Selasa, 28 Juni 2011

MRT di Jakarta.... Horeeee!

Kabar gembira bagi pendamba MRT (Mass rapid Transit) di Indonesia. Sekarang MRT di Indonesia bukan lagi sekedar khayalan atau pun mitos belaka, tapi bisa dijumpai di Jakarta Fair 2011 di salah satu Hall pameran nya.

Tahun 2009 adalah pengalaman pertama saya naik MRT. Waktu itu kebetulan dalam rangka bekpeking perdana ke Singapore. Di airport Changi, saya & rombongan katrok di depan mesin tiket MRT. Soalnya di Jakarta ga pernah nemu yang kayak beginian.

Sambil nunggu MRT dateng, kita norak foto-foto-an di depan pintu masuk nya. Bahkan di dalam MRT pun kita sempet-sempet nya foto-foto-an. Kalo di inget-inget sekarang kog memalukan ya.... hehee.. ya Maklum lah, di Jakarta kan ga ada. Padahal di Singapore sendiri MRT sudah ada sejak tahun 1987. Tahun 1987, saya masih baru masuk SD dan kalo ke sekolah naik bajaj, di Singapore udah kenal MRT. 

Berarti kalo ngomongin soal MRT, hingga saat ini Indonesia udah ketinggalan 24 tahun dari Singapore. Padahal kita merdeka 20 tahun lebih dulu daripada Singapore. Bukan cuman Singapore, tetangga-tetangga kita yang lain seperti Filipina, Malaysia dan Thailand punya sistem transportasi massa yang cepat sebagai alternatif menghadapi kemacetan, jenis MRT maupun jenis BTS. Jangan-jangan malah sebentar lagi kita kalah sama Vietnam deh.

Baru-baru ini kita memang punya yang namanya Bus Transjakarta sih.... tapi kalo menurut saya masih jauh deh ke-efektifitas-an dibandingkan MRT atau BTS.

Minggu lalu ceritanya saya janjian kopdar sama Gajahpesing, Dahlia & Luxsman ke Jakarta fair 2011 (PRJ). Cerita seru nya bisa disimak di blognya Gajahpesing. Di salah satu stand pameran ada pameran MRT yang di prakarsai oleh (siapa lagi kalau bukan) si Bapak yang berkumis itu.

MRT jurusan Bundaran HI

Logo MRT
Mudah-mudahan ini bukan hanya untuk kepentingan kampanye semata supaya si Bapak kumisan itu terpilih lagi di periode berikutnya. Kabarnya pembangunan MRT ini, akan di danai dari pinjaman Jepang. Teknologi nya juga menggunakan teknologi Jepang. Tapi entah kapan bisa terlaksana, mudah-mudahan sih saya masih bisa menikmati nya.

Semoga saja proyek MRT ini ga bernasib sama seperti proyek monorail. Beberapa waktu lalu tiang-tiang nya sempat sudah dipasang tapi tertunda hingga bertahun-tahun dan dead-end sampai sekarang ini. Satu-satu nya tempat yang ada monorail di Indonesia ini kayaknya cuman di Taman Mini Indonesia Indah. Yah jangan sampai aja MRT di Jakarta cuman ada di Jakarta Fair (PRJ).

Pengunjung PRJ lagi menikmati rasanya naik MRT bo'ong-an

Jumat, 24 Juni 2011

Berburu Tarsius di Tangkoko

Masuk hutan demi Tarsius
Berburu disini maksudnya bukan untuk menyakiti, menculik, *apalagi* membunuh. Saya memburu Tarsius hanya karena ingin melihat hewan langka yang katanya hanya ada di Sulawesi. Sembari pulang kampung ke Manado, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi Tangkoko - hutan lindung, yang letaknya tidak jauh dari kota Bitung. 

Satu jam perjalanan dari Manado ke Bitung di tambah sekitar 25 kilometer lagi melalui medan yang lumayan "menantang", sampai deh di Tangkoko. Jalan menuju ke lokasi memang sempit, terjal dan tidak mulus, tapi masih bisa dilewati mobil tipe Avanza/Xenia. Kalau misalkan ga ada acara nyasar-nyasar, kira-kira 1,5 jam lah dari Bitung. Tapi kalau jalan sama saya, kayaknya wajib banget deh ada acara nyasar-nyasar nya. Ibaratnya kalau ga nyasar itu kayak makan sayur tanpa garam. 

