Senin, 29 Oktober 2012

Giveaway perdana blog ini dan sekuelnya

Sejak saya memulai blog ini di tahun 2008, setengah windu yang lalu, ini adalah kali pertama saya mengadakan giveaway. Ketika foto-foto teman-teman mulai muncul satu persatu di Facebook Page Ceritanyamila, saya jadi bingung sendiri. Bagaimana saya bisa memilih salah satu dari teman-teman kalau semuanya keren-keren, sementara Kain Batik nya hanya satu. Untungnya Tante Debz pemilik blog www.lovelydebz.blogspot.com yang ketika di Cirebon banyak mewariskan ilmu perbatikan bersedia di daulat menjadi juri.

Niar dengan batik ungu dan senyum manis adalah yang pertama meng-upload foto di Page Ceritanyamila. 
 
Jauh-jauh dari Hong Kong ada Mba Nyi Penengah Dewanti juga ikut men-share foto berdua dengan sahabatnya. Konon batik yang dikenakannya itu adalah batik favorit nya yang dibeli oleh cinta, dipakai dengan hati, karena merupakan oleh-oleh dari sahabatnya itu ketika sahabatnya pulang kampung. 

Ada juga si cantik Neng Indi dari www.duniakecilindi.blogspot.com. Kalo eneng yang satu ini sih ga usah heran, dia pakai apa saja selalu kelihatan cantik dan manis. Batik yang dia pakai itu ternyata di belinya di emperan di tumpukan daster, tapi karena Indi yang pakai jadi keliatan seperti batik mahal yang di galery-galery gitu. Kalau lihat fotonya Indi, kayaknya image tentang batik itu adalah pakaian untuk orang tua dan membosankan kayaknya langsung terbantahkan. Dress batik nya di padu dengan stocking putih dan tas Hello Kitty kelihatan Fun dan Playfull, aku suka banget.... 
 
Tha Artha yang punya blog www.argalitha.blogspot.com men-share foto nya mengenakan batik yang di jahit tangan oleh mama nya sendiri. Menurut dia sih model dress nya ini 'kuno', tapi kalau menurut saya modelnya klasik dan tak lekang oleh waktu. Sadeeeeesss. Saya mau donk dijahitin juga sama mama kamu *digetok ember*

Kata siapa juga kalau cowok yang pakai batik itu cuman Pak RT ato Pak RW, anak band juga pakai batik loh. Danarhadi *catet*. Yoswa sang vokalis ga kalah keren kog sama Ariel peter pan Noah band, tuh cewek yang disebelahnya sampai terpana gitu (dan dari rona wajahnya kemungkinan  besar lagi berharap lagunya cepat usai).
 
Kalau Tha Artha batik nya di jahit tangan oleh mamanya menjadi dress yang kiyuuut, mba Iprih Covalimawati dari www.covalimawati.blogspot.com  ternyata Pak Lik nya adalah pembuat batik lengkap sama workshop nya. Batik ungu yang dikenakannya itu adalah hasil karya Paklik nya, sedangkan model bajunya di design olehnya sendiri. Bisa nih kapan-kapan pesen batik yah, mba :'))

Seorang petualang muda yang puitis seperti Rio Praditia dari www.agustinriohisteris.blogspot.com ternyata juga punya baju batik loh. Walaupun dia mengakui bahwa itu sebenarnya batik pinjaman dari temannya yang akhirnya menjadi hak milik karena temannya sudah lupa. Nah kalau dilihat dari foto nya Rio ini kita bisa melihat kalau batik punya kemampuan untuk membuat seseorang tampak rapi tanpa harus menyisir rambutnya.
 
Dari kubu pipi tembem ada Cheila Mbem dan Rossa Indah. Cheila menshare foto batik pertamanya yang memang beneran kece, sementara si Rossa dan seorang lagi temannya dengan pose narsis Madly Friday  nya. Mereka semua, bersama dengan Indi telah menambah satu genre dalam dunia perbatikan, yaitu batik unyu.

