Jumat, 09 Desember 2011

Nice Little Town Called Krabi

Jam 7.30 pagi saya sudah siap di depan kantor travel tidak jauh dari Love Lane, Georgetown-Penang. Sambil menikmati suasana kota yang masih sepi di Sabtu pagi hari itu, saya menyesap Hot Coffee di pinggir selokan sambil menggelosor bersandar di backpack saya. 

Kantor travel yang terletak di ruko antik tersebut pemilik nya seorang Opa Chinese yang super sibuk sama telpon nya. Bolak-balik telepon pake bahasa mandarin, ganti melayu, ganti thailand...

Waktu saya pertama datang pesan tiket travel, saya bicara bahasa Inggris. "where you come from?," tanya si Engkoh. Ketika saya jawab Indonesia dia malah komentar kalau wajah saya cantik, tidak seperti orang Indonesia - pakai bahasa melayu *sengaja di bold*. Itu membuktikan bahwa kecantikan saya itu ternyata universal yak... *hueeeek...

Tepat jam 8 minivan datang, keluarlah si supir yang ganteng mirip Dude Herlino itu... *keluarin kaca, sisiran* Setelah berdiskusi dengan kloningan Dude Herlino pake bahasa Thailand, si pemilik travel memberi kode agar kita segera siap-siap berangkat. 

Lewat tengah hari kita tiba di perbatasan, antrian nya tidak begitu panjang. Ga sampe setengah jam saya telah menembus perbatasan Malaysia - Thailand. Di Hatyai sebagian besar penumpang minivan di turunkan untuk pindah  ke minivan lain sesuai tujuan nya. Nah saya baru tau kalau ternyata satu minivan itu tujuannya beda-beda, ada yang mau ke Bangkok, ada yang mau ke Pha-Nga, ada yang mau ke Ao Nang, ada yang mau ke Phuket dan saya tentunya yang ke Krabi.

Setelah menunggu hampir 1 jam di kantor travel Hatyai, datang juga minivan yang akan membawa saya ke Krabi. Matahari sudah nyaris terbenam waktu saya tiba in the middle of nowhere nya Krabi Town. Asli sepi banget, di jalan nya aja nyaris ga ada mobil yang lewat. Memang sih menurut banyak rujukan yang saya baca di internet kebanyakan turis-turis itu pergi nya ke Ao Nang, daerah pantai nya - sekitar 45 menit dari Krabi town. Tapi saya lebih penasaran sama kota nya daripada daerah turis nya, saya justru senang bandingin gimana kota-kota di negara lain dan gimana kehidupan masyarakat lokalnya. Kalau daerah turis kan dimana-mana setting-an nya mirip-mirip gitu jadi buat saya kurang menarik.

Minivan tersebut menurunkan saya di persimpangan jalan bertulisan aksara Thai yang keriting-keriting. Salahnya peta acuan saya tulisan nya pakai huruf latin. Akhirnya menuruti insting dan intuisi, saya (yang ratu  disorientasi ini) menyebrang jalan dan mulai menyusuri nya.

Supir tuktuk berteriak-teriak memanggil saya dari seberang jalan, "Ao Nang, miss... Ao Nang, miss." Saya menggeleng. Tadi nya mau sekalian nanya dimana letak Thanon Maharat - lokasi City Hotel yang telah saya booking, tapi si mas-mas tuktuk nya udah ngacir duluan. Kembali saya menyusuri jalan yang sunyi senyap. Sebenarnya ada rumah-rumah sih, tapi sepi banget... dalam hati saya curiga, jangan-jangan ni orang-orang kota ini pada diculik alien atau semacam nya.

Sukurlah ga berapa lama saya ketemu sama cewek berjilbab, orang Southern Thai memang banyak yang muslim. Di jalan-jalan aja persentasi mesjid & wat nyaris sama. "Assalamualaikum," saya menyapa. Si Mbak langsung sumringah melihat cewek kecil dekil pake sendal jepit nenteng bekpek segede ukuran badan nya. Alhamdulillah deh.. sesuatu banget... tu mbak-mbak ternyata bisa bahasa Inggris walopun terbata-bata. Saya nunjukin peta ditangan saya, menunjuk-nunjuk jalan yang akan saya tuju, Thanon Maharat.

"you go straight this road," kata nya. Dengan bahasa inggris yang beribet, pokoknya saya ngerti.... luruuuuusss aja sampe nemu perempatan besar ada lampu merah nya trus nyebrang belok kanan. Aha!  kali ini intuisi saya tidak berkhianat kepada saya, I'm on the right track.

