Jumat, 12 Desember 2014

Menanam Tomat

Hidup saya telah di domestikasi oleh tanaman Tomat.

Berawal dari keisengan ketika ke ACE Hardware, saya membeli sekotak starter kit untuk menanam tomat tanpa tendensi apa-apa. Murni cuma iseng aja, kalau tumbuh syukur, gak tumbuh juga ga apa-apa. 

26 April 2014 , walaupun belum saya sadari saat itu tapi momen tersebut adalah titik balik perubahan dalam hidup saya yang sebelumnya lebih banyak di luar rumah jadi malahan betah banget di rumah berkutat sama taneman-taneman. 

Momen tersebut mungkin mirip sama titik balik kehidupan Homo Sapiens era Jaman Batu yang nomaden ke era mereka mengenal Farming & Agriculture, mengenal caranya bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan pangannya dan mereka jadi harus menetap karena harus mengurus tanamannya. 

Saya pernah baca buku yang menyatakan bahwa spesies kita, Homo Sapien, mungkin mikirnya kita yang mendomestikasi gandum, padi, ayam dan sapi. Padahal kenyataannya bisa jadi sebaliknya. Manusia yang tadinya kehidupannya berpindah-pindah (nomaden) jadi harus menetap di satu tempat - menjadi domestik - untuk mengurus gandum, padi, ayam dan sapi. Sementara spesies gandum, padi, ayam dan sapi ikut menyebar ke seluruh belahan dunia dibantu oleh manusia yang menyebar mencari lahan baru untuk ditempati. Contoh nya padi yang awalnya di domestikasi di daerah Cina, bisa menyebar ke beberapa bagian dunia, termasuk di Indonesia.  

Nenek moyang tanaman tomat yang saya tanam ini asalnya jauh banget dari Amerika Tengah, tapi sekarang hampir di seluruh belahan dunia pasti ada aja yang menanam tomat.

Mengikuti instruksi di kertas nya saya menabur benih di atas media yang telah di basahi air dalam pot keramik, kesemuanya itu sudah satu set ada dalam starter kit. Dalam hitungan hari biji yang ditanam itu berkecambah, saya girang bukan kepalang. Maklum pengalaman baru. 

Kalau lagi dirumah, setiap jam bisa dua hingga tiga kali saya mengunjungi tanaman saya itu. Tentunya belum banyak perubahan. seminggu lebih baru muncul daun sejati dari kecambah tanaman tomat itu.

Minggu demi minggu berlalu, saya punya semacam log book yang mencatat perkembangan tanaman-tanaman saya setiap minggunya. Walaupun di bungkus starter kit tertera informasi kalau tomat yang saya tanam itu adalah tomat cherry jenis pendek, yang bisa di tanam di pot kecil, tapi entah kenapa tomat saya tetap menuntut wadah yang lebih besar. Saya sampai memindahkannya sebanyak 4 kali hingga mencapai ukuran pot besar. Pohon tomatnya pun tidak kecil imut-imut seperti gambar di bungkusnya, pohon tomat saya tumbuh tinggi dengan daun yang lebar-lebar sampai saya harus membuatkan kandang dari bambu untuk menyokong batang-batangnya. 

Setelah berminggu-minggu dalam wadah kecil pohon tomat saya seperti tidak mengalami perkembangan berarti. Salah satu pohon tomat saya sempat disusupi mahluk aneh jelek yang kata mama saya bernama anjing tanah - semacam kumbang berbadan keras dengan muka mengerikan dan bercapit, mereka memakan akar tanaman tomat saya hingga ludes sehingga daun-daunnya layu. 

Awalnya saya pikir pohon itu kepanasan, jadi saya pindah ke tempat teduh, ternyata makin layu. Ketika saya bongkar tiba-tiba mata saya menangkap pergerakan mahluk asing di dalam tanahnya, sama mama saya langsung di siram karbol potnya terus anjing tanah yang muncul di bejekin satu-satu pake sekop tangan. 

Pohon-pohon tomat lain yang selamat dari serangan anjing tanah kemudian saya pindahkan ke pot besar dan saya letakan di tempat yang lebih terkena matahari. Semenjak itu pertumbuhan pohonnya jadi cepat sekali, dan beberapa minggu kemudian saya melihat bunga kuning menyembul diantara daun-daunnya.


Waktu itu temperatur Jakarta Bekasi lagi panas-panasnya, kalau siang bisa mencapai 37 - 39 der celcius. Bunga-bunga kuning di pohon tomat saya mengering tanpa sempat berbuah. Yang saya bisa lakukan hanya memindahkannya kembali ke area di kebun saya yang terkena sinar matahari pagi tapi terlindung dari sinar matahari siang dan sore, kebetulan ada spot seperti itu di bawah pohon rambutan. Disitulah saya menancapkan kandang tomat dari bambu dan meletakkan pot-pot pohon tomat saya di dalamnya.