Niar

Nyi Penengah dan sahabatnya

Yoswa si anak band

Tha Artha

Madly Rossa dan temen kantornya

Chella Mbem *gemeeesss

Rio, semoga temennya yang punya batik ga buka blog ini

Mba Iprih Covalimawati
Indi yang selalu cantik *uhuk



Saya yakin bukan hanya saya yang sulit menentukan siapa yang akan mendapatkan batik cirebon nya, juri kita Tante Debz pun sempat bingung. Setelah menghabiskan 2 gelas kopi hitam dia pun menentukan pilihan dan jatuh kepada Tha Artha. 


Niar sebagai peserta pertama di giveaway blog saya yang pertama ini  juga bakal saya kirimin salah satu koleksi batik besurek bengkulu saya yang bermotif kaligrafi dan bunga raflesia.

Selamat yah buat Tha Artha dan Niar. 
 
Terima kasih banyak juga buat teman-teman lain yang sudah ikutan yah, keren-keren semuanya. Ikutan lagi giveaway berikutnya yuk.

Seperti yang sudah sempat saya singgung di Page Ceritanyamila, saya punya oleh-oleh 2 buah kotak kopi bali dari hasil trip mencari innerpeace saya kemarin dulu. Caranya gampang aja, saya sih orangnya simpel-simpel aja kog ga usah ribet-ribet. 
Share pengalaman kocak bin malu-malu-in bin gokil yang bener-bener ga terlupakan seumur hidup dan bikin kalian pengen ganti nama karena merasa sudah tercemar 7 turunan di Facebook Page Ceritanyamila www.facebook.com/ceritanyamila
2 cerita yang paling memalukan bakal saya kirimin oleh-oleh  kopi Bali. Dateline nya sampai 11 November 2012 ya :D


Rabu, 24 Oktober 2012

Perjalanan Mencari Innerpeace


5 tahun lalu, saya dan Chacha - adik saya pernah melakukan perjalanan semacam ini. Kita berdua berangkat ke pulau dewata dengan setumpuk rencana dan itinerary yang ambisius. Pada akhirnya selama 2 minggu kita di Bali yang kita lakukan adalah bangun pagi, sambil sarapan nongkrong di depan hotel mengomentari turis-turis yang lalu lalang. 

Siang hari nya kita lebih banyak tidur karena terlalu panas untuk bermain di luar dan sorenya baru kita mulai berkelana, berburu sunset di Kuta, Legian, Jimbaran, Tanah Lot, makan dan nongkrong lagi. Dengan cara itulah kita menemukan innerpeace.

Tahun ini sebenarnya bagi chacha ini adalah perjalanan yang sudah terencana dengan matang beberapa bulan sebelumnya, tapi bagi saya bisa dibilang ini adalah perjalanan semi mendadak. Pasalnya rencana semula si Chacha itu tidak melibatkan saya, melainkan partner perjalanan yang lain. Tapi karena ada satu dan lain hal rencana perjalanan itu pun bubar meninggalkan serpihan-serpihan kepedihan bagi Chacha. 

Saya sebagai seorang kakak yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung, akhirnya merelakan diri menemani nya untuk menemukan kembali innerpeace agar bisa kembali menyusun serpihan-serpihan itu menjadi satu hati yang utuh dan siap untuk mencinta lagi *halah*

Tempat pertama yang akan kita jelajahi adalah Ubud, karena Chacha punya feeling yang kuat bahwa innerpeace nya dapat ditemukan dengan mudah di antara batang-batang padi yang merunduk karena berat meminggul butiran-butiran beras yang mulai bersemi di pucuknya. Jadilah setiap kita melewati sawah di Chacha akan berteriak histeris, " sawaaaaaaah....". 

