Lebaran kali ini buat saya unik. Bukan karena lebaran kali ini saya mudik lagi. Secara rutinitas lebaran ini hampir sama seperti lebaran tahun-tahun sebelumnya kalau kami sekeluarga tidak mudik. Tapi secara personal, buat saya berbeda.
Lebaran kali ini jatuh di pertengahan tahun 2017, yang sekaligus merupakan titik balik dalam kehidupan saya lagi setelah 6 bulan menjalani kehidupan yang sama sekali berbeda dari kehidupan saya 6 tahun belakangan. Saya merasakan lagi kerja kantoran.
Akhir tahun 2016 saya sempat merasa hilang arah seperti GPS tanpa sinyal. Tiba-tiba ada telpon yang menawarkan saya kerja kantoran, yang sejak tahun 2010 sudah tidak saya lakukan. Saya pikir perubahan dalam hidup bisa membantu saya menemukan arah dan yang saya harap bisa bikin mood tidak suram lagi. Saat itu saya gak tahu kenapa saya merasa sedih.
Atau mungkin sebenarnya saya tahu kenapa, tapi masih belum siap untuk mengakuinya. Jadi masih dalam tahap self-denial. Sampai beberapa waktu lalu saya sadar bahwa ini adalah sebuah pola, perasaan sedih saya akan berakhir saat saya menemukan hal baru yang bisa mengalihkan pikiran, sampai kamu datang lagi dalam kehidupan untuk kemudian menghilang lagi dan saya sedih. Dan hal itu adalah suatu pola yang berulang-ulang, seperti siklus yang muter-muter tidak ada akhir.
Attachment is the root of suffering, salah satu quotes yang sering saya lihat. Saya bukan attached sama hal-nya, tapi saya attached sama perasaan saya sendiri terhadap hal-nya. Itu yang bikin saya suffering walaupun saya udah coba menyadarkan diri sendiri untuk let go. Mudah untuk let go hal yang lagi gak ada di sekitar kita, tapi ketika hal tersebut datang lagi dan kita sudah tersentuh dan sempat menggenggamnya, sulit buat ngelepasin. Walaupun yang kita genggam itu hal yang abstrak, gak berbentuk, misalnya harapan atau mimpi.
Mungkin saya hanya perlu menemukan hal baru untuk pengalihan perhatian.
Masa kontrak percobaan saya di kantor baru itu adalah 6 bulan, dimulai bulan Januari 2017, maka berakhir di Juni 2017. Saya juga tidak hitung-hitung bulan waktu itu, ternyata momennya pas mau lebaran. Jadi saya perpisahan sama rekan-rekan kantor tersebut sambil mengucapkan minal aidin wal faidzin. Menurut saya masa percobaan itu bukan hanya untuk perusahaan tapi untuk karyawannya, jadi ketika saya coba dan ternyata hal itu tidak bikin saya bahagia, saya memutuskan untuk mundur.
Selama 6 bulan saya tidak mampu mengatur waktu untuk hal yang saya sukai, seperti berkebun dan lari. Makan saya juga berantakan, mobil saya berantakan dan hidup saya tambah berantakan. Setiap mau ke kantor itu saya harus menempuh jarak 40km sekali jalan, bolak-balik 80km. Mungkin harusnya 6 bulan itu adalah masa penyesuaian, dan kalau saya sabar lanjutkan 2 atau 3 bulan lagi mungkin saya sudah bisa menemukan ritme yang pas. Tapi saya putuskan untuk berhenti saja.
Setelah cuti lebaran usai, banyak sekali hal yang harus saya beresin entah mulai darimana dulu. Mungkin mulai dari beresin kebun....
ohiya...
Minal Aidin Wal Faidzin,
Selamat Idul Fitri.
Mohon Maaf Lahir Batin.