi GM. Pesawat berangkat tepat waktu.
Pagi itu cuaca sangat cerah, langit biru bersih tanpa selembar awan terlihat. Pesawatnya juga sepertinya terbang lebih rendah, jadi dari jendela sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Denpasar bisa menyaksikan pemandangan pulau Jawa dari atas, saya dan kawan saya mulai sok tau menebak-nebak gunung-gunung yang terlihat.
Sampai di pegunungan yang saya duga pegunungan di Banyuwangi, "Gw pengen kesitu tahun ini, Ijen, Baluran, trus ke pantai yang katanya lihat sunrise pertama kali di Jawa," kata saya sambil menunjuk ke arah pegunungan itu. Tepatnya sekitar 2 minggu lalu, saat itu Gunung Raung masih tampak stabil.
difoto dari Pesawat, yang paling besar itu kayaknya Gunung Raung |
Tak lama kemudian tampak ujung dari pulau Jawa dari atas, diikuti dengan pemandangan Selat Bali. Tidak sampai 15 menit kemudian pesawat sudah melintasi selat dan berada di atas Pulau Bali. Hari itu kayaknya naik pesawat dengan view paling cakep sepanjang perjalanan hidup saya.
Kami di jemput oleh Pak Made di bandara. Pak Made yang ini lumayan unik, beda dari Made-Made lain yang tersebar di penjuru Bali. Pertama, jago ngomong sunda dan logatnya sunda. Kedua, pas jemput kita mobil nya juga plat nya D. Jadi Pak Made yang ini kayaknya Made in Bandung.
Dari bandara langsung survei lokasi proyek. Setelah itu Pak Made dan kawan saya makan siang nasi campur babi di daerah Canggu. Rencana saya dan kawan saya memang gitu, karena saya puasa jadi siangnya dia mau makan babi, makan malamnya baru yang non-babi karena saya ikut makan.
Setelah itu kami berdua sempat mati gaya karena ikut Pak Made meeting di proyek yang lagi dikerjakan oleh beliau di daerah Canggu. Saya sempat jadi pengarah gaya dan motret-motret kawan saya di depan sawah yang ada di depan lokasi proyek. Udah kehabisan gaya, kami terduduk di samping sungai kecil, kemudian pegawai Pak Made bilang, "200 meter dari sini kan ada pantai."
Kami berdua langsung semangat lagi dan segera berangkat menuju arah yang dimaksud. Saat itu tengah hari panas terik, tapi karena dengar kata "pantai" saya langsung semangat jalan kaki tanpa merasa haus. Ternyata pantai yang dimaksud adalah Echo Beach. Kami pun memutuskan duduk di pinggir pantai, kawan saya memesan bir dingin.
Baru beberapa menit merasakan angin pantai Pak Made telpon memberitahu kalau meeting sudah selesai dan akan jemput di Echo Beach. Kawan saya segera menenggak bir dinginnya yang masih banyak dan kami bergegas ke gerbang.
Echo Beach yang terkenal tempat surfing |
Baru beberapa menit merasakan angin pantai Pak Made telpon memberitahu kalau meeting sudah selesai dan akan jemput di Echo Beach. Kawan saya segera menenggak bir dinginnya yang masih banyak dan kami bergegas ke gerbang.
Hampir sore kami beranjak dari daerah Canggu, sebenarnya ada janji ketemu sama 3 orang, tapi satu orang ternyata masih di jakarta, satu orang lagi setelah didatangi ke kantornya ternyata ada urusan mendadak ke Surabaya, akhirnya kami ketemu satu orang. Sampai magrib. Akhirnya saya bisa minum juga, es teh manis tentunya, bukan bir dingin. Pak Made mentraktir makan malam kemudian ke kami ke kantornya di Jalan Dewi Sri. Di depan kantor Pak Made ada semacam resto yang jualan pizza. Tapi karena sudah kenyang, malam itu kami tidak sempat mencicipi pizzanya.
Sementara Pak Made membereskan urusannya di kantor, saya dan kawan saya melipir ke seberangnya, hotel Ibis Style. Saat itu kami belum booking penginapan, setelah tanya-tanya ratenya akhirnya kami memutuskan untuk menginap di situ saja semalam. Ketika check in langsung diinfokan oleh front desk kalau breakfast bisa diganti sahur yang diantar langsung ke kamar masing-masing.
Hotel Ibis Style warnanya di dominasi hijau, kamarnya luas, malahan sepertinya lebih luas dari Ibis reguler yang warna nya merah. Ini bukan jenis budget hotel, karena komplit ada lemari, ada sofa, di tempat tidurnya ada guling - hotel kedua yang saya temui yang ada gulingnya. Ada kulkas, safe deposit box, pemanas air, hairdryer dan kamar mandinya luas. Ohiya, ada swimming pool juga, bukan di dalam kamar tapi ya.
