Sabtu, 27 Februari 2016

Liburan ke Sydney Lagi Yuk

Sydney adalah kota ikonik yang terletak di New South Wales, Australia. Seperti kota-kota besar lainnya, Sydney dipenuhi dengan gedung-gedung pencakar langit dan kesibukan warganya yang disebut Sydneysiders. Kota Metropolitan ini memang merupakan pusat bisnis sekaligus kota terbesar di Australia. 

Walaupun khas dengan hiruk pikuk kota bisnis tapi jalan-jalan di kota ini cukup menyenangkan buat saya karena trotoarnya luas, bangunan-bangunannya yang terdiri dari arsitektur gaya klasik dan gaya urban saling berdampingan menarik untuk diamati, selain itu di Sydney juga terdapat beberapa dermaga atau Port yang cantik dan rapi.

Selama saya di Australia saya perhatikan ada yang keren dari orang-orang Ausie, mereka senang dengan kegiatan di alam terbuka. Jadi bukan pemandangan aneh kalau lagi jalan-jalan di sekitar Sydney ketemu orang olahraga lari, sepedaan ke kantor atau kampus, surfing atau berenang di pantai bareng anak-anak dan anjingnya, bahkan sekedar leyeh-leyeh di taman yang hijau. Udara disana bersih banget dan langitnya biru, beda bangetlah sama Jakarta yang kalau tarik nafas yang kehirup asap knalpot.

Untuk soal Fashion dan Shopping Sydney tidak kalah dengan kota metropolitan lain. Favorit saya mall yang terdapat di Queen Victoria Building karena tampak klasik, elegan dan mewah, seperti jalan-jalan di mall di tahun 1800-an. Ada lagi Pitt Street Mall, ini lebih merupakan komplek pertokoan dengan ruang terbuka di tengah dan outlet-oulet Brand High-End Fashion di pinggirnya.

Lebih asik lagi buat saya ketika di Sydney adalah main ke pasar dadakan yang cuma buka pas weekend di The Rocks Markets, banyak pernik-pernik lucu. Saya beli CD lagu aborigin remix disana waktu itu. Di sekitar The Rock juga banyak butik-butik yang jual kerajinan local Australia dan baju-baju. Disana ada brand UGG Australia yang jual sepatu, tas, jaket dari kulit domba Australia asli, saya beli oleh-oleh buat adik saya disitu. By the way, tau kan kalau Surfing Apparel merk Billabong dan Rip Curl asalnya juga dari Australia?


Mampir ke Paddy’s markets dan Paddington market adalah suatu keharusan, disana jual barang souvenir khas Australia seperti gantungan kunci, magnet, dll. Selain itu sempatin diri liat di section makanannya, lihat deh sayuran dan buah-buahan hasil produksi petani Australia yang warnanya cerah-cerah dan segar.

Di seberang Paddy’s market ada China Town, disitu pusat kuliner chinese food di Sydney. Kota ini merupakan melting pot dari macam-macam kebudayaan. Karena sejarahnya kota ini menjadi salah satu kota yang sangat multikultur  dengan banyaknya transmigran yang menetap disini. Kita bisa menikmati kuliner dari berbagai belahan dunia di Sydney seperti kuliner Itali, Jepang, Turki, Vietnam, India, Korea, Yunani , you name it. Semua ada di Sydney dengan rasa yang autentik.

Selama disana saya suka banget sama Fish and Chips, rasanya pengen balik kesana cuman buat makan Fish and Chips. Selain itu disana saya juga jadi keranjingan pie isi curry yang legit dan gurih. Kalau malam kita bisa berbaur dengan orang lokal nongkrong di Pub-pub Sydney yang ngehits sambil nonton stand up comedy atau nonton live band.


Naik kereta sebentar dari Sydney ke daerah yang bernama Katoomba, kita bisa menikmati alam pengunungan, The Blue Mountains. Saya pernah tulis tentang betapa asiknya naik Scenic World Blue Mountains di postingan yang dulu-dulu. Di pegunungan itu kita juga bisa lihat tiga batu kembar yang dinamakan The Three Sisters, air terjun, goa limestone, dan jalan-jalan di Leura Village yang suasananya seperti di film Little House in The Prairie.