Hanya saya ada yang mengganggu pikiran saya ketika saya mengucapkan terima kasih dan bersiap-siap mau jalan lagi si mbak jilbab itu bertanya,"you walk?." Saya mengangguk dan saya seperti melihat rona wajah iba di raut mbak itu. Seakan-akan dia mau mengatakan sesuatu yang diluar kemampuan Inggris nya. Akhirnya saya baru mengerti "kode" itu setelah saya berjalan satu jam lebih dan masih belum ketemu-ketemu perempatan. Boro-boro nemu perempatan, peradaban aja kayaknya masih jauh. Kota ini bener-bener kayak kota mati. Mana udah gelap, ga ada lampu di sepanjang jalan.. hiks!

Tenggorokan saya pun terasa kering-sekeringnya. Kontras banget sama baju saya yang basah kuyup sama keringat. Untungnya ada warung buka di jalanan sepi itu, saya pun segera membeli sebotol air mineral. Sambil iseng-iseng nanya ke penjaga warung, apa dia tau Thanon Maharat. Jangan kan tau Thanon Maharat, saya berani taruhan dia bahkan ga ngerti saya ini kumur-kumur apaan.

Itulah yang saya sebel dari bahasa Thai, tulisan nya suka beda banget sama pengucapan nya. Kayak Ayuthaya dibaca Ayodya... itu jauh bangeeet kaaan... Nah pengucapan Maharat saya itu ga dimengerti oleh orang Thai, karena salah. Saya sudah coba mengganti akhiran t dengan j - Maharaj, tetep aja ga ngerti... akhirnya saya menyerah.

Saya terus berjalan mengikuti petunjuk mbak jilbab tadi, "you go straight this road."

Sudah hampir dua jam saya menyusuri jalan ini, tapi tidak menemukan perempatan. Sebelumnya sih saya ketemu lampu merah, tapi itu pertigaan bukan perempatan. Hiks! Dan setelah hampir dua jam saya berjalan lurus, di sebelah kiri saya adalah sungai.... jadi semakin ga mungkin akan ada perempatan. Mungkin maksud mbak tadi itu adalah pertigaan kali ya bukan perempatan? apa saya musti balik ke pertigaan tadi? ah... binguuung...

Kelelahan berjalan saya terduduk di pinggir trotoar, tanpa sadar kalau di depan saya itu adalah pertigaan juga. Air mineral yang saya beli sudah tinggal sedikit, akhirnya saya tenggak habis. Pandangan saya pun menyapu sekeliling mencari tempat sampah buat buang tu botol bekas, baru saya sadar kalau saya ada di pertigaan. Lurus di depan saya di jalan yang menyimpang saya bisa lihat patung gajah besar di atas lampu merah. Aha! itu dia Thanon Maharat!

Yah mungkin maksud si mbak tadi memang pertigaan, bukan perempatan... dan mungkin maksudnya itu lampu merah nya bukan pas di pertigaan nya tapi lampu merah yang ada gajah itu. Hadeeeh... kalau kata peribahasa malu bertanya sesat di jalan. Tapi kali ini peribahasa itu ga berlaku, nyaris aja saya beneran tersesat gara-gara si mbak itu, "you go straight this road," tau-tau nya saya jalan lurus terus sampe di Bangkok. Hedeeeeh... cuape deeeh...

Thanon Maharat sudah ketemu, saya tinggal cari Soi 10-nya. Ternyata di Thanon Maharat ramai sekali, banyak toko-toko dan saya merasa telah menemukan peradaban. Yah setidak nya disitu banyak manusia-nya dan agak terang karena ada lampu-lampu. Saya tanya kesana kemari, dimanakah Soi 10 -nya... karena disitu sama sekali tidak ada palang nama jalan nya. Setiap orang yang saya tanya menunjukan arah yang beda-beda.

Somehow karena kebanyakan nanya, saya jadi menangkap kosakata baru bahasa Thai. 10 = sip, jadi soi 10 itu bahasa Thai nya, soi sip.

Saya bertanya kepada segerombolan pemuda-pemudi yang sedang nongkrong. "do you know soi sip?" Mereka pun berdebat dalam bahasa Thai sambil nunjuk-nunjuk. Yang satu nunjukin saya arah ke kanan. Disanggah oleh teman nya dengan menyuruh saya ke kiri. Akhirnya mereka malah heboh berdiskusi sendiri mengenai keberadaan soi sip. saya malah di cuekin. Untung saya menemukan tourist center, disitulah saya di tunjukan arah yang benar.

