Sabtu, 26 Februari 2011

Bangkok,,,,here I come!

Ngitung Receh di Disneyland

Mengikuti pengunduran diri Husni Mubarak, niat saya pun batal jadi sukarelawan ke Mesir. Kayak yang bakal beneran melamar jadi sukarelawan aja 0_o

Saya masih menikmati ke-nganggur-an ini. Sisi baiknya, saya sekarang tidak tertekan secara batin lagi, lebih eksis di berbagai social media seperti Facebook, Twitter, Foursquare dan Posterous. Yang paling penting adalah, saya jadi makin rajin blogwalking dan bersilahturahmi ke blog-blog lain... makin tambah teman makin senang hihihi...

Kesibukan sehari-hari saya (selain blogwalking ke kawan-kawan sekalian) adalah Makan, Tidur, Berkhayal dan nongkrong di Seven Eleven. Diantara kesibukan saya tersebut, kalau ada waktu luang saya gunakan untuk nyopir Bus, berlatih Golf untuk mulai meniti karir menjadi seorang pe-Golf Profesional, mempersiapkan kantor baru dan survei untuk perjalanan saya ke Bangkok.
Berlatih Driving demi karir Golf Profesional
Untuk perjalanan kali ini saya lebih serius dalam men-survei, browsing-browsing dan googling. Dari sebulan yang lalu Lonely Planet versi buku saku sudah saya bawa-bawa terus. Di BB saya sudah ter-install aplikasi Amazing Thailand, nanti saya cek dulu kalau bagus dan memang terbukti berguna pasti akan saya bahas khusus di postingan.
lumayan buat nambah2 budget

Alasan utama saya lebih rajin survey karena waktu luang saya sedang melimpah ruah. Alasan lain karena budget yang lebih terbatas dari sebelum-sebelumnya karena kondisi keuangan saya sekarang ini. Jadi budget yang sangat terbatas itu harus bisa diatur se-efisien dan se-efektif mungkin.

Keterbatasan budget tidak akan menghalangi saya untuk menjelajah dunia !

Ketika curhatan saya ini ter-posting, kemungkinan besar saya sedang berada di Bangkok. Jadi, seperti kata orang-orang Perancis:

BON VOYAGE* !

* hasil dari les bahasa prancis selama berbulan-bulan

Jumat, 18 Februari 2011

Malam di HCMC

Sisi Romantis HCMC
Hai kalian! Tau ga sih? Ketika tiba di Ho Chi Minh City saya langsung terpana dan ternganga? Kalau belum tahu lebih  baik cekidot postingan yang ini dulu. Soalnya kali ini saya mau kasih unjuk sisi lain dari kota Ho Chi Minh, Vietnam. Sisi romantis nya heheheee.....

Romantis (bukan Rokok Makan Gratis) karena menyusuri jalan-jalan di HCMC serasa berada di Eropa...walaupun saya belum pernah ke Eropa. Vietnam ini pernah dijajah oleh Perancis maka itu banyak bangunan-bangunan peninggalan Prancis.

Salah satu impian dalam hidup saya adalah pergi ke Eropa, terutama Perancis. Entah kenapa sampai-sampai saya mendaftar les bahasa Perancis, padahal aktualnya lebih sering bolos daripada les-nya. Bahkan menyongsong ujian tingkat pertama hari Sabtu besok aja saya belum belajar sama sekali. Niat sih ada, buktinya adalah buku-buku les itu selalu saya tenteng kemana-mana meski tidak di buka-buka *boro-boro dibaca* x_x

Okey.. cukup sekian curcol saya menyangkut masalah Les bahasa Perancis. Kembali ke Ho Chi Minh City. Bangunan-bangunan peninggalan masa penjajahan ini mereka rawat, kalau malam ada lampu-lampu yang gemerlap, jadi kelihatan indah.Walaupun iklim nya sama terik nya kayak di Jakarta, tapi di pinggir jalan banyak tanam-tanaman rindang dan bunga-bunga-an warna warni.



Hotel Continental Saigon, berhadapan dengan Opera House

Salah satu sudut HCMC, mirip Jl. Braga di Bandung ya?

Cipu sedang meratapi nasib

Jumat, 11 Februari 2011

Reunification Palace

Tampak Depan
Reunification Palace ini adalah salah satu Landmark nya kota Ho Chi Minh, Vietnam. Termasuk salah satu yang populer diantara People's Committee Hall, Central Post Office, Notre-Dame Cathedral dan Opera House. Tempat ini semacam Istana Presiden eh tapi kayaknya loooh... saya juga kurang yakin. Soalnya di tempat ini minim keterangan, dan karena kita tidak menggunakan jasa Guide jadi nya yang ada berkeliaran luntang-lantung.