Kalau mau cari petualangan di laut Australia yang biru dengan pantainya yang bersih dan berpasir lembut, pergi deh ke Port Stephens. Disana bisa coba water sports, sand boarding daaaaaannn lihat Lumba-Lumba. Yaaaayyyy… Udah pada tau kan saya cinta bangeett sama lumba-lumba?


Sydney juga menyelanggarakan event-event keren seperti misalnya Vivid Sydney yang merupakan event tahunan terbesar dan termegah di Sydney. Ketika berkunjung ke Sydney, event ini adalah salah satu yang tidak boleh dilewatkan. Event ini akan berlangsung dari tanggal 27 May hingga 18 Juni 2016. Disitu kita bisa menyaksikan kota Sydney makin cantik dengan hiasan cahaya-cahaya berwarna-warni kayak di wonderland. Gratis gals.





Event lainnya The Sydney Royal Easter Show . Tiap tahun bisa ada 900,000 pengunjung yang datang ke event ini untuk merasakan serunya Rodeo, kompetisi main Polo, carnival, kembang api dan ketemu langsung sama hewan, kasih makan, belai-belai. Totalnya ada 14,000 hewan di acara ini, selain itu ada juga pameran kesenian dan kerajinan, 400 booth toko retail dan lebih dari 160 booth makanan.

Fiuh… seru banget yah? Jadi pengen ke Sydney yah?

Oke, selanjutnya silahkan booking tiket. Info Penting:

Fly Qantas with sale fares from Jakarta to Sydney. Sale ends 29 February 2016, unless sold out prior. Depart from 2 Mar to 31 May'16, 1 Aug to 19 Sep'16 and 17 Oct to 30 Nov'16. Book now at qantas.com or visit your local travel agent.

Info lebih lanjut tentang Sydney bisa langsung ke website resminya: www.sydney.com

Jumat, 19 Februari 2016

Tea Walk

"Coba, berapa luas hutan yang dikorbankan untuk bikin kebun teh begini sama Belanda jaman dulu?" tanya saya ke Rio ketika kami tiba di kebun teh daerah puncak sore itu. Entah kenapa itu pikiran pertama yang melintas di otak saya ketika melihat hamparan pohon teh.

Kabut sore mulai menggelayut sehingga membuat pohon-pohon pinus yang tak jauh dari tempat kami berdiri tampak seperti siluet. Ide aneh jalan-jalan ke kebun teh berawal dari hari sebelumnya ketika saya, tince dan nico menyambut kedatangan Rio yang sedang berlibur di Jakarta. Terakhir kali saya ketemu Rio waktu Mendadak Bali Part 1 tahun 2015, awal tahun 2016 kami ketemu lagi di ibukota. 

Rio tertawa mendengar pertanyaan saya, "yang disuruh kerja paksa orang kita lagi ya. memang brengsek belanda jaman dulu hahaha."

"Terus," tiba-tiba muncul lagi pikiran yang lebih horor yang bikin mata saya membelalak memikirkannya, "berapa banyak hewan-hewan yang tinggal di hutan yang punah gara-gara tempat tinggalnya dibikin kebun teh?"

Perkebunan Teh
Parahnya manusia juga gak akan bisa kenyang karena makan teh,  jadi sebenarnya bukan kebutuhan pokok. Jaman dulu teh itu adalah gaya hidup alias lifestyle. VOC menanam teh di Indonesia supaya tidak perlu ambil teh jauh-jauh ke Cina untuk dijual ke Eropa. Kemudian dengan menanam sendiri, tidak perlu beli mahal-mahal dari Cina, cost lebih murah, margin lebih tinggi. Bener kata Rio, brengsek memang tuh belanda jaman dulu. 

Orang Eropa baru ngerti minum teh di abad ke-17. Karena sumbernya jauh dan mengambilnya berisiko, harga teh jadi sangat mahal. Tidak sembarangan orang bisa beli teh, maka minuman ini dianggap sebagai minuman berkelas para bangsawan. Disajikannya di cangkir-cangkir mahal yang imut supaya minumnya  gak banyak-banyak (mungkin). Sementara di Cina sendiri budaya minum teh sudah ada sejak jaman sebelum masehi (BC). Saya ingat waktu ke shanghai beberapa tahun lalu banyak orang yang jalan kaki menenteng botol minuman yang isinya teh seperti masyarakat ibukota di daerah perkantoran pagi-pagi menenteng gelas Starbuck.