"ow... you have the old city map, now we have new roads," katanya begitu liat peta yang saya bawa-bawa. Ya saya percaya kalo itu kota baru di rubah-rubah, soalnya warga nya aja masih bingung-bingung. At least mereka semua menanggapi dengan ramah dan perhatian walaupun kebanyakan tidak berbahasa Inggris. Dan saya selalu berterima kasih dengan bahasa mereka, "Kop Kurn Kaa......"

Dan ternyata Hotel saya itu sudah dekat banget, saya aja yang ga jelas mondar-mandir cari soi sip gegara warga nya ga kompak nunjukin jalan nya. Mumpung lagi di tourist center, sekalian aja saya booking tur  mengayak canoe ke gua purba.

Kota Krabi memang sepi dan lebih kecil dibandingkan dengan Bangkok atau Phuket town, tapi lokasi ini sudah dihuni sejak 25,000-30,000 tahun lalu oleh Homo Sapiens. Icon kota ini adalah patung Homo Sapien besar di atas lampu merah.

Patung Manusia Purba di atas lampu merah

Keesokan hari nya, ketika saya dijemput sama tur... baru saya menanyakan, artinya Patung Gajah di atas lampu merah. Menurut cerita tour guide nya, Pas jaman kerajaan Thailand sudah terbentuk, supply gajah-gajah untuk Raja berasal dari Krabi.Ya walaupun selama saya disana ga liat ada gajah sih.

Objek Wisata di Krabi

Traffic Light & Wat juga jadi objek wisata

Krabi Town memang bukan pusat pariwisata seperti Phuket, hotel lebih murah disini. Makanan lebih murah, saya makan Nasi Goreng Sea food dan Thai Ice tea hanya 4 bath (12rebuan rupiah) saja, sedangkan di Phuket menu yang sama harganya 7 bath (21rebuan rupiah). Kalau mau ambil paket ke James bond Island dan Phi Phi Island juga jauh lebih murah dari krabi, karena selain bukan pusat wisata juga karena jaraknya lebih dekat.

Sayangnya saya hanya punya satu hari disini, jadi saya ambil paket tur yang tidak ada di Phuket.... ya ancient cave itu. Asli keren abisss dan saya beneran ga menyesal ambil paket itu walaupun malem nya lengan saya sakit-sakit gara mengayak perahu hahaha....

Sebenarnya pilihan saya ada dua, ke goa purba atau ke Tiger Cave Temple (Wat Tham Sua). Tapi begitu browsing-browsing saya langsung jiper karena kalau ke Wat itu ada acara mendaki seribu sekian anak tangga... langsung saya coret dari itinerary hihihii.... Nanti mungkin, kalau suatu saat saya ada kesempatan balik ke Krabi dengan waktu yang lebih lama, saya akan ke wat itu. Betis berkonde.. ya berkonde deh..

Saya pasti akan kembali ke Krabi Town, somehow ada sesuatu yang membuat saya betah disana. Mungkin karena air nya, mungkin juga karena udara nya.

Setelah mandi dan ganti baju di Hotel, saya keluar lagi berkeliling pasar malam yang terletak pas di depan hotel saya. Menikmati makan malam di kaki lima sambil memperhatikan orang. Turis asing di Krabi Town bisa dihitung dengan jari, ga begitu banyak. Kebanyakan orang lokal, mungkin juga mereka turis lokal. Saya pun tersadar kalau hari itu adalah malam minggu... hehehee..

Ini mungkin adalah salah satu malam minggu yang paling bersejarah dalam hidup saya, di pasar malam suatu kota kecil yang peta nya aja belum jadi, makan nasi goreng seafood dan minum Thai ice tea sambil mengamati alay-alay Thailand. Sesuatu banget lah pokoknya.....

Memang dasar kota kecil, pasar malam disini sudah siap-siap mau tutup jam 9. Saya pun beranjak dari bangku plastik dan membayar makanan saya ke ibu-ibu berkerudung yang jualan di warung itu. Di jalan menuju hotel, saya mampir ke kios yang menjual sim card. Ternyata yang punya toko satu keluarga, bisa berbahasa melayu. Begitu saya datang dan berbicara bahasa Inggris, langsung si ibu yang jaga tokonya ngomong,"you no Thai?." Saya menggeleng. Ini sudah kesekian kali nya saya disangka orang Thailand, padahal baru beberapa jam menginjakan kaki di Southern Thai.

"where you come from?"

"Indonesia," jawab saya

"Malaysia?"

"No. Indonesia. Near Malaysia."

"Cakap Melayu?"

"Sikit-sikit bisa," saya berusaha menjawab dengan bahasa Melayu.