Sampai di Tangkoko nge-pas banget waktunya, sekitar jam 5. Jadi ceritanya, hewan yang mau di buru itu adalah hewan nocturnal. Siang hari mereka bobo di sarang nya. Sore-sore saat matahari sudah mau terbenam baru mereka mulai keluar dari sarang untuk cari makanan. Jadiiiiii... kesempatan paling baik kalau mau lihat mereka ya pas waktu keluar sarang itu, soalnya kalau sudah kemaleman Tarsius nya keburu berkeliaran dan lebih susah lagi dicari. Apalagi tubuhnya kecil banget dan lincah lompat-lompat di atas pohon.

Sebenarnya hutan di Tangkoko ini, selain habitat nya Tarsius juga merupakan habitatnya Macaque (monyet hitam besar yang rambutnya spike gaul), babi hutan, babi rusa dan 180 spesies burung. Burung yang paling ngetop disini adalah burung Maleo dan burung Rangkong. Sayangnya jam 5 sore, burung-burung dan monyet hitam itu dah pada tidur. hiks!

Setelah melewati jembatan kayu yang mengerikan dan jalan tanah menembus hutan belukar, mobil yang mengantar saya sampai juga dipintu gerbang hutan. Bayar entrance fee Rp. 72,000 per turis domestik, itu sudah include guide yang mengantar dan jagain kita. Satu guide untuk 2 orang. jadi kalau ber-enam ya guide nya 3.

 
Karena mengejar waktu, guide yang nganterin jalan ngepot-ngepot... ya terpaksa deh ngikutin. Jalannya menanjak dan sudah mulai gelap, kalau ga hati-hati bisa kesandung akar pohon atau ular....hiiiiii..... Akhirnya sampai juga di depan pohon beringin yang kata guide-nya adalah salah satu sarang Tarsius yang ada di Tangkoko. Untung Tarsius nya belum keluar. Jadi kita nunggu di depan pohon nya sambil istirahat ngatur napas.

Tarsius baru keluar dari sarang nya
Tarsius Spectrum adalah hewan mamalia terkecil, ukurannya hanya sebesar telapak tangan orang dewasa. Anatomi tubuhnya hampir mirip sama monyet, matanya unyuuuuuuu..... bulat dan besar hampir mirip seperti burung hantu, tapi kalau dari jauh hampir mirip sama koala. Yang jenis Spectrum begini cuman ada di Sulawesi. Tarsius jenis lain, yang biasa kita kenal dengan nama Kukang, terdapat di Sumatera dan Kalimantan.

Si unyu ini tinggal di dalam rongga pohon beringin. Makanannya serangga. Badannya kecil tapi ekornya panjang banget, bisa 2 kali panjang badannya. Dan muka nya ngegemesin bangeeeetttt..... Kepalanya bisa muter 180 derajat tapi ga bikin ngeri, malah makin ngegemesin. Mereka adalah spesies langka yang terkenal sangat setia sama pasangannya. Jadi sepasang Tarsius jantan & betina akan bersama terus hingga akhir hidup mereka. Co cwiiiiiit kaaaan.......Seekor Tarsius betina hanya bisa melahirkan satu anak dalam waktu setahun. 

Si unyu yang setia

                            Matanya......... unyuuuuuuuuu..
Somehow, saya merasa beruntung Papa Said kampung nya di Sulawesi jadi saya bisa ikutan pulang kampung hehee.... 

Pulau yang bentuknya mirip huruf K itu ternyata terletak di garis Wallace yang memisahkan jenis satwa Asia dan jenis satwa Australia. Ada di perbatasan malah membuat jenis hewan di sini unik-unik. Gajah dan Harimau yang merupakan hewan jenis Asia tidak ada di sini. Koala dan kangguru yang jenis Australia juga tidak ada disini. Malahan adanya hewan aneh yang tidak terdapat di mana-mana. Pulau ini juga katanya termasuk terisolasi, jadi jangan heran kalau misalkan si Tarsius Spectrum hanya ada di pulau ini, soalnya dia ga bisa migrasi ke pulau lain. Sama halnya dengan Anoa yang juga hanya ada di Sulawesi.