Perusahaan dagang milik Belanda (VOC) dan milik Inggris di abad 17 itu bersaing berat membawa komoditas teh ke pasar Eropa, ketika Belanda mulai bikin perkebunan teh di pulau Jawa, Inggris pun bikin kebun teh di India yang merupakan daerah koloninya. Sangking berharganya itu yang namanya teh. Di jaman itu siapa yang bakal mengira kalau beberapa abad kemudian di rumah makan sunda di indonesia minuman teh tawar itu bakal jadi compliment alias gratis. Dan biasanya di rumah makan jepang teh hijau adalah minuman yang harganya paling murah dan bisa di refill sampai kembung, walaupun jaman dulunya teh itu dianggap minuman berkhasiat yang cara minumnya saja dibuat ritual khusus.

Kalau mau nongkrong di cafe selama berjam-jam tapi hemat, ada tips dan trik dari kawan saya yang selalu memesan teh hangat. Alasannya adalah karena kalau pesan teh kita dapat satu tea bag, bisa minta tambah air panas berkali-kali untuk seduh tea bag itu dan gak bayar. Jadi kalau duduk di cafe 3 jam, saya sudah pesan 2 cangkir kopi dan satu air mineral yang kesemuanya musti bayar, kawan saya itu cuma  minta air panas berkali-kali - gratis, seduh aja terus sampai airnya bening, yang penting di atas  meja keliatan ada gelasnya.

Walaupun sudah bisnis impor teh ke eropa dari cina sejak abad 17, VOC baru mulai menanam teh di Jawa tahun 1800-an. Awalnya VOC beli benih teh dari Jepang untuk ditanam di Jawa. Kemudian VOC mengirim seorang ahli teh orang Belanda ke Cina. Dia dikirim untuk mempelajari secara diam-diam cara budidaya teh disana, kemudian berhasil menyeludupkan benih-benih teh dari sana berikut bawa orang Cina yang ahli menanam teh dan ahli mengolah teh. Baru setelah itu perkebunan teh berkemabng pesat di pulau Jawa hingga merambah ke pulau Sumatera. Ketika Indonesia merdeka, perkebunan teh milik VOC diambil alih oleh negara dibawah perusahaan bernama PTPN, PT Perkebunan Nusantara. 

Turis Kebun Teh
Setelah Tea Walk berkeliling kebun teh dan berusaha mendaki sampai puncaknya yang tertinggi (menurut keterangan sih 3000-an mdpl), saya dan Rio menikmati sore di kebun teh sembari ngopi di warung. Kopi sachetan yang diseduh air panas tidak mendidih. Di warung itu dijual macam-macam jenis teh: teh hitam, teh hijau dan teh putih (white tea), dari bungkusnya saya lihat yang dijual itu hasil produksi dari Jawa Tengah, bukan produksi kebun teh disitu. 

Kebun teh di puncak itu masih dipetik, dua minggu sekali, menurut informasi dari ibu penjaga warung. Dari atas bukit teh juga saya sempat lihat ada bangunan yang saya tebak seperti pabrik pengolahan teh, tapi saat itu tampak sepi. Di area perkebunan juga ada area glamping, glamour camping. Sudah ada tenda-tenda yang disiapkan disitu untuk disewakan.

Tidak lama kami duduk di warung, muncul beberapa orang turis arab. Ibu warung langsung mengambil dagangan macam-macam tehnya untuk diletakan di depan warung supaya dilihat turis arab.

"Mereka biasanya suka beli ini," kata ibu warung dengan logat sundanya yang khas.

Saya tidak tahu sejak kapan daerah puncak itu jadi destinasi untuk turis timur tengah. Pertama saya lihat banyak turis Arab di puncak sekitar 2 tahun lalu ketika saya iseng ke Puncak mau cari curug Cilember tapi nyasar dan berakhir di Taman Wisata berlogo Matahari Departemen Store. Ternyata kemarin pas lewat jalan raya puncak saya baru sadar kalau banyak sekali hotel-hotel dan rumah makan pakai huruf arab, bahkan ada salon yang keterangan di depannya berbahasa arab. Mungkin kalau di gurun lagi panas, mereka ngadem di daerah puncak. 

Mungkin suatu hari nanti saya akan kembali lagi ke kebun teh ini, bukan untuk Tea Walk lagi tapi Tea Run. 