Eh... saya langsung di ajak masuk ke dalam rumah mereka, disuruh duduk di kursi tamu. Sambil milih-milih sim card yang mau saya beli. Udah gitu di pasangin kartu nya ke hp saya, di aktifin pula. Sudah selesai urusan sim card, saya masih diajak ngobrol kayak tamu. Ternyata ada 3 kota di southern thai yang mayoritas penduduk nya bisa berbahasa melayu: Krabi, Surathani, dan satu lagi saya lupa. Ya karena mereka berbatasan dengan Malaysia dan banyak warga situ yang bekerja nya ke Malaysia.Termasuk ibu yang punya kios hp ini, dia pernah 3 tahun duduk di Malaysia - kerja gitu disana. Keasikan ngobrol ternyata ga berasa sudah hampir satu jam saya disana. Saya pun pamit.

Ah saya jadi semakin pengen balik ke kota yang manis ini.

Pagi hari nya setelah check out sambil menunggu jemputan dari tour, saya berkeliling sekitar hotel sebentar. Udaranya segar. Saya lihat para pemilik toko lagi sibuk bersiap-siap mau membuka tokonya. Tapi ketika saya lewat mereka segera menghentikan kegiatan nya untuk sekedar menyapa "sawatdee" dan senyum ke saya......

What a nice little town....

35 komentar:

  1. Pertamax!

    Lempar ke mari itinerary, cinnn.

    BalasHapus
  2. uuuoooooooo... ngiri deh yang jalan2 k luar mulu.
    Bersabar, orang sabar ntar pasti jalan2.. :loh :p

    Ehm ternyata mereka lancar bahasa melayu krn berbatasan dengan malaysia, tp ngeselin juga ya bilang Indonesia d sangka Malaysia.

    Satu lagi kota yang aku bookmark buat jalan2 ntar, tau deh kapan jalan2 nya. Pokoknya referensinya udah dpat dr sini..

    have a nice weekend kak mila.

    BalasHapus
  3. @Pagit: sepertinya kamu sudah tergigit Travel Bug hahahaa....

    @tito: have a nice weekend to you too

    BalasHapus
  4. Suka sama postingan ini , Mil. Walo agak deg2an baca awal ceritanya :p. Jangan lupa ajak gw n Pagit kalo mau balik ksana ya :)

    BalasHapus
  5. yep, beneran nice little town tuh. warga dan harganya sama-sama "ramah". hehehe..

    BalasHapus
  6. wohoo.. seru ya? Tapi orang sana bisa sampek g tw Indonesia ya? hadeeeh --

    BalasHapus
  7. @lili: aku sudah betulkan typo2nya hihihii...

    @morishige: iyaaaah.. mungkin itu yang bikin betah yah... Ramah di kantong :p

    @Huda : iya memang ironis, tapi banyak orang Thai ga tau Indonesia, mungkin bahasa Thai nya "Indonesia" beda kali hihihiii...

    BalasHapus
  8. aah serunya Milaa..jalan-jalan trosss... ajakin aku donk :P

    BalasHapus
  9. jalan-jalan ndiri ga takut nyasar pa Mba,,..
    scra yang pengalaman mana ada takut.. bikin ngiler ngiri..

    BalasHapus
  10. aku mampir ke sini tuh hampir nggak jelas mil harus komentar apa soalnya ceritanya udah jauh dan aku nggak ngikutin, makanya nggak pernah komentar, hehehe :D jadi kamu cantik, mil ? *errr* :p

    BalasHapus
  11. Krabi sepi banget di fotomu, Mil. Mbok dipasang foto pasarnya, dong..

    BalasHapus
  12. Kali ini pergi sendirian ya? Wah, seru juga petualangannya.. :)

    BalasHapus
  13. jadi maksudnya orang Indonesia gak cantik???? #emosi...si engkoh perlu diajak jalan2 ke indonesia kayaknya :)

    BalasHapus
  14. ternyata di krabi juga ada alay-alay ya mil?. ckckck menjamur dimane-mane ouy.. hehehe..
    beruntung tuh dibilang cantik universal.. tapi dengan catatan tambahan : versi engkoh-engkoh.

    iya, banyak banget travel agent di penang yang nawarin perjalanan lintas batas negara ke hatyai, krabi, phuket.. sayang sih waktunya terbatas.. padahal pengen :(

    BalasHapus
  15. waaah, menyenangkan ya ada little town seperti itu, pengen ke sana ... tapi jalan kaki selama 2 jam ..hmm * mikir2 dulu *

    BalasHapus
  16. Malu bertanya sesat di jalan, banyak bertanya malu di jalan.

