Kamis, 14 Maret 2013

Purwaceng Putri

Pertama-tama saya akan memperkenalkan dulu Purwaceng buat yang belum tahu benda ini. Purwaceng itu adalah serbuk herbal yang berasal dari tanaman, dipercaya dapat meningkatkan stamina apabila dikonsumsi. Bisa dicampur dengan kopi, susu maupun teh. Purwaceng ini adalah salah satu minuman khas dari dataran Dieng.

Nah sekarang yang mau saya posting disini sebenarnya fokusnya tidak ke minuman Purwaceng nya tapi lebih kepada perjuangan Trip Dieng saya bersama satu adik dan satu kawan bernama Tince yang benar-benar membutuhkan stamina yang kuat banget. Kalau si Purwaceng itu butuh endorser kayaknya kita bertiga mau mengajukan diri nih.

Perjalanan diawali dengan pertemuan kami bertiga di gerai kopi Starbuck di Stasiun Gambir, 3 lembar tiket kereta eksekutif menuju Semarang tergeletak di antara gelas-gelas kopi. Pukul 7.30 tepat kereta mulai beranjak dari Gambir tiba di Stasiun Tawang dini hari pukul 3. Kita memutuskan untuk menunggu sunrise di Dunkin Donut sebelum melanjutkan perjalanan panjang menuju Dataran Dieng.

Dieng adalah suatu dataran tinggi yang terletak di sebelah barat dua gunung kembar, Sindoro dan Sumbing. Sebagian dataran Dieng masuk ke kabupaten Wonosobo, sebagian lagi masuk kabupaten Banjarnegara. Dari Semarang kami berencana akan menembus Dieng di bagian Wonosobo nya. 

Matahari masih malu-malu muncul, langit belum sepenuhnya terang, kami bertiga berjalan keluar Stasiun Tawang yang berarsitektur klasik diiringi dentang jam besar yang semakin lama terdengar makin jauh sesuai dengan langkah kaki kita berjalan menjauh dari stasiun keluar gerbang. Pas di depan gerbang kita menunggu angkot jurusan Terminal Purboyo.

Di dalam angkot Tince ngobrol dengan ibu-ibu penjual makanan yang kebetulan searah dengan kita, mau ke terminal juga. Dari ibu yang  baik hati itulah kita mendapatkan tips-tips menuju Wonosobo, si ibu bilang kita jangan masuk ke dalam terminal bus nya karena kalau kita beli tiket di dalam harganya lebih mahal daripada kalau kita menghadang busnya di pertigaan sebelum pintu masuk terminal. Kita pun turun di tempat yang ditunjuk ibu itu dan ternyata memang banyak yang menunggu bus disitu.

Setelah satu  jam lebih menanti bus jurusan Wonosobo akhirnya muncul juga, sesuai dengan arahan ibu yang di angkot tadi, kita membayar tarif 20ribu rupiah. Sementara mba-mba di sebelah harus mengeluarkan kocek sebesar 30ribu karena membeli tiket di dalam terminal padahal tujuannya lebih dekat dari kita. *puk-puk mba-nya*

Perjalanan di dalam bus luar kota yang penuh desak-desakan dengan posisi memangku backpack selama 4 jam itu ternyata benar-benar kegiatan yang menguji kesabaran dan kekuatan tulang-tulang, rasanya Temanggung itu luasnya sepanjang pulau Jawa, lama banget ga sampe-sampe. 

Pengamen datang silih berganti, pantang menyerah menyempilkan gitarnya diantara desakan rapat penumpang yang berdiri berdesakan di selasar bus. Ada pengamen gondrong, bertatoo, muka preman, tapi nyanyinya lagu nasyid. Ada pengamen yang membawakan 3 lagu campur sari Didi Kempot yang membuat saya flashback ke masa muda saya di boyolali beberapa tahun lampau, kalua dliat2 sih orangnya mirip juga sama Didi Kempot. Tapi favorit saya adalah pengamen yang kreatif banget me-medley lagu-lagu iklan yang sebagian liriknya adalah:

"Aku anak sehat tubuhku kuat, karena ibuku selalu memberiku batere ABC."

kemudian lagunya ditutup dengan lirik:

"Sudah lama jadi pengamen tapi belum dapat istri."

