Ini cerita tentang birthday trip. Sepertinya trip semacam ini akan jadi ritual,
setiap tahunnya saya akan melakukan satu perjalanan yang ada misinya di hari
ulang tahun. Tahun lalu saya lari half marathon untuk pertama kalinya di Maybank Bali Marathon. Tahun ini misi saya adalah menyusuri pulau Jawa dari
Barat ke Timur dengan kereta api dan melihat sunrise di ujung timur Pulau Jawa.
Misi ini membawa saya ke Banyuwangi.
Awalnya saya merancang perjalanan ini untuk solo backpacker karena di usia yang sekarang
agak susah mengajak kawan-kawan sebaya untuk ikut traveling, karena di
umur-umur segini lagi sibuk-sibuknya dengan pekerjaan dan keluarga, kebanyakan
kawan saya pada punya baby atau balita. Karena itu pula saya memilih lokasi
selanjutnya yaitu Ijen. Secara tidak sengaja saya pernah dengan ada bapak-bapak
di kantor yang bilang kalau Ijen itu artinya “sendiri”. Seketika itu saya
putuskan mau ke Ijen. Kebetulan searah dengan misi matahari terbit.
Meanwhile lagi di daerah sana, sekalian saja ke Taman Nasional Baluran. Sudah lama saya
kepingin kesana, Little Africa in Java. Saya belum pernah ke savana. Tince sudah
mendahului saya pergi ke Baluran tahun lalu bersama keluarganya dan menyewa
resort disana, jadi saya tinggal ikuti jejaknya Tince. Kalian bisa kenalan lagi sama Tince di postingan birthday trip saya tahun lalu.
Sebulan sebelum pergi Pagit memutuskan ikut. Setelah cutinya di approved kantor, kami
langsung pesan tiket. Diluar dugaan ada satu lagi yang gabung, Susi. Perjalanan
yang tadinya saya pikir akan saya jalani sendirian (seperti kemungkinan besar
sisa hidup saya beberapa tahun mendatang), berubah menjadi perjalanan pakai
hashtag girlsquad atau boleh juga hashtag TimBaluran.
Rencana awal pulang dan pergi mau pakai kereta, tapi setelah pesan tiket berangkat baru
sadar kalau tanggal 1 september - dimana trip berakhir, bertepatan dengan Idul
Adha. itinerary pun direvisi. Kami pulang lebih awal 2 hari dari yang
direncanakan, menggunakan pesawat dari Surabaya dan menambah satu hari untuk
jalan-jalan di kota Surabaya.
Kami berangkat jam 10 pagi dari stasiun kereta Pasar Senen naik kereta Ekonomi-AC.
Saya pernah tulis kalau perkembangan kereta api tahun-tahun belakangan ini luar
biasa meningkat, jadi jauh lebih nyaman. Bahkan sekarang kalau mau tukar
bookingan tiket tidak perlu antri di loket, langsung print boarding pass di
mesin yang sudah disediakan. Keretanya pun sekarang bersih dan dingin karena
dipasang AC walaupun kereta Ekonomi.
Tempat duduk di kereta ekonomi memang lebih padat dari kereta bisnis dan eksekutif,
tapi buat saya sih tidak masalah. Apalagi kebetulan kami dapat tetangga tempat
duduk yang seru, seorang laki-laki muda dan seorang ibu-ibu dengan anak balita
perempuannya. Dengar cerita mereka tentang masa-masa kelam kereta ekonomi jaman
dulu, saya jadi makin takjub dengan transformasi PT. KAI. Bukan hanya
keretanya, tapi stasiun-stasiunnya terlihat jauh sangat berbeda. Kalau naik
kereta di Jawa sekarang sudah tidak kalah dengan waktu saya naik kereta dariMelbourne ke Ballarat di Australia.
Tidak ada kereta langsung dari Jakarta ke Banyuwangi, kami harus turun dan ganti
kereta dari Jogja atau Surabaya. Karena waktunya lebih pas, maka kami transit
di Surabaya dan lanjut naik kereta lain ke Banyuwangi. Kereta dari Jakarta tiba
tepat waktu di Stasiun Gubeng Surabaya, sekitar pukul 1.30 dini hari. Kereta
dari Surabaya ke banyuwangi berangkat jam 4 dan tiba di Stasiun Banyuwangi Baru
sekitar jam 11.
Keluar dari stasiun kami di sambut oleh orang-orang yang menawarkan transport ke kota.
Ternyata kotanya jauh dari stasiun banyuwangi baru, tapi kalau mau ke Pelabuhan
Ketapang tinggal menyebrang jalan. Kami melewati semua orang yang menawarkan
transport tapi ada satu bapak-bapak di angkot yang saya tanya, apakah angkotnya
lewat ke hotel watu dodol atau tidak. Disitu tempat kami menginap. Ternyata
tidak lewat, tapi si bapak menawarkan untuk mengantar.
Awalnya kami mengelak dengan bilang mau cari makan dulu karena lapar. Kami jalan sampai
ke jalan raya dan makan di depot dekat stasiun. Ketika kami keluar mau menunggu
angkot, tiba-tiba si bapak angkot kuning muncul. Ya akhirnya kami naik angkot
itu juga, dengan membayar 20 ribu per orang hingga tiba ke hotel. Kelak angkot
kuning itu pula yang mengantar kami hingga ke Taman Nasional Baluran.
TimBaluran dan angkotnya (photo credit: susi) |