Lokasi nya gampang di cari, tidak  serumit seperti waktu mencari People's committee Hall. *jadi malu kalo inget kejadian itu* Tapi masuk sini tidak gratis, harus bayar retribusi sebesar 15000 Dong ( + 7500 Rupiah).

Kira-kira seabad yang lalu bangunan ini tadinya dibangun untuk istana nya Raja Norodom. Kemudian waktu Vietnam di jajah Perancis, sempat jadi pusat pemerintahan Perancis di Vietnam. Sempat juga di ambil alih oleh Jepang pada waktu Perang Dunia II.

Pada saat Perang Vietnam, Presiden Dhiem yang menduduki tempat ini. Kemudian di Tahun 1975 menjadi tempat negosiasi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan hingga akhirnya mereka bersatu kembali yang kemudian mengakhiri Perang Vietnam tersebut, nah makanya disebut Reunification Palace (penyatuan kembali gitu maksudnya kira-kira). 

Sekarang bangunan ini jadi museum. Kalau saya bilang sih tempat ini juga sudah beberapa kali di renovasi, tidak asli dari tahun Seribu Delapan Ratus Sekian itu. Yang di pamerkan ruangan-ruangan nya dan segala perabotannya. Mungkin bisa jadi inspirasi untuk yang mau bikin rumah?

Ruang Tamu

Lobby Bangunan di lihat dari Lantai 2

Jendela

Lobby Lantai 2

Selasa, 08 Februari 2011

Alih Profesi

Ngitung Receh
Bagi yang setia mengikuti perjalanan hidup saya *dilarang mual* pasti tau lah tentang KEPUTUSAN BESAR saya di bulan Januari lalu. Bahkan tidak sedikit yang bertanya-tanya: Keputusan macam apa sih ?

Supaya lebih jelas dan tidak membuat kalian semua penasaran *berasa banget di pikirin banyak orang*, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan saya disebuah pabrik dan meninggalkan Boss besar yang selama ini banyak membimbing saya yang sering ngeyel ini. Saya sedih harus berpisah sama Boss... *hiks*

Seminggu telah berlalu semenjak saya resmi Jobless. Bermacam-macam profesi dambaan menghantui setiap malam. Saya teringat, sewaktu saya di Pnom Phen, sedang menunggu Bus untuk kembali ke Ho Chi Minh, sempat ngobrol sama bule asal Eropa. Dia berpetualang ke seluruh penjuru Asia hanya modal gitar, nyanyi dari kafe ke kafe, pub ke pub, demi mendapatkan sedikit uang untuk meneruskan perjalanannya. Dalam hati saya kagum bukan main... kapan saya punya kenekatan kayak gitu ya?

Sopir Jip rental di Bromo
Sebelumnya di Singapore, saya sempat ngobrol dengan Bule yang sudah fasih berbahasa Indonesia karena sudah 7 tahun tinggal di Lombok. Dia adalah seorang Air Photographer yaitu fotografer yang memotret dari udara. Mendengar dia berbicara dengan penuh passion tentang pekerjaannya itu saya jadi iri. Kapan saya bisa punya passion seperti itu sama kerjaan saya.

Sebenarnya cita-cita saya dulu waktu kecil pengen jadi Pramugari, tapi terhambat masalah tinggi badan. Begitu pula dengan cita-cita saya menjadi seorang model, terhambat tinggi badan juga.

Sempat terpikir untuk jadi travel writer, kerja di national Geographic...wuiiih keren banget kan tuh?! Tapi kalo di baca dari blog ini yang isiny asuka ga penting kog kayaknya malah jadi ga pede sendiri x_x

Tuk Tuk Driver
Kalau dari keahlian saya berkendara sih sepertinya profesi sopir Jeep Rental di Bromo cocok tuh sama saya. Tapi secara di Bromo sekarang masih dalam situasi "berjaga-jaga" jadi lebih baik saya pending dulu aja deh.