*puk-puk mas pengamen*
 
Mana busnya sempat ada acara ganti ban lagi. Nah pas acara ganti ban itu kita bertiga pindah tempat duduk ke belakang karena bus sudah mulai sepi mendekati Wonosobo. Saya bertanya kepada kenek yang jaga pintu di belakang, "mas, nanti bus nya lewat pertigaan ke Dieng ndak?"

"Wonosobo?" tanya mas nya.

Saya mengangguk.

"yang di lampu merah itu?" tanya mas nya lagi

Saya kurang yakin juga sih karena petunjuk yang saya dapat cuman bilang pertigaan, gak bilang ada lampu merah atau tidak. "Yang ada angkot ke dieng nya."

Mas nya pun tersenyum, "iya, lewat. Mau muncak?" tanyanya lagi.

"Iya," jawab saya singkat.

"Ke Sindoro aja, lebih bagus," usul mas nya.

Saya hanya tersenyum.

Lewat terminal bus wonosobo saya menengok lagi ke mas keneknya, "Mas, pertigaannya belum lewat kan?"

Masnya hanya tersenyum manja sembari menggeleng. 

Tidak jauh dari terminal wonosobo mas nya memberi komando untuk kita siap-siap karena tempat kita turun sudah dekat. Kita pun turun di pertigaan yang ada lampu merahnya dan menyebrang jalan atas instruksi mas-masnya.

Di pertigaan itu ada pangkalan ojek, jadi saya meyakinkan diri dengan bertanya ke tukang ojek yang lagi duduk-duduk disitu, "Mas angkot ke dieng disini kan?"

"Iya mba, tunggu aja disitu, sebentar lagi lewat."

Angkot ke Dieng yang ada LCD tivi nya
Kita diantar angkot naik keatas gunung, menembus kabut tebal yang menggelayuti langit  semacam pesawat menembus awan sampai ke depan Rumah Makan Dieng yang terletak di seberang penginapan yang telah kita booking via telpon, Homestay Lotus. Jam sudah menunjukan pukul 12 siang lewat dan perut kita sudah keroncongan. Chacha dan Tince memesan soto sapi, sedangkan saya memesan sate sapi yang langsung dingin berlemak dalam waktu tak sampai 10 menit gara-gara udara dingin.

Setelah satu setengah hari penuh menjelajahi Dieng Plateu yang membutuhkan banyak aktifitas fisik di dera udara dingin, kita menempuh perjalanan kembali ke Jakarta via Jogjakarta. tadi kan pergi ke Diengnya via Semarang, pulangnya kita memilih rute berbeda via Jogja.

Kita memulai perjalanan pulang dengan pamit kepada ibu pemilik Homestay yang baik banget, kita naik angkot langsung dari depan Homestay ke pertigaan tempat kita naik angkot pertama ketika mau naik ke Dieng, 10 ribu per orang. Karena angkot itu tidak mengarah ke Terminal Wonosobo maka kita harus ganti angkot lagi dari pertigaan itu ke Terminal Wonosobo, 2000 per orang. Disitu kita menunggu Bus ke arah Magelang, tarifnya 10 ribu per orang.

Dari Wonosobo ke Jogja tidak ada bus langsung, jadi kita harus ambil jurusan ke Magelang kemudian ganti bus ke Jogja di terminal Magelang, bayar 8000 rupiah. Lama perjalanan dari Wonosobo ke Terminal Jombor Jogja, termasuk ganti bus di Terminal Magelang memakan waktu hampir sama dengan perjalanan Semarang - Wonosobo. Di Terminal Jombor Jogja, kita tinggal naik Bus TransJogja menuju Malioboro, dimana kita akan menginap semalam di daerah Sosrowijayan.