Kalau ga punya jiwa petualang seperti saya dan pengen lihat Tarsius Spectrum, di Bitung ada kebun binatang yang punya hewan ini.

Bagi yang punya jiwa petualang tapi ga pengen nyasar-nyasar kayak saya, bisa ikut Tur Tangkoko di travel-travel lokal. Soalnya jalan menuju lokasi nya agak ribet dan minim penunjuk jalan, jadi daripada kelamaan nyari-nyari jalan meningan ikut tur aja. Kecuali kalau perginya memang sama orang lokal yang tau. Sayangnya sodara-sodara saya yang orang lokal sana belum pernah kesana, jadi saya tetep aja nyasar-nyasar.

Di lobby hotel swiss-belhotel Maleosan, ada travel yang menyediakan Tur di Manado, Minahasa dan sekitarnya. Biasanya mereka juga menyediakan paket diving & snorkeling. Kalau cari di Google juga sekarang sudah banyak kog travel lokal di manado, beda banget kayak waktu saya ke Manado 2 tahun yang lalu. Sekarang banyak banget turis asing berkeliaran.

Tidak jauh dari lokasi Tarsius itu juga ada pantai nya. Konon menurut guide nya, kalau malam di pantai nya itu banyak kunang-kunang yang cantik. Sayangnya saya tidak sempat mampir ke pantainya karena takut kemaleman kembali ke Manado. Tapi kalau punya waktu banyak sih ga perlu takut kemaleman,  karena tidak jauh dari pintu masuk ke hutan Tangkoko banyak terdapat Homestay untuk penginapan. Bahkan ada Resort bagus juga.


Senin, 20 Juni 2011

Edisi Bikin Ngiler


Makanan Thailand mungkin termasuk makanan internasional yang populer di Indonesia - selain makanan Chinesse, American fastfood, Jepang dan Itali. Sayangnya lidah saya ini kurang nyambung sama sup Tom Yum  Kung dan Pad Thai khas negeri gajah putih tersebut. Dengan kata lain, saya udah pernah cicipin dan ga doyan ama kedua menu andalan neger Siam itu.

Di Bangkok saya sempat khawatir juga masalah makanan. Apalagi di sana mayoritas kan makanannya daging ga halal itu (yang "katanya" sih enak), jadi ga bisa makan sembarangan. Salah satu alternatif ya makan di resto vegetarian kayak waktu ke China. Eeeergh... nyebut kata "vegetarian" aja saya masih eneg akibat waktu ke China makan sayur mulu.

Dari buku panduan "Bangkok Encounter" keluaran Lonely Planet yang saya beli ada alamat beberapa rumah makan muslim, dan saya sempat cobain 2 dari sekian rumah makan yang di rekomendasi-in itu:

1. Roti-Mataba. Rumah makan yang menyediakan menu Southern Thai-muslim ini terletak tidak jauh dari kawasan backpacker Khao San Road. Letaknya di Th Phra Athit nomor.136. Warungnya itu tempatnya agak nyempil deket tikungan, pas di depan Phra Sumen Fort (semacam monumen gitu). Makanannya mirip makanan India, kayak semacam roti canai dan kari-kari-an. Di bagian depan warungnya kita bisa liat adonan roti canai itu di olah hingga matang. Selain di makan sama kari, roti itu juga bisa di makan sama keju, coklat, pisang, dan selai. Enaaaaaakkk.... saya aja sampe nambah dua porsi hehee....

Yang anehnya lagi, minumnya saya pesen Ice Tea. Yang keluar malah Thai Ice Tea, ternyata disana itu kalo pesen es teh yang keluar otomatis ya Thai Ice Tea yang pake susu. Karena malas berdebat pake bahasa ajaib akhirnya saya terpaksa tenggak tuh minuman. Biasanya saya tuh paling ga doyan sama Thai Ice Tea, entah kenapa kog yang itu enak banget. Ga berasa eneg sama sekali. Bener-bener enak dan segaaaarrr.....