    BalasHapus
  17. weleehh Mbak, dua jam jalan kaki sambil bawa backpack seukuran diri dan sendiri pula jalannya, mantaplah ya Mbak ya, olahraga olahraga sambil menikmati kotanya :D

    BalasHapus
  18. @mba mira: ayuuuk ikut jalan2 mba hehee

    @choirunnangim: say mah selalu nyasar jd dah biasa hahahaa

    @fenty: postingan gw ga bersambung kyk punya gaphe gitu, jd ga perlu diikutin... hehee

    @vicky: emang kota nya sepi gitu, apa adanya.. pasar nya juga ga rame2 amat & wkt itu ga bawa kamera ke pasar hihii... abis udah kelaperan, sampe kamera ketinggalan di hotel :p

    @mba reni: nanti di phuket baru rame ketemu sama 2 alay lain nya hahahaa

    @isti: bukan org indonesia ga cantik. itu maksudnya ada dua kalimat. 1. wajah aku cantik *ditimpukmassa*, 2. wajah aku ga kayak org indonesia.... emang kebanyakan org ngira klo aku org india, bahkan org indo nya sendiri hahaaa...

    @gaphe: biarin versi engkoh-engkoh juga yg pentik cantik weeee... :p

    BalasHapus
  19. @winnie: itu karena aku sok tau.. klo naik tuktuk mah paling setengah jam ga sampe hahahaaa

    @Babybeluga: haaaa.. tepat sekali mba hahaa

    @diah: olah jantung sih lebih tepat nya, secara klo di jkt gw jarang olah raga dan olah jantung.. sekalinya jalan 2 jam hahahaaa

    BalasHapus
  20. belom pernah ke krabi, klo lo mau kesana lagih jangan lupa ajak2 gw :D

    BalasHapus
  21. hmm, baca postingan lo kayak lagi baca novel petualangan mencari peta harta karun. ahaha. nyampe juga di Krabi yah..
    saya nak cakap melayu tp tak bise bise.. blg gt aja lain kali. hihihi

    BalasHapus
  22. @d3vy: sippppp....

    @meutia: ini memang petualangan *lebay* jyahahaaa...

    BalasHapus
  23. Tempat wisatanya keren-keren, sayang ya dikau cuman punya waktu satu hari. Coba punya waktu banyak, pasti bisa naik ratusan anak tangga itu. Just my Imagination. I want go traveling. *cry*

    BalasHapus
  24. klo jalan2 lgi ajak ane dong he he..

    BalasHapus
  25. travel yg dpake ke hatyai apa mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. banyak kog yg nawarin gitu di ruko2 di penang, di deket love lane banyak tuh.

      Hapus
  26. wah, sama mil...kemarin itu aku jg nginep di Krabi. Emang ngangenin jg kota kecil ini ya? :) Sempet main kayak jg di sana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaayyy... aku suka kota kecil yang khas gitu.
      bersukur aku ga ke Ao Nang, pdhal sebelom aku pergi semua org nyuruh aku ke Ao Nang soalnya ga ada apa2 di krabi. tapi aku seneng disana heheheee

      Hapus
    2. Iya, kotanya tenang banget. Kayaknya asik juga kalo tinggal di situ beberapa lama, sambil nulis buku & leyeh2 tiap hari, Banyak makanan halal dan yg paling asik itu minum Thai milk tea :) Yg masih jadi tanya: kenapa ya orang Thai selatan doyan mobil2 semi truk macam Hilux itu?? kamu tau? *ini nanya beneran*

      Hapus
    3. mungkin itu buat perkebunan gitu? soalnya klo dari arah hatyai ke krabi banyak pohon sawit & pohon karet gitu. mirip di sumatera.

      Hapus
    4. Kirain jg begitu. Tapi mobilnya banyak yg kinclong. Terlalu keren kalo cuma buat ngangkut hasil kebun...hehehe. :)

      Hapus
  27. mbak sendirian kesana? jalan kakinya juga sendirian?

    keren bgt kalo gt


    sukses ya

    BalasHapus
  28. Nice blog. Just to correct you. Krabi people can speak bahasa melayu not because they are near to Malaysia. For your information, from Phuket to Southern Thai used to be a Malay Kingdom under the Pattani Kingdom. After Pattani kingdom fell down, it become one of the Thailand'province.

    BalasHapus
    Balasan
    1. owh that's why sampai skrg di border nya yg pattani itu sering ada kerusuhan ya? menarik. thanks for correcting by the way.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...