Cuma menyimpan barang-barang aja di kamar, setelah itu kami langsung memutuskan jalan kaki ke wilayah Kuta modal google map, gps dan insting. Kawan saya katanya sekalian mau survei rute morning run besok paginya. Setelah jalan melewati legian, memotong jalan Popies kami tiba di Beachwalk dan duduk-duduk di Luna Negra. Jam 11 lewat kami kembali ke Ibis Dewi Sri naik taksi.
Hari Kedua.
Jam 4 dini hari saya terbangun. Belum ada tanda-tanda ketukan pintu dari yang mau ngantar sahur, akhirnya saya telpon ke reception. Tidak lama sahur saya diantarkan. Nasi goreng dengan lauk mie goreng, sosis, ayam goreng, kerupuk, sepiring potongan buah segar dan secangkir teh hangat.
Sahur di IBIS Style |
Di Bali imsak jam 5. Setelah solat subuh saya tidur lagi sementara kawan saya pagi-pagi tetap melaksanakan ibadah morning run sejauh 13 km. Saya ketemu lagi sama dia di resto pas dia lagi sarapan piring kedua. Kami pesan tiket pesawat untuk pulang di hari itu. Masih ada janji ketemu satu orang lagi jam 2 siang, yang kemarinnya masih di Jakarta.
Kami pun luntang lantung jalan kaki ke arah Legian sampai ke Discovery Mall. Sekitar jam 1 kami naik taksi lagi ke Jl. Dewi Sri, ke kantor Pak Made, tapi beliau ternyata masih di proyeknya di Canggu. Sambil nunggu Pak Made kawan saya makan pizza bertaburan bacon.
"Ini parah, mil, enaknya. " kata kawan saya dengan mulut masih penuh pizza yang lagi dikunyah.
Saya nelen ludah.
Memang pizza nya keliatan yummy sih, tipis dan ujungnya kliatan crunchy, trus kejunya melted dan wangi. Adonan pizza nya dibikin langsung di situ dari tepung banget, kemudian langsung di panggang di wooden stove.
"gilaakk paraaah," katanya lagi sambil menyuap potongan pizza tipis kedalam mulutnya.
Saya nelen ludah.
Waktu bill nya keluar malah dia makin seneng karena pizza nya seloyang harganya hanya 35ribu.
"Gilaaak murah bangeett," terus difoto-foto deh bill nya.
Sayangnya saya lupa nama restonya, tapi ada di Jalan Dewi Sri, di seberang Ibis Style. Tungku Pizza nya ada di depan kog jadi gak mungkin salah.
"Ini parah, mil, enaknya. " kata kawan saya dengan mulut masih penuh pizza yang lagi dikunyah.
Saya nelen ludah.
Memang pizza nya keliatan yummy sih, tipis dan ujungnya kliatan crunchy, trus kejunya melted dan wangi. Adonan pizza nya dibikin langsung di situ dari tepung banget, kemudian langsung di panggang di wooden stove.
"gilaakk paraaah," katanya lagi sambil menyuap potongan pizza tipis kedalam mulutnya.
Saya nelen ludah.
Waktu bill nya keluar malah dia makin seneng karena pizza nya seloyang harganya hanya 35ribu.
"Gilaaak murah bangeett," terus difoto-foto deh bill nya.
Sayangnya saya lupa nama restonya, tapi ada di Jalan Dewi Sri, di seberang Ibis Style. Tungku Pizza nya ada di depan kog jadi gak mungkin salah.
Jam 2 kurang, Pak Made mengabari kalau beliau sudah menuju kantornya. Tiba-tiba saya punya ide mau nyebrang sedikit beli Nasi Tempong Indra yang kata si Chacha enak, kebetulan ada di jalan yang sama. Mau bungkus untuk buka puasa. Tapi kawan saya yang udah makan pizza seloyang ukuran medium sendirian gak mau kalah, dia mau ikut juga dan mau bungkus nasi buat dimakan pas buka puasa. Sewaktu lagi nunggu pesanan Pak Made telpon, langsung menyusul kami di Rumah Makan Nasi Tempong.
Ternyata orang yang janjian jam 2 sama kami tidak jadi berangkat ke jakarta karena telat beli tiket. Sementara itu saya dan kawan saya sudah terlanjur beli tiket pulang malam hari dari Denpasar. Akhirnya Pak Made meminjamkan mobilnya. Kawan saya girang banget, karena sebenarnya dia udah prepare bawa holder smartphone & charger mobil karena rencana awalnya dia memang pingin sewa mobil. Akhirnya terwujud juga keinginannya walaupun hanya tinggal beberapa jam menuju waktu pulang.
Sudah ada mobil pun ternyata kami bingung mau kemana.