Roti & Mutton Curry + Thai Ice Tea *slurp*
2. Home Cuisine Islamic Restaurant. Resto ini adanya di daerah Silom yang ternyata daerah muslim, soalnya di daerah ini ada mesjidnya. Alamatnya: 196-198 Soi 36, Th Charoen Krung. Disini jualnya makanan Thailand yang model Pad Thai, Tom Yum Kung dan makanan lain yang stir-fried gitu. Karena saya ga doyan makanan thai yang asem-asem aneh gitu saya pesen daging sapi di stir-fried sama sayuran.



Jajanan disepanjang jalan di Bangkok juga banyak banget dan wanginya itu loh.... bikin cacing di perut berontak. Tapi ya itu hambatannya, ga bisa sembarangan jajan karena ga  tau bahan dasar makanannya itu terbuat dari apa.

Ada gorengan semacam baso gitu yang biasa di jual di gerobak-gerobak pinggir jalan. Saya penasaran banget pengen nyicipin, tapi ragu karena ga tau itu daging apa. Eh... kebetulan waktu saya keluar dari Home Cuisine Islamic Restaurant saya nemu gerobak yang jual gorengan ini dan ibu yang jualnya pake jilbab. Langsung aja saya beli dan ternyata enaaaaaaakkkk..... makan baso goreng nya pake saos yang pedes gitu...enak banget deh pokoknya. 

Baso goreng pake saos pedes yang enak nya dewa banget

Di depan Wat Pho saya sempet jajan es kelapa muda. Nikmat banget deh minum es kelapa muda langsung dari batoknya saat lagi panas terik. Ngomong-ngomong soal batok kelapa, di pasar Chatucak saya juga jajan es krim yang rasanya kayak es puter, di sajikan di batok kelapa yang kecil trus toppingnya irisan kelapa muda yang lembut banget dan taburan kacang. Omigooooooddd..... enaaaaak bangeeeeettttt...... Ibu-ibu bule disebelah saya sampe nambah. 
Es Kelapa Muda di depan Wat Pho

Es Puter ala Thailand
Jajanan lain yang selalu bikin saya ngiler adalah jajanan di gerobak yang jual seafood kayak udang & cumi. Seafood nya langsung di bakar saat itu juga jadi  baunya kemana-mana menggoda iman. Di Chaktucak saya jajan udang bakar yang masih fresh. Udang hidup nya juga dipajang di situ. Gimana ga bikin saya tambah ngiler coba. Langsung aja saya beli satu porsi, dan ternyata udangnya dibakar tanpa dikasih  bumbu dan rasanya manis alami..... sedaaaaapppp.....

Udang penggoda iman

Waktu jalan-jalan malem-malem di Siam juga iman saya tergoda sama gerobak yang jualan cumi bakar. Saya nunggu cumi pesenan saya di bakar sambil ngences-ngences. Cumi nya di masukin plastik dan dikasih saos yang kayak kecap tapi lebih encer dan pedes...... nyaaaaaaammmm...

Cumi bikin ngences
Yang bikin saya lebih menikmati makanannya adalah karena harganya termasuk murah meriah, semua udah saya tulis di rincian biaya 3 hari di Bangkok. Coba aja cek lagi kalo ga percaya heheee.... Gara-gara nulis postingan ini & liat foto-fotonya saya jadi lapeeeeerrrr.... *ngais-ngais tanah*

Oh iya, klo sempet mampir donk ke posterous saya yang isinya makanan semua di:

Selasa, 14 Juni 2011

Melaka; The Gate


Melaka merupakan pintu gerbang masuknya VOC ke Indonesia. Belanda sempat menguasai Melaka sebelum menguasai Indonesia, mereka bahkan membangun landmark yang saat ini menjadi salah satu objek pariwisata bersejarah di melaka yaitu, Stadthuys. Tapi sebenarnya Belanda ga begitu napsu ama Melaka, tujuan utama mereka saat itu emang pulau Jawa soalnya mereka ngiler sama rempah-rempah dan segala macemnya itu lah.