Minat lain saya sih jadi pengendara Tuk-Tuk, apalagi sejak bertemu So Marly... seorang Tuk Tuk Driver di Pnom Phen yang tampak sangat mencintai pekerjaannya. Tapi saya ingat pengalaman saya belajar motor beberapa bulan lalu. Jatuh, terseret, tertimpa motornya dan mengalami gegar otak di dengkul (soalnya otak saya ada di dengkul). Sepertinya saya haru mengubur dalam-dalam impian itu, sama seperti cita-cita saya menjadi pramugari dan foto model -_-"

Sukarelawan di Mesir
Tadi pagi, sembari menggosok gigi dan  bersenandung lagu : Yu no mi so wel.... tiba-tiba saya kembali mendapat inspirasi. Apa sebaiknya saya melamar jadi anggota PBB atau pasukan perdamaian atau sukarelawan apa pun lah itu untuk di berangkat kan ke Mesir.

Pasti luar biasa tuh.. apalagi dari dulu saya pengen banget liat Sphinx dan Piramid.

Ngomong-ngomong, postingan kali ini kog kayaknya tidak bermutu banget ya -_______-"
Sepertinya harus di hentikan nih sebelum saya ngelantur macem-macem lagi wkwkwwkkkk....

Rabu, 02 Februari 2011

Oriental Pearl TV Tower & Shanghai History Museum

Mejeng duyuu Unyuu Unyuu
Oriental Pearl TV Tower merupakan salah satu bangunan tertinggi di Shanghai. Bangunan ini terletak di daerah Pudong atau New Shanghai. Model nya lucu banget, kayak di film-film sci fiction, ada bulet-buletnya gitu. Dari bangunan yang fungsi awalnya adalah menara untuk antena TV dan radio tersebut, kita bisa melihat kota Shanghai dari atas. 

Untuk bisa sampai ke atas TV Tower dan melihat Shanghai dari atas kita harus membeli tiket dulu, tidak seperti Menara Petronas yang masuknya gratisan. Sayangnya waktu itu bertepatan dengan hari libur anak-anak sekolah di China, jadi untuk bisa ke atas menara harus mengantri panjaaaaaaang kayak uler melingkar-lingkar. 

Melihat begitu banyak manusia, kita (saya dan adik-adik) langsung jiper akhirnya kami sepakat untuk "menunda" naik ke atas TV tower hingga kunjungan ke Shanghai berikutnya (kalau ada kesempatan lagi). Kalau gratisan sih it's okey pake antri, lah ini masa udah bayar antri juga..hehe.. 

Alat menggiling beras jaman dulu
Ya sutralah cyiiin... akhirnya kita capscus menuju lantai dasar dimana terdapat Shanghai History Museum. Di sini kita bisa menyusuri perjalanan waktu dari mulai jamannya Shanghai masih merupakan desa nelayan kemudian pada masa Shanghai dijajah oleh Inggris dan Perancis hingga saat ini Shanghai menjadi kota metropolitan.

Awalnya Shanghai hanya merupakan desa nelayan yang sederhana, namun karena lokasi nya yang strategis - di pinggir sungai Yang Tze, desa ini lambat laun berkembang menjadi salah satu pusat perdagangan  terbesar di China karena salah satu port international berlokasi di sini.

Di sekitar abad ke-19, melalui perdagangan ini British men-supply Opium hingga rakyat China terlena dan terbuai kecanduan drugs. Ketika pemerintah nya waktu itu, dinasty Ming, sadar kalau rakyat nya pada sakau, Opium pun di banned. Situasi perdagangan pun memanas, hingga akhirnya pecah Opium War. Walaupun perang ini berakhir seiring dengan di tanda tanganinya Treaty of Nanking, Shanghai masih dikuasai oleh British dan Amerika. Mereka mendirikan bangunan-bangunan megah di sisi sungai  Huangpu sebagai kantor dan bank perwakilan dari negara-negara yang melakukan trading  di China.

Setelah melalui macam-macam perang dan perjanjian, sekarang sih sudah milik Republik China lagi.Malahan daerah ini sekarang menjadi salah satu lokasi wisata di Shanghai, The Bund. Nanti kapan-kapan saya ceritain deh soal The Bund heheheee.....
Tampang-tampang teler gara-gara di dijejali Opium oleh Inggris

Judi Adu Jangkrik
Ternyata China memang jago nya tiru meniru. Bukan hanya barang-barang branded yang ditiru sama persis kayak aslinya, manusia pun bisa di tiru mirip aslinya. Manusia tiruan yang dipajang di museum ini berukuran seperti asli nya, lengkap dengan ekspresinya.

Sebenarnya alasan saya posting ini ceritanya supaya sesuai temanya, menyambut Tahun Baru China jadi saya mau sekalian mengucapkan Gong Xi Fa Choy. Hehehee... Tahun ini Shio-nya apa sih?


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...