Sementara saya yang pernah tinggal di tengah sawah di Boyolali selama sebulan tidak merasa ada chemistry apa-apa ketika melihat sebidang sawah hijau yang bersusun membentuk terasering. Cuma perut saya aja sih yang tiba-tiba mengeluarkan bunyi-bunyian rrrrr...rrrrr....begitu karena membayangkan nasi hangat. 

"Say nasiiiiiiiii......"

Bergaya Julia Robek di film Eat, sleep & love
Adalah sesuatu yang ironis bagi seseorang yang batal kawin - no mention loh yaaa, kita tiba di hari yang menurut orang Bali adalah hari yang tepat untuk melaksanakan pernikahan, begitulah yang dijelaskan Pak Bli Made Tika yang menjemput kita dari bandara menuju Ubud. Beberapa kali mobil avanza hitam sewaan kita berpapasan dengan iring-iringan mobil pengantin. "Tandanya itu ada batang-batang tebu yang di pasang di depan mobilnya," jelas Pak Made Tika. Mungkin itu supaya ceritanya kehidupan pernikahannya akan manis seperti tebu kali ya.

Ketika melintasi sawah Pak Made menjelaskan tentang Subak, kata yang familiar banget saya dengar ketika di bangku sekolah. Subak ternyata adalah suatu sistem yang melibatkan suatu organisasi yang mengatur sistem manajemen sawah-sawah di satu banjar (kayak semacam RT/RW gitu). Organisasi itu yang menentukan kapan bibit mulai ditanam, karena tiap banjar waktu mulai menanamnya berbeda-beda. Selain itu organisasi itu juga mengatur pembagian air untuk setiap sawah yang ada dalam satu banjar itu, inilah yang dinamakan Subak dan sudah terdaftar dalam UNESCO Herritage List.

Kadang ada juga yang licik ngakalin pembagian air itu. Ada yang malam-malam mengendap-ngendap menutup lubang aliran air ke sawah tetangganya agar airnya mengalir kesawahnya. Ada yang dengan cara mengubah garis batas jatah air nya. 

"Waktu saya kecil untuk mengukur jatah air itu masih pakai kayu, tinggal bikin garis baru diatasnya kalau mau curang. Sekarang sudah pakai semen, orang tetap saja bisa ngakalin di ganjal bawahnya jadi garisnya naik." Ujarnya sembari tertawa.

"Hahaha ada-ada saja ya, Pak."

"Tapi sekarang sawah di Bali sudah banyak berkurang," keluh Pak Made Tika," Bapak saya dulu petani, tapi saya sudah tidak lagi."

"Kenapa begitu, Pak?" tanya saya.

"Kebijakan pemerintah yang tidak berpihak ke petani kecil sih, mba. Bibit nya saja sudah mahal, harga jual berasnya terlalu rendah kalah saing dengan beras impor. Maka itu banyak petani jual tanahnya, lebih jelas dapat uang."

***

Dari Ubud, saya dan Chacha bergerak menuju Seminyak. Kebetulan di samping hotel kita ada Bus Perama, jadi kita langsung membeli tiket jurusan Ubud - Kuta seharga 50 ribu per orang. Bus nya lumayan sih, ga pake AC dan si Chacha ngedumel karena ribet angkat-angkat koper dan tentengan belanjaannya naik ke atas Bus. 

"Kan gue udah bilang ga usah pake koper," kata saya.

"Ya mana gue tau kalo mau naik bus gini, gue pikir kita naik minivan pake AC gitu," Rambutnya yang sudah di blowdry selama hampir sejam dan di roll itu pun sudah lepek. 

Bus Perama Ubud - Kuta

Lepek kepanasan di Bus
Ketika bus mulai jalan, mulai ada angin cembriwing cembriwing yang masuk melalui jendela. saya sibuk memperhatikan kelakuan cewek bule yang duduk didepan saya. Ga lama setelah bus jalan dia membuka bekalnya, nasi bungkus dengan lauk ikan goreng dan ada kuah-kuah sambel gitu. Dengan lahap dia makan pakai tangannya, diatas bus yang jalannya oleng-oleng kanan kiri. 