Selasa, 09 Februari 2016

Kalicaa Villa Tanjung Lesung

Tanjung Lesung berlokasi di Provinsi Banten, ujung barat pulau Jawa. Dari Jakarta menempuh waktu sekitar 4 jam untuk tiba disana. Cocok untuk sekedar quick getaway di akhir pekan untuk mencari suasana beda. Di dalam kawasan Tanjung Lesung ada Tanjung Lesung Resort dan ada Kalicaa Villa. Kalau resortnya seperti resort di pinggir pantai pada umumnya, dengan kamar-kamar yang tersebar di antara taman-taman, ada kolam renang besar yang menghadap pantai dan ada lapangan untuk kegiatan outbond di belakang resort. Waktu saya kesana juga lagi ada kegiatan gathering perusahaan yang menggunakan fasilitas outbond.

Saya menginap di Kalicaa Villa yang terletak bersebelahan dengan Tanjung Lesung Resort. Kebetulan saya dapat lokasi villa yang tidak terlalu jauh dari pantai, terdiri dari dua kamar tidur, satu kamar mandi besar, satu kamar mandi kecil yang terletak di dalam kamar utama, ruang tivi, dapur dan kolam renang pribadi komplit dengan gazeebo. Ternyata tidak perlu jauh-jauh untuk bisa menikmati liburan a la Bali.

Kalau mau liburan di Villa ini, saya saranin bawa bekal persediaan makanan. Di dalam kawasan ada restorannya sih, tapi karena di villa ada dapur bisa sambil masak-masak. Perlengkapan masak seperti kompor, panci, pengorengan, bahkan piring-piring dan sendok lengkap disediakan. 

Jalan Setapak di sisi pantai

Villa tampak depan

Pintu masuk

Private Pool di dalam villa

Santai-santai di kolam sambil ngopi dan ngemil kentang goreng
Dari kompleks Kalicaa Villa menyusuri jalan setapak di pinggir pantai bisa sampai di Green Coral Beach Club, tempat snorkelling dan water sport lain di Tanjung Lesung. Kalau mau lebih jauh lagi jalan kaki, ke arah sebaliknya, kita bisa main-main di Pantai Bodur. Disarankan naik mobil sih karena jaraknya lumayan kalau jalan kaki, apalagi ketika saya kesana jalan menuju pantai Bodur sepi banget. Tidak perlu jauh-jauh dari villa kita juga bisa menikmati keindahan pantai berpasir putih dan bersih. Sore-sore bisa menyaksikan sunset di bangku-bangku yang telah disiapkan. 

Menunggu sunset

Menikmati kopi pagi hari di pantai




Senin, 01 Februari 2016

Lari di Kebun Raya Bogor

7 tahun lebih punya blog, baru belakangan ini saya merasakan ada pergeseran tema yang mengarah kepada pencarian jati diri. Awal-awalnya di blog ini saya cerita tentang pengalaman jalan-jalan yang absurd, kadang diselipi dengan pemikiran-pemikiran aneh sok filosofis yang suka mendadak muncul.

Tahun lalu postingan saya makin random karena frekuensi wara-wiri berkurang drastis. Saya malahan mulai menekuni hobi baru, bercocok tanam sayur-sayuran. Sementara itu kegiatan olah raga lari yang awalnya saya mulai lagi karena mulai merasa keberatan badan, makin intensif saya lakukan.

Tapi lumayan sih, kalau ada yang tanya akhir pekan saya kemana, jawabannya "gw sibuk banget, sabtu berkebun, minggu lari." Lumayan ngeles dari tatapan iba orang-orang kalau tau saya jomblo di akhir pekan. Yah sepertinya kalau saya pikir-pikir blog ini memang sudah bergeser temanya, dari blog travelling jadi blog jomblo yang menyibukan diri.

Untungnya saya gak sendiri jadi jomblo. Karena saya percaya dengan slogan : Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,  maka saya seringkali mengumpulkan jomblo-jomblo disekitar saya untuk bersatu menghadapi dunia yang penuh dengan manusia berpasang-pasangan ini. Banyak yang bilang kalau mau merubah dunia kita harus mulai dari yang paling dekat dengan kita, maka saya mengumpulkan orang-orang yang saya kenal, masih single, dan membentuk squad kayak Taylor Swift. Nah salah satu agenda kita ya Lari. Bisa lari supaya bugar, bisa lari dari kenyataan, bisa lari dari masa lalu - walaupun yang terakhir itu biasanya yang paling berat buat yang susah move on, tapi kita sering melakukannya bersama-sama.

Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Lari di Kebun Raya Bogor sendiri berawal dari ide spontan ketika salah satu klien bisnis membatalkan janji, kami memutuskan untuk melipir ke Kebun Raya Bogor untuk lari sore. Sebelumnya kami memang sudah browsing tempat lari lain karena sudah mulai bosan lari di senayan dan di taman tebet, mau cari suasana baru sekalian cari prospek gebetan baru. Kebetulan pas harinya ketika klien membatalkan janji itu, waktu itu saya bertiga dengan chacha dan nico memang bawa baju lari karena hari itu hari selasa, hari lari di Senayan. Yasudah sekalian saja kita ganti jadwal dan lokasi lari jadi di Kebun Raya Bogor.

Sampai di Bogor kami sempat makan siang dan menunggu sore di Lemongrass, cafe yang lagi hits. 

Saya sudah lupa kapan terakhir kali masuk Kebun Raya Bogor, mungkin waktu karyawisata SMP, atau bahkan SD. Jadi kami sempat mondar-mandir menyusuri Kebun Raya dari jalan raya untuk menemukan pintu masuk yang bisa untuk parkir mobil. 

Kami menemukan pintu masuk yang bisa dilalui mobil sore itu melalui pintu ke Grand Garden Resto dan Cafe yang terletak di dalam lokasi Kebun Raya. Kami tiba jam 4 lewat, ada loket tiket tapi kosong dan satpam menanyakan mau kemana. Ketika saya bilang mau ke cafe, satpam itu mengarahkan jalan.

Nico sudah tidak sabar mau lari dan ganti baju kantor dengan perlengkapan larinya. Tapi saya yang masih ragu dengan track-nya mengusulkan kita survei dulu, apalagi kelihatannya kami sudah kesorean dan di kebun raya mulai terlihat gelap. Kami pun sepakat untuk survei rute dulu, tanpa ganti baju olahraga. Waktu itu kami jalan keliling Kebun Raya yang kami pikir sangat luas, ternyata setelah dikelilingi jaraknya tidak sampai 5 km. 

Beberapa hari kemudian kami kembali lagi. Kali ini membawa satu orang lagi anggota bernama Grace. Kebetulan waktu itu saya sekalian ada janji ketemu sama Pagit dan Mba Efa, setelah makan baso seseupan yang endess saya melanjutkan agenda berikutnya, lari di Kebun Raya Bogor. Pagit dan Mba Efa tidak ikut. 

Saya, Nico, Chacha dan Grace tiba di gerbang Kebun Raya yang kita datangi pertama kali waktu itu jam 4 kurang 8 menit. Kami disambut satpam yang menginformasikan kalau kami mau masuk jam 4 kurang 8 menit itu harus bayar, tapi kalau masuk setelah jam 4 tidak bayar. Akhirnya kami keluar lagi dan putar balik sebentar di jalan raya, ketika kami kembali ke gerbang sudah jam 4 lewat.

Kami rela buang waktu 8 menit muter-muterin jalan tak tentu arah supaya bisa masuk gratis. Pasti yang baca pada  mikir selain jomblo, kami juga kere. Tapi yaaah.. hidup itu berat, bung.

Saat itu biji kapuk randu di Kebun Raya sedang merekah, jadi di halaman parkiran semacam ditutupi bercak-bercak salju yang putih. Kami langsung ganti pakaian olahraga dan lari mengitari kawasan Kebun Raya Bogor. Lari disana rasanya kayak lari di tengah hutan karena menyusuri naungan pohon-pohon besar. Ada satu bagian yang bernama Taman Mexico, tanamannya terdiri dari macam-macam kaktus, mengingatkan saya sama scene di film donald duck yang di gurun terus donald jatuh ke pohon kaktus dan langsung terbang melesat ke udara dengan bekas jarum-jarum kaktus masih menancap di pantatnya yang putih. Rasanya bikin saya lupa kalau saat itu saya ada di tengah-tengah kota yang dijalan raya nya angkot-angkot hijau penguasa jalan saling salip berebut penumpang. Rute larinya, ikuti saja jalan aspal yang biasa dilewati mobil. 

Rute lari di dalam Kebun Raya Bogor




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...