Kawan saya terakhir ke Bali dua tahun lalu, jadi dia belum coba toll laut, ya akhirnya kami naik toll sampai ke Nusa Dua. Sudah di Nusa Dua bingung lagi mau kemana, waktu buka puasa masih lama. Sempat memutuskan mau ke Pantai Pandawa karena melihat di maps ada jalan yang tinggal lurus-lurus aja dari nusa dua. Sempat kami susuri jalan itu, jalannya sepi tapi mulus, di sepanjang jalan itu resort-resort super mewah. Tapi jalan mulusnya berhenti di tengah, selanjutnya jalan tanah yang belum diaspal dan kami gak mau ambil resiko mobil nya selip di tengah jalan yang sepi, gak ada orang lewat, stranded dan gak bisa pulang karena ketinggalan pesawat malamnya. Jadi kami putar arah.
Kawan saya terakhir ke Bali dua tahun lalu, jadi dia belum coba toll laut, ya akhirnya kami naik toll sampai ke Nusa Dua. Sudah di Nusa Dua bingung lagi mau kemana, waktu buka puasa masih lama. Sempat memutuskan mau ke Pantai Pandawa karena melihat di maps ada jalan yang tinggal lurus-lurus aja dari nusa dua. Sempat kami susuri jalan itu, jalannya sepi tapi mulus, di sepanjang jalan itu resort-resort super mewah. Tapi jalan mulusnya berhenti di tengah, selanjutnya jalan tanah yang belum diaspal dan kami gak mau ambil resiko mobil nya selip di tengah jalan yang sepi, gak ada orang lewat, stranded dan gak bisa pulang karena ketinggalan pesawat malamnya. Jadi kami putar arah.
Masih berjalan tanpa tujuan pasti, secara spontan kami memutuskan berbelok ke arah GWK - Garuda Wisnu Kencana. Terakhir saya kesana tahun 2008, sama chacha. Sekarang tahun 2015, ternyata patungnya masih sama. Patung Wisnu sedada dan patung Garuda yang baru kepala nya aja. Yang berubah cuma lapangan di depan Garuda yang sebelumnya kosong sekarang sudah ada taman yang bagus. Saya dan kawan saya goler-goleran di rumput sambil menunggu waktu berbuka puasa. Nasi Tempong Indra yang kami bungkus sebelumnya dibawa turun dan kami makan di GWK ala-ala piknik gak jelas.
Lotus Pond-GWK. Pinggir nya bukit batu yang di belah-belah jadi lorong |
Buka Puasa Nasi Tempong di GWK |
Ya begitulah bisnis trip yang berakhir jadi acara piknik yang aneh.
pekerjaan yang mendatangkan banyak keuntungan ya mbak,bisa sekalian jalan-jalan. Harus dinikmati
BalasHapusHehee.. Tapi tetap beda kalau jalan2 utk bisnis trip dan yg khusus utk liburan. Klo bisnis trip ttp aja kurang enjoy krn mikirin kerjaan :D
HapusBakmi GM iktn nghits d blog mbk Mila :-D
BalasHapusNasi tempong, nmny aj yg unik. Isinya biasa gtu mbk..
Hahahaa... Iya ya. Kog aku sebut merk ya?
HapusBali memang juara banget kalo untuk wisata..
BalasHapusKapan ya bisa kesana ?
Semoga secepatnya ya... Amiinn
Hapusya ampun enak banget sih bisa kerja sambil jalan2 gitu..
BalasHapusyaah ada enaknya, ada juga ga enaknya hehee
HapusEh, iya ya... baru ngeh kalau di hotel seringnya gak ada guling, hahaha :)
BalasHapusjaman dulu malah ga ada hotel yang nyediain guling
Hapusgw terkikik sendiri baca judul part 2, tapi part 1nya nggak ada. trus terkikik lagi krn baca Made in Bandung. hahaha.
BalasHapusGWK dari dulu ke sekarang cuma 2 patung itu melulu ya. tahun 2013 gw kesana katanya bakalan dibangun komplit patungnya sama pemilik Alam sutera. Tapi kenyataannya tidak seindah impian.
Minal Aidin wal Faidzin Mila... Mohon maaf lahir dan batin. Selamat idul fitri 1436 H ya :)
part 1 nya udah adaaaa http://www.ceritanyamila.blogspot.co.id/2015/10/mendadak-bali-part-1-dari-gunung-turun.html
HapusIyah aneh...lebih seru ke Bogor
BalasHapusada yang lebih aneh sih, ke bogor lari di kebon raya.. tunggu postingannya ya tan
HapusSahur pake nasi goreng, apa ngak bikin haus yaaaa ???
BalasHapusya ga bisa milih, dikasinya cm itu.. daripada kelaperan :p
HapusPantess.. Kirain kelewatan yg ke 1 :D Nelen ludah ga bikin batal kah? :D
BalasHapuskalo ludah sendiri sih ga batal, kalo ludah org laen baru batal wkwkwkwk
Hapus