"Cha, tu bule kayaknya udah lama tinggal di sini deh. soalnya keliatan udah menyatu banget sama budaya sini," kata saya ke Chacha.

Nasi bungkus nya pun habis dalam sekejab, cewe itu menjilat-jilat jari-jarinya, menenggak air mineral di botol besar kemudian mengambil tissue dan buang ingus dengan suara stereo. Setelah itu dia pindah ke bangku sebelahnya yang kosong dan tidur.

"Nah bener kan, cha. cewe itu kliatan udah menyatu banget sama budaya sini."

Sampai di daerah Sanur, dua orang cowo bule diturunkan dan pindah ke minivan. 

"oh itu mungkin dia minta dianterin ke hotelnya, tapi jalan hotelnya kekecilan buat bus,"kata Chacha.

"lah emangnya bisa minta dianter langsung ke hotel?" kata saya.

"Bisa. Kan ada tulisannya tadi di daftar harga"

"Lu kenapa ga bilang?"

"Gw pikir lu udah baca."

"Gw ga tau. kenapa kita ga minta dianter ke hotel aja? paling cuman nambah 10 rebu."

"emang, cuman nambah 10 rebu."

Saya pun hanya bisa gigit topi. Pasalnya hotel kita di Seminyak masih jauh banget dari tempat kita akan diturunkan bus Perama ini di Kuta. Tapi akhirnya kita turun di Legian dan sambung taksi ke Seminyak, pakai argo 30 ribu. Ya ga jauh beda kalau kita minta diantar sama Perama sih.

Pantai Seminyak lebih manusiawi dibandingkan pantai kuta yang sudah lebih banyak orangnya daripada butiran pasir dipantai. Oke, itu lebay sih. Disinilah saya menemukan innerpeace saya, di bawah sinar matahari yang hangat, di antara sapuan ombak, dan lembutnya pasir pantai yang menyusup di sela-sela jari kaki.

Senja di Seminyak

Kaki berpasir <3 br="br">

matahari, ombak, dan happiness ---> innerpeace *halah


***

Oh iya, untuk yang mau ikutan giveaway batik cirebon masih dibuka loh sampai tanggal 28 Oktober. Setelah itu saya mau bagi-bagi oleh-oleh dari Bali. Yaaaay!
Tunggu syarat dan ketentuannya di Facebook Page Ceritanyamila yah. 
 

Kamis, 11 Oktober 2012

Sehari di Kota Udang, Nasi Jamblang dan Batik Trusmi

Kereta Api Cirebon Express berangkat pukul 6 dini hari, mengantarkan 4 orang perempuan di Stasiun Cirebon. Berbondong-bondong para penumpang turun dari kereta, tampaknya seluruh gerbong terisi penuh di hari Sabtu itu. 

Di depan pintu exit, abang tukang becak menyambut para penumpang yang baru turun dari kereta, menawarkan jasa nya. Tapi sesuai dengan niat awal Tante Debz - ketua rombongan yang hari itu mengenakan celana pendek pink dan terpaksa menanggalkan eyeliner nya karena telat bangun, kita menggunakan jasa ojek.

Kalau dirunut dari asal usul saya yang simpang siur, Papi nya Mama Said - Mbah Kakung saya asli nya dari Cirebon. Tapi karena keluarga sudah hijrah semua ke Jakarta jadi sudah sejak generasi Mama saya tidak pernah merasakan mudik ke Cirebon. Saya sendiri beberapa kali melintas Cirebon, cuma numpang lewat di perjalanan mau kemana. Baru kali ini kota udang ini menjadi tujuan saya, berkat ajakan Tante Debz untuk belanja batik di Trusmi, kampung batik yang ada di Cirebon.

