Jumat, 22 Februari 2013

Lalitasvistara, relief di Candi Borobudur

Rupadhatu adalah tingkatan kedua dari tiga tingkatan spiritualitas yang disimbolkan melalui bentuk Candi Borobudur, merupakan dunia yang sudah terlepas dari nafsu tetapi masih terikat dengan bentuk dan rupa. Dunia yang masih terikat dengan nafsu adalah tingkatan terendah, posisinya paling bawah di Candi Borobudur, dinamakan Kamadhatu. Posisi paling atas, tingkatan tertinggi dalam pencapaian spiritualisme adalah Arupadhatu, dimana dunia sudah tak terikat oleh nafsu, bentuk dan rupa.
 
Di Rupadhatu terdapat jalur Pradaksina, ritual untuk berjalan mengelilingi Candi searah jarum jam sebanyak 3 keliling. Di sisi-sisi lorong jalur Pradaksina terdapat panel-panel ukiran yang dipahat di dinding candi berupa kisah-kisah dalam kepercayaan Budha. 

Salah satunya adalah Lalitasvistara, kisah perjalanan hidup seorang pangeran bernama Siddartha Gauthama dalam menemukan pencerahan (enlightenment) hingga mencapai level spiritual yang sempurna dan menjadi Buddha. 

Sebelum kehidupan terakhirnya sebagai Pangeran, Siddartha telah melalui 500 kali reinkarnasi, dalam wujud manusia maupun dalam wujud hewan. Sebelum Pangeran Siddartha lahir, seorang Brahma sudah meramalkan bahwa pangeran ini kelak akan mencapai pencerahan sempurna dan menjadi Buddha. Ramalan itu merupakan hasil interpretasi mimpi ibunya tentang seekor gajah yang masuk ke dalam rahimnya.
 
Tak lama setelah pangeran lahir, ibunya meninggal dunia dan sejak itu ayahnya protektif sekali. Setelah dewasa Pangeran Siddartha di suruh menikah oleh ayahnya kemudian dibuatkan istana yang mewah dengan harta bergelimpangan. Semua itu dalam usaha ayahnya untuk membatalkan ramalan sang Brahma, mencegah agar putranya tidak pergi dari istana, menjadi seorang pertapa dalam jalannya menjadi Buddha.
 

 
Pada suatu hari sang pangeran bertemu dengan laki-laki tua. Hari yang lain pangeran bertemu dengan seorang yang sakit parah. Hari yang lain lagi pangeran bertemu dengan seorang yang meninggal dunia dan dikelilingi oleh keluarganya yang bersedih. Somehow, pemahaman muncul dalam dirinya bahwa siklus kehidupan selalu diakhiri dengan penderitaan, kematian dan kesedihan. 
 
Terakhir - di hari yang lain, pangeran bertemu dengan seorang biksu, melihat pancaran kedamaian dan ketenangan dibandingkan dengan 3 pria yang ditemuinya sebelumnya. Keesokan harinya Pangeran Siddartha minta ijin kepada ayahnya untuk pergi dari istana, menanggalkan baju mewahnya, memangkas rambutnya, menggunakan jubah berwarna oranye (seperti yang hingga kini masih digunakan oleh biksu-biksu Buddha) dan menjadi seorang pertapa dengan nama Sakyamuni. 

Dalam perjalanan menuju pencerahan nya itu Sakyamuni sempat nyaris mati kelaparan dalam pertapaannya dan macam-macam rintangan lain. Sakyamuni harus melawan kekuatan dewa Mara yang berusaha menghentikan usahanya mencapai pencerahan sempurna. Bahkan saat Sakyamuni sedang bertapa di bawah pohon Bodhi dan nyaris memahami jalan menuju kesempurnaan dari sisi spiritualisme, dewa Mara mengirimkan demons nya - gagal. Kemudian dikirimlah putrinya yang cantik untuk menggoda Sakyamuni - gagal. Bahkan ketika dewa Mara sendiri turun tangan untuk melawan Sakyamuni dalam pertapaan - gagal juga. Hingga akhirnya Sakyamuni resmi menjadi Buddha pertama yang mendapatkan pencerahan sempurna.


34 komentar:

  1. Tahu kisah dari relief candi borobudur memang lebih asik. Saya benar-benar menikmati perjalanan ke borobudur sewaktu tugas seni rupa kemarin. Berjam-jam ga kerasa muter-muter dengerin kisahnya. kalau dulu-dulu ke borobudur cuma numpang foto dan dapat panasnya doang..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaa asik yah.. itu kan ada bbrp cerita kan? yang aku tau lalitasvitara & yang Sudhana yang pergi ke India belajar ilmu Buddha.