Itulah kenapa saya merasa penting banget untuk bisa menjejakan kaki di kota yang masuk ke dalam salah satu UNESCO World Heritage list sebagai salah satu historic cities of Malacca Strait. Kota satu nya lagi adalah George Town, yang Insyaallah akan saya jejaki di bulan Oktober *amin* 

Sebelum berangkat ke Melaka, saya sudah melakukan riset seoptimal mungkin. Malahan saya sempat print peta Melaka dari internet. Hasil print peta itu dibawa dari Jakarta, tapi ketinggalan di Singapore *doh*


Pemandangan kota Melaka dari atas

Setidaknya ketika browsing-browsing cara menuju Melaka dari Singapore, saya menemukan beberapa cara. Salah satunya naik Bus Express Singapore-Malacca. Selain itu bisa juga naik bus 707 tujuan Singapore - Johor Bahru dari Queen Street bus terminal. Terus ganti naik Bus jurusan Johot Bahru - Melaka di  Terminal Bus Larkin. Naik taksi juga bisa, ada taksi khusus yang bisa lewat perbatasan Singapore - Malaysia, tapi harga nya sudah pasti muahal.

Sebenarnya kita sudah mengantisipasi kepadatan transportasi Singapore-Malaysia ketika weekend. Tapi ga kepikiran kalau ternyata cari tiket bus yang lewat perbatasan negara ini juga susah banget. Kehabisan tiket bus express jurusan Melaka - Singapore, akhirnya kita memutuskan untuk cari bus Melaka-Johor Bahru, terus sambung bus no 707 di Terminal bus Larkin menuju Singapore. 

Celakanya, tiket bus Melaka-Johor Bahru sudah sold out juga untuk waktu keberangkatan Pukul 5 dan seterusnya. Jadwal keberangkatan paling sore yang tersisa hanya yang untuk Pukul 4, sedangkan waktu itu sudah jam setengah 2 siang. 

Akhirnya kita beli juga tiket bus Melaka-Johor Bahru jam 4, yang artinya........ kita hanya punya waktu sekitar 2 jam untuk keliling di kota Melaka.

Kita bergegas menuju loket taksi. Di depan loket, saya agak bingung mau kemana, karena peta yang sudah di print ketinggalan.... hiks! Otak saya pun berputar... kalau saya cuman punya waktu 2 jam di Melaka, tempat mana kah yang saya bener-bener pengen datengin?


Stadthuys!

...... dan pergilah kita naik taksi.

Jumat, 10 Juni 2011

Merlion Hotel

Meski lunglai lemah lesu macam orang kurang darah karena terancam bakal terdampar di Melaka & ga bisa pulang ke tanah air, ketiga alay tetap berusaha berpikir positif dan optimis. Untungnya kita asli orang Indonesia, yang walopun kena musibah kayak apa pun masih tetap menemukan sisi positif. Misalkan, ada org kecelakaan mobil sampe ringsek... "untungnya ada asuransi." Ada orang jatoh dari atas patung pancoran, tulangnya patah-patah..... "untungnya masih hidup". Ada rumah kebanjiran.... "untungnya cuman sampe sedengkul".Dst...dst....

Waktu kita ke Merlion dan ternyata ditutup triplek merah itu juga sebenarnya "blessing in disguise". Awalnya kita panik karena terancam ga bisa foto di depan patung ikan kepala singa yang jadi lambang Negara Singapura itu. Tapi setelah agak mendekat baru kelihatan ada antrian di samping kotak merah yang nutupin Patung Merlion itu. Kita langsung memutuskan untuk ikut ngantri walopun sebenarnya  belom tau itu antrian apa. Bisa aja antri minta tanda tangan artis, ato antri bagi2 duit ato antri sembako ato antri nyebur ke laut. Pokoknya kita mah ikut antri aja lah dulu. 