Keesokan pagi nya rangkaian terakhir dari perjalanan yang menguji stamina dan ketahanan mental adalah naik kereta api bisnis Fajar Utama Jogja menuju Jakarta dari Stasiun Tugu. Kira-kira begitulah rangkaian perjalanan yang saya, chacha dan tince tempuh di Trip pencarian innerpeace kita ke Dieng Plateu. Melelahkan memang, tapi sebanding dengan keindahan dan ketenangan jiwa yang kita dapat di sana.

ceritanya sok-sok niup bunga kayak di film2



Di kawah Sikidang

Rumpian di pinggir jurang


Sunrise di Bukit Sikunir

Pagi di kompleks candi arjuna


Leyeh-leyeh

Tim Purwaceng Putri

Dapet salam dari Purwaceng

55 komentar:

  1. Ah penipuan nih, ga ngebahas putwavengnya tp dijadiin judul, saya kalau mau beli purwaceng ke mas mila bisa kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi...
      rasain dipanggil mas.

      halo mas milaa, hihi

      Hapus
    2. Hmmmm.... Pelintir kumis

      Hapus
    3. halo... saya asli orang wonosobo, mau beli purwaceng? di sini aja www.diengherbal.com purwaceng putri ready.. semua ada..

      Hapus
  2. Masnya hanya tersenyum manja sembari menggeleng <<== yakin nih mas nya tersenyum manja? atau cuma perasaanmu saja?

    BalasHapus
  3. Purwaceng itu beneran di minum mbak? Nggak pahit ya?
    Suka foto yang ada sunrisenya, kayak di film-film, eh itu kenapa cuma mbak Mila aja yg nggak di close up pas foto tiup-tiupan ituuuuuh?
    *banyak nanya :p

    Ditunggu cerita di jogjanya mbak (/ >o<)/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya diminum campur sama kopi. Itu yg motoin aku pas niup bunga ga mo pd deket2 hiks.

      Hapus
  4. Asyik.... blog traveling...
    Follow ah.... :D

    BalasHapus
  5. "Mas, pertigaannya belum lewat kan?"

    Masnya hanya tersenyum manja sembari menggeleng.

    ====================

    sampai sekarang, saya masih membayangkan gimana senyum manjanya mas kenek itu... pasti aduhai ya???

    BalasHapus
  6. hahahaha... pembohongan publik nih.. masa purwaceng yang jadi epilog dijadiin judul.. hehehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaaa... Purwaceng nya itu menarik perhatian bgt ya mba

      Hapus
  7. gw kira lo sendiri bgt kesana.. kalo ramean gini sih ga serem ke puncak sikunirnya. hahaha.. btw, gw ga sempet fotoan di pinggir jurang kayak di foto lo? itu tepian telaga warna ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. gw di puncak sikunir pos 3, tempat org2 kemping lebih atas dari puncak sikunir yg tempat org liat sunrise. disitu ruame bgt, ga kliatan apa2 cuman kepala org doang

      ah rugi lo ga foto di jurang, ini manjatnya juga ekstrim banget hahahaa...

      Hapus
  8. Waduh,

    Sayang gua udah ngantor pas kalian berangkat... Foto foto nya nampaknya bagus yah... Damn, missing another moment

    BalasHapus
    Balasan
    1. lain kali lo ga boleh missing moment lagi cips hahaha.. tp sumpe deh pas lo telpon itu momen nya lagi ga pas bgt, posisi gw bener2 lg ketekuk2 ga jelas ketindihan tas bekpek gw sendiri dan terhimpit org2 lain dalam bus yg panas & sesek. hahahaa

      Hapus
  9. waaahhhh pas gw baca judulnya gw pikir lu mau cerita efek mabok purwaceng pada dua dayang lu sampai bisa lu ajak naik turun bus hehhehheh

    judul menipu hahhahhahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. gw ga nipu banget sih, kan ada foto purwacengnya bwahahahaa

      Hapus
  10. saya bakalan pantau terus pencarian inner peace-nya. keknya suatu saat bakalan nyampe kutub selatan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiiiiin hahahaa...
      lucu juga tuh nanti pencarian innerpeace nya bersama pinguin2 dan beruang kurub :p

      Hapus
  11. Balasan
    1. kan di paragraf pertama aja udah terungkap Mbak.