Perut yang meraung-raung karena sejak pagi baru diisi sepotong roti dan segelas kopi susu mulai jinak berkat makanan khas Cirebon, Nasi Jamblang. Sebenarnya ini semacam nasi timbel, tapi bedanya bukan dibungkus daun pisang tapi dibungkus daun jati. Untuk lauknya kita bebas memilih secara prasmanan macam-macam lauk yang terhampar di meja. Menurut Lili, Nasi Jamblang Pelabuhan ini lebih enak daripada Nasi Jamblang Mang Dul yang populer. 

Nasi Jamblang Pelabuhan

Lauk prasmanan
Dari Tante Debz saya menyimak tentang motif-motif batik Cirebon. Mulai kapan Tante itu jadi ahlinya  batik, saya juga kurang paham sih. Tidak seperti batik di Jogja atau Solo yang dominan warna coklat, batik disini berwarna cerah. 

Dari tengah tumpukan kain-kain yang terlipat rapi di toko Batik Nofa, Tante Debz menarik sebuah kain berwarna dasar biru cerah, "Motif mega mendung," katanya.  Lukisan kumpulan awan-awan dengan kombinasi warna putih dan gradasi biru tua ke biru muda menghiasi sekujur kain itu, seperti lukisan langit yang cerah. Motif batik khas Cirebon mega mendung warna dasarnya macam-macam, ada yang berwarna merah sehingga seperti langit saat senja, ada juga warna pink dan hijau.

Toko Batik Nofa terletak di kampung batik Trusmi, 20 menit naik ojek dari Keraton Kasepuhan Cirebon. Ternyata bukan hanya satu Toko Batik bernama Batik Nofa di Trusmi, tapi ada lebih dari tiga sehingga rombongan konvoi ojek kita sempat bingung-bingung. Untung Lili masih ingat lorong-lorong jalan yang mengarahkan kita ke toko itu. Trusmi adalah nama daerah pusat batik di Cirebon seperti Laweyan di Solo. Disini banyak toko batik mulai dari yang besar hingga kios-kios kecil.

Selain motif mega mendung, yang unik lagi motif batik yang bergambar hewan-hewan macam ikan, kupu-kupu, capung dan gambar orang-orangan serupa prajurit kompeni belanda yang kata Tante Debz motif robot-robot. Secara random Lili menarik selembar batik bermotif perempuan-perempuan belanda persis gambar logo salah satu merk susu kental manis.

Sementara Nyai Astri sedang pusing memutuskan batik mana yang akan dibeli untuk Ibu nya, karena memang motifnya bagus semua jadi agak bingung memilihnya. Saya pun sempat bingung dengan banyaknya pilihan yang menarik, tapi kemudian saya melihat sepotong kain batik dengan perpaduan 3 warna - putih di atasnya, merah di tengah dan biru dibawah, gambar awan-awan mungil menyebar diantara gambar kembang-kembang yang manis. Saya langsung terbayang sebuah dress cantik berbahan batik itu.

Tenggelam di tumpukan Batik (pic by Nyai Astri)

Di depan toko batik Nofa, Trusmi
Kain Batik Cirebon yang sekarang sudah jadi dress cantik

Saya juga beli satu lagi Batik berwarna dasar hijau tosca yang manis dengan motif capung. Sebenarnya waktu saya beli itu sudah terbayang mau bikin blus kasual berlengan pendek yang bisa di padu dengan jeans dan celana pendek. Tapi kemudian saya pikir-pikir, lucu juga kali ya kalau saya bikin Give Away.

Yang berminat mau punya koleksi Kain Batik Motif Capung boleh ikutan, tidak ada  batas usia, boleh cewek maupun cowok (batik ini dibikin kemeja cowok juga lucu loh), tidak ada batas domisili - yang tinggal di mana saja boleh ikutan.

Caranya tinggal share foto yang unik pakai batik favorit kalian di Facebook page Ceritanyamila, terus di kasih deh alasannya kenapa batik itu jadi favorit. Saya tunggu sampai Tanggal 28 Oktober 2012 yah :)


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...