Antrian itu ternyata antrian untuk masuk ke Merlion Hotel. Jadi ceritanya ada seniman Jepang yang bernama Tatzu Nishi yang punya ide untuk masukin si Patung Merlion segede gaban ini ke dalem kamar hotel. Dia kerjasama dengan Fullerton Hotel yang terletak di depan situ. Dari mulai pukul 10 siang hingga pukul 7 sore ruangan ini dibuka bebas untuk pengunjung. Setelah antri, setiap 10 orang di bolehkan masuk selama sekitar 5 menit-an gitu.

Pintu masuk Merlion Hotel

Pemandangan dari dalam kamar
Malamnya, kamar ini di sewakan layaknya seperti kamar hotel gitu. Tapi menurut info sih udah di booking jauh-jauh hari dan sudah full sepanjang acara ini digelar. Ternyata banyak juga orang yang pengen tidur bareng Merlion. Apa ga serem ya, pas bangun tidur trus ngeliat ada kepala singa guede banget di depan mata... -_-"

Memang sih kita ga bisa foto di depan Patung Merlion dengan gaya "wajibnya", pas mulutnya lagi ngucurin air mancur gitu. Untungnyaaaaa...  it was much much better. Kita bahkan bisa foto bareng merlion dari deket banget, I can even touch it! Kesempatan langkaaaaa kaaaaaannn???? *bangga*

Foto di depan Merlion

Colek dikit aaaaahhhh......

Tapi kalo untuk menghabiskan malam tidur di dalem situ bareng si Merlion, no thanks deh... saya pikir-pikir dulu. Mana bisa tidur nyenyak juga, pas bobo diliatin dari belakang kasur. Trus udah gitu saya masih bingung sama kamar mandinya. Itu buangannya kemana yak? secara bangunannya itu bangunan sementara, yang berdiri diatas laut dan disangga pake kaki-kaki besi. Bayangan saya kog tu toiletnya jadi kayak jamban di kampung yang dibawahnya ada empang.

Anyway,,,,, pengalaman sama Patung Merlion ini yang kembali membangkitkan semangat ketiga alay. Keteledoran kita dengan tidak mempertimbangkan padatnya traffic antara malaysia-singapore di saat weekend telah membawa kita ke dalam kondisi mengenaskan *lebay*.

UNTUNGNYA..... sebelom pergi ke  Melaka kita sudah bikin alternatif plan. Buat cadangan kalo Plan A tidak berjalan mulus.... heheeee......... Mau tau?

Jumat, 03 Juni 2011

Malacca Singapore Express

Seperti yang telah saya sempat singgung di awal postingan petualangan 3 alay, sehari sebelum kembali ke tanah air kita memutuskan untuk melakukan perjalanan nekad yang memacu adrenalin: singapore - malaka - singapore dalam sehari.

Karena keterbatasan waktu maka perjalanan sehari ini harus di rencanakan dengan teliti dan detail. Dari hasil penelusuran di internet, dari Singapore ke Malacca bisa menggunakan Bus dengan waktu tempuh 4-5 jam tergantung antrian di imigrasi nya. Ada beberapa perusahaan bus yang menawarkan jurusan ke Malaka, diantaranya Transnasional, Delima Express, Malacca Singapore Express dan masih ada beberapa perusahaan lainnya. Ada dua terminal bus (setahu saya) yang melayani jurusan Singapore-Malacca, dari Terminal Bus Lavender dan Golden Mile Complex.

Kita memutuskan untuk naik dari Terminal Bus Lavender, karena disini waktu keberangkatannya tiap jam mulai dari jam 8 pagi. Kalau yang di Golden Mile Complex tidak tiap jam berangkatnya, bus-busnya juga lebih mewah jadi harga lebih mahal. Kelebihannya kalau bus-bus yang berangkat dari Golden Mile, tiket nya bisa di beli online.

Malam sebelum keberangkatan ke Malaka - setelah pulang dari USS - kita melakukan survey letak tempat Terminal Bus Lavender. Oh iya... ini beda loh.. terminal bus Lavender, bukan Station MRT Lavender tempat kita turun  dan mondar-mandir ga jelas pertama kali waktu baru sampe di Singapore. Survey ini dalam rangka mengantisipasi, jangan sampe kita nyasar-nyasar ga jelas di pagi hari nya gegara nyari-nyari terminal bus nya dan ga kedapetan tiket paling pagi. Terminal nya ga jauh dari hotel kita di  Little India, kalau jalan kaki cepet ga sampe 10 menit.