      Hapus
  2. masya allaah. hebat banget tu pak samarattungga bikin ginian.
    bikin saya pengin bangun candi sekarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang bikin bukan sammaratungga, dia mah cuman mendanai. yang keren tuh arsiteknya, klo ga salah seinget aku sih Gunadharma itu. iya bukan sih? hihihiii

      Hapus
  3. aku suka maen k tmpt2 bersejarah dan selalu seneng mencari tahu kisah2 yg ada d tmpt2 itu... dan membaca tulisan ini, bikin aku seneng mampir k blog ceritanyamila :)

    BalasHapus
  4. kalo ke borobudur aku pernah Mil, tuh foto yg paling bawah tuh, aku pernah berdiri disitu.. hehe, kpn ya bs kesitu lg..
    :D

    @zachflazz: haha, bikin candi apa mas Zach? jgn2 ntar bentuk candinya sperti gitar ato drum, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu di paling atas dari Candi Borobudur, tingkatan Aruphadatu, selangkah menuju nirvana wkwkwkwk

      Hapus
  5. ternyata jalan hidup Siddartha Gauthama saat hendak menjadi Budha penuh lika-liku dan cobaan ya :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, termasuk 500 kali siklus samsara nya :p

      Hapus
  6. dan akhirnya sidarta nongkrong di foto paling bawah...
    *kapan bahas candi sukuh..?

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu sih si Darta. Aku blom pernah ke candi sukuh, dimana sih itu om?

      Hapus
  7. Seu yo mbak, bahas candi gini kan musti banyak tuh ceritanya. Apa gak bingungh y yang mahat dulu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. makanya kan bikin borobudur itu butuh watu puluhan tahun, soalnya banyak banget yang musti dipahat hehee

      Hapus
  8. Berarti.. aku masih Kamadathu ya? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. klo aku sih terikat hutang, mba.. itu apa ya namanya? hahahaa

      Hapus
  9. 2 bulan lalu, baru baca Lalita-nya Ayu Utami. Membahas hal yang sama, seru :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayu Utami bikin buku tentang Lalitasvistara? wah seru tuh. pinjem donk.

      Hapus
    2. siap! akan dibawakan pas kita berjumpa. Btw, kapan berjumpanya? :D

      Hapus
  10. Wahh... keren, bisa ceritakan tentang Lalitasvistara secara lengkatp.
    #angkatopitinggitinggi

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku pernah baca ini di suatu buku mba, tp in english jd kayak ceritain ulang dan mentranslate yang pernah aku baca aja heheheee

      Hapus
  11. Terakhir kali aku ke Borobudur tuh sudah lamaaaaaa... banget. sampai sudah lupa kapan tepatnya.
    Aku cuma males jalannya... jauh bener.... hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaa.. iya emang jauh. jgn siang2 aja kesana, panasnya bikin pengen pingsan :p

      Hapus
  12. sejarah!! aku suka membaca hal2 tentang sejarah apalagi tentang kerjaan gitu..

    berharap suatu saat bisa berkunjung ke Candi Borobudur, sampe detik ini hanya bisa liat gambarnya dan baca sejarahnya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin, semoga secepatnya bisa main ke borobudur ya hehehee

      Hapus
  13. Ternyata cerita relief itu begitu panjang ya. Btw, ada buku gak ya yang menceritakan ttg relief borobudur?

    BalasHapus
    Balasan
    1. banyak kog buku2 yang menceritakan tentang candi borobudurnya.

      Hapus
  14. emang kalo ke candi borobudur gak tau kisah ceritanya kayak terkesan percuma sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga tau ceritanya juga tetep bagus kog buat foto2 hehehee

      Hapus
  15. masih ada yg buang sampah sembarangan gak neng?
    terakhir ke sana, pengunjung masih aja buang sampah sembarangan. dan orang2 itu turis lokal ajah -________-

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku kesana pagi2 banget, mba. blom bnyk org jd ga sempet liat yang buang sampah sembarangan. klo liat mah aku jewer hahahaa

      Hapus
  16. eh iya, kita kopdaran di jakarta aja yukss... ajakin ocha de el el yah ;)

    BalasHapus
  17. Buset dah, kemarin waktu ke Borobudur pradaksina beneran Mil?? Mantap

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...