      Hapus
  12. jd agen purwaceng aja mill, laris maniss deh pasti di jakarta hahahhaa... btw, viewnya keren2 yaahh, duh udah lama bangettt gake dieng, trakir sd gitu.. *gubrakk*

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini malahan pertama kali aku ke dieng loh, udah segede gini hahahaa

      Hapus
  13. Si Mas Pengamen yang elo pukpuk bisa aja mengiklankan dirinya. Kocak.

    Deg-degan melihat kalian bertiga "unyek-unyekan" di pinggir tebing yang luasnya minimalis itu.

    -@p49it-

    BalasHapus
  14. menjelajah ke dieng..sambil naik angkot yang ada TV LCD-nya..asyik banget, apalagi beraksi meniup bunga seperti di film-film...dan saat capek mampir untuk menikmati purwaceng...luarbiasa :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. paling asik naik angkotnya yah hehehee

      Hapus
  15. woooootttt....gambir sudah ada Starbuck? serius? perasaan kemaren2 waktu kita jalan bareng belon ada deh..dimananya?

    Eh...keren deh pas foto di tebing itu... tapi sereeeeeemmmmm....dan ada yang salah ..masa pake syal tebel tapi kaos tangan pendek...hahhahahaha boongan ya dinginnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya emang baru tan, baru bulan lalu. posisinya di pojokan depan loket2 itu.

      itu dinginnya beneran, tapi kan ceritanya aku latihan tahan dingin buat nanti ke kanada *halah

      Hapus
  16. aku pernah liputan ini mbaa..purwaceng emang enak..hehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai kamuuh, ini aku ke dieng gara2 liputan mu hahahaaa

      Hapus
  17. Flashback ke masa muda.. laaaahhh.. sekarang juga bukannya masih muda, Mil? :)
    Pengen banget ke Dieng ih, blom kesampean.. cantik banget pemandangannya deh..
    Udah lama juga enggak lihat dandelion, euy.. :'(
    Btw katanya bertiga, yang motretin pas leyeh2 itu siapa? *enggak ngerti teknologi timer :p*

    BalasHapus
    Balasan
    1. ooooh itu bunganya namanya dandelion ya, bwahahahaaa baru tau.

      klo foto di jurang yg bertiga itu yang motoin guide nya :p

      Hapus
  18. Aaaah, jadi mupeng mau ke dieng.
    Suatu saat nanti ke sana ah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. musti mbaaa, dari jogja udah deket loh

      Hapus
  19. asyiknya jalan-jalan ya mbak. aku mampir nih mbak. salam kenal lagi :)

    BalasHapus
  20. sy pengen deh ngerasain ngerumpi di pinggir jurang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha... anti main stream kan mba :D

      Hapus
  21. Aku belum pernah ke Dieng... jadi pengen kesana...
    Semoga saja september nanti ada kesempatan ke dieng deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah September bagus tuh mba disana, katanya lagi cerah bulan2 itu.

      Hapus
  22. He he he persis seperti impian liburan favorit saya, banyak leyeh-leyehnya :). Asyik dan keren mil

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya namanya liburan mba, musti leyeh2 lah hahahaa

      Hapus
  23. judul purwaceng tapi ga dibahasnih, korupsiiiiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku bahas kog tuh di paragraf pertama, sedikit hahahaaa

      Hapus
  24. Wah, nice info mil. Pengen jalan ke Dieng dari dulu ga sempet.. Ini sudah dikasih petunjuk lengkap (plus tambah senyumnya si mas kondektur lagi), kebangetan kalau tahun ini masih gagal ke Dieng..

    BalasHapus
  25. setelah saya liat-liat fotonya bagus-bagus ni mba,,. keren,.,

    BalasHapus
  26. liburan z mba,.,.heheheh jadi kepengen,.,.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...