Keesokan hari nya kita bangun subuh-subuh dan mulai jalan jam 6.30. Jam 7 kurang kita sudah tiba di tempat tujuan dan langsung beli tiket untuk bus Malacca Singapore Express jam 8 Pagi seharga $20 (dollar singapore)

Terminal Bus Lavender

Tiket Bus Malacca-Singapore Express $20

Di dalam Bus
Kita adalah tiga orang pertama yang masuk ke Bus. Pak sopir nya yang langsung aware kalau kita mahluk asing langsung nyamperin kita bertiga, mempersilahkan kita masuk ke bus, mengambil ketiga tiket kita dan menunjuk masing-masing dari ketiga alay, "you number 6, you number 5, you number 4." Tapi pas kita masuk ke dalem bus, tiap nomor ternyata ada a,b,c nya... nah bingung deh jadinya kita di a atau b atau c.. Akhirnya setelah hesitate agak lama kita bertiga sepakat bahwa kita ada di deret c yang bangkunya single.
Ga lama setelah kita masuk bus, penumpang lain pun mulai berdatangan. Tiba-tiba, si Joko yang duduk di nomor 6 di suruh pindah sama penumpang lain karena tiketnya dia nomor 6c. Si Joko pun turun berusaha mendapatkan tiketnya yang diambil pak supir bus untuk liat tempat duduk nya. Setelah terlihat berbincang dengan Pak sopir, Joko pun masuk kembali ke bus dengan lunglai. Saya pun tanya, " 6 mana kata Pak supirnya?".

"Any 6", kata si Joko meniru jawaban sopirnya.

Saya pun turun mencoba bicara dengan Pak supir nya yang ternyata langsung ramah abezzz setelah saya ajak ngomong bahasa Indonesia yang mirip-mirip melayu. Tapi tetep aja saya ga dapetin tiket yang di pegang sama dia. Waktu saya ngotot minta potongan tiket untuk bukti nanti setelah turun di imigrasi mau naik kembali ke bus, dia bilang ga perlu khawatir. Yauwdah, saya pun kembali ke dalam bus dengan tangan kosong tapi penuh perasaan ragu.

Ternyata keraguan saya tidak terbukti. Pak sopir itu, surprisingly, hafal sama semua penumpangnya. Di imigrasi dia nunggu di depan pintu keluar dan melambai-lambai memanggil semua penumpangnya. Begitu pula waktu kita berhenti untuk makan siang di rest area- nya Malaysia, Pak Sopir itu pun keliling mencari seluruh penumpangnya, dan dipanggilin satu-satu sampai komplit. jam 1 siang waktu setempat kita tiba di Melaka Sentral. Teminal bus sekaligus pusat perbelanjaan di Melaka.

Melaka Sentral

Kita pun segera menuju tempat beli tiket lagi untuk membeli tiket pulang ke singapore untuk jam 6 atau jam  7 malam. Pertama kita menuju loket Singapore Malacca express, ternyata tiket untuk hari itu ke Singapore sudah habis. Kita menuju loket Delima Express, untuk tujuan singapore juga sudah habis untuk hari itu. Kita pergi ke tiap loket yang menjual jurusan ke Singapore. 


Tapi tiket untuk hari itu ke Singapore sudah SOLD-OUT !

Ini bisa-bisa kita terdampar di Melaka, ga bisa pulang nih. Alternatif nginep semalem ke Malaka terus baru kembali ke Singapore besoknya pagi-pagi juga ga mungkin. Ga akan sempat ngejar pesawat kita yang berangkat jam 11, sementara barang-barang kita masih di tinggal di hotel di Singapore. 

Kami pun - tiga alay yang tetap imut di saat-saat tertekan, terkulai lemas dan berjalan tanpa arah di Melaka Sentral.........ratusan kilometer dari rumah.....

Sambungan nya bisa dilihat di SINI !
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...