Keajaiban terjadi ketika saya pulang dari trip ke Lombok, ketika mengunjungi kandang tomat saya melihat ada satu pohon yang muncul buah sebesar kepalanya jarum pentul. Memang saat itu cuaca sudah mulai kondusif, hujan sudah mulai turun, malam hari sudah mulai sejuk dan siang tak sepanas sebelumnya. Pohon-pohon tomat saya tampak sangat segar, hijau dan bahagia. 

Tidak lama pohon tomat saya mengalami kebahagiaan, muncul pengganggu-pengganggu lagi. Lalat-lalat buah yang tiba-tiba jadi banyak di awal musim hujan  yang lembab. Lalat-lalat itu bertelur di daun-daun tomat saya. Telurnya kemudian menetas menjadi larva-larva yang memakan daun tomat dan menjadikannya kecoklatan dan layu. 

Can you see the tomatoes?

Baru kali ini dalam hidup, saya benar-benar menyaksikan bahwa satu kehidupan akan mengundang kehidupan-kehidupan lain. 

Mengikuti kemunculan lalat-lalat menyebalkan itu datanglah seekor laba-laba yang membuat jaring di atas kandang tomat saya seolah-olah menjaga dan melindunginya dari lalat. Yang nekad menerobos akan terekat di jaringnya. Semakin hari buah tomat saya yang tadinya hanya sebesar pentulnya jarum menjadi sebesar tomat cherry asli, laba-laba di kandang tomat saya pun tumbuh jadi besar sehingga saya bisa melihat jelas tubuhnya yang berwarna putih metalik garis-garis hitam.

Suatu hari minggu yang cerah ketika saya (seperti biasa) sedang mengamati pohon tomat, saya menyaksikan laba-laba itu keluar dari persembunyiannya dibawah salah satu daun tomat. Saat itu ada dua ekor lalat yang baru saja terjebak di jaringnya, masih bergerak-gerak berusaha melepaskan diri. Laba-laba itu dengan santai mendekati salah satu hasil tangkapannya, kemudian mengeluarkan semacam benang-benang halus dari badannya yang cepat sekali menyelimuti lalat yang sedang bergerak-gerak itu jadi kayak mumi. Rasanya seperti menonton acara perilaku hewan di NatGeo tapi secara live. Amazing banget.

Sayangnya satu ekor laba-laba tidak cukup melindungi pohon-pohon tomat saya dari sepasukan lalat yang menyebalkan dan menjijikan. Daun-daunnya masih saja diserang oleh larva-larva terkutuk itu.

Setelah menunggu hampir sebulan, buah tomat paling besar akhirnya bisa dipetik dan bisa dicicipi. Walaupun bentuknya kurang sempurna tapi rasanya itu adalah tomat paling enak yang pernah saya cicipi seumur hidup saya. Organik dan penuh kenangan.

Sweet, organic cherry tomato

20 komentar:

  1. Aku senang banget makan tomat segar.
    Rasanya gimana gitu :D

    BalasHapus
  2. Memang sangat menyenangkan jika memelihara, merawat, dan membesarkan sesuatu dengan kasih sayang. Trus, pohon tomatnya dikasih nama apa? :D

    BalasHapus
  3. wah wah.. akhirnya tumbuh dengan selamat tuh tomat walaupun ada lalat dan anjing tanah? baru dengar nama hewan ini. btw, dulu pas masih di aceh jg gw suka berkebun. sebelum pergi sekolah nyiram tanaman, pulangn sekolah nyiram lagi.. nanam cabe, tomat, bawang, dll. cabe gampang tumbuh mil.. cobain deh. pepaya jg :D

    BalasHapus
  4. seneng ya bisa nanem sampe berbuah. saya kalo nanem sesuatu biasanya cepet mati -_-

    BalasHapus
  5. wah, iya juga ya, jangan-jangan memang manusia yang didomestikkan oleh tanaman dan hewan. baru terpikir seperti itu sekarang.
    Ternyata berkebun asik juga, hmmm

    BalasHapus
  6. karena biasanya gw buang sisa potongan bawang atau tomat di kebun belakang dan bukan di tempat sampah, tiba2 kl summer jd banyak pohon tomat :))

    BalasHapus
  7. Say, pake pestisida alami supaya hama2nya pergi. Tetep organik kok

    BalasHapus
  8. hahaha, bener juga ya kita yang terdomestikasi. Bikin pengen nanem tomat lagi..

    BalasHapus
  9. emang bener, buah apapun itu, kalo kita sendiri yang tanam, di kebun sendiri... setiap hari menanti perkembangannya, hasilnya pasti paling uuuenak sedunia

    BalasHapus
  10. kalo aku emang krg cocok bercocok tanam.. mending beli aja deh.. :D

    BalasHapus
  11. saya suka makan tomat tapi engga suka menanam tomat hmm :(

    BalasHapus
  12. Ternyata gak mudah, ya. Aku juga jadi mau menanam tomat, hihihi :)

    BalasHapus
  13. Gak kebayang jika Mila beralih 'profesi' dari petualang ke petani hehehe....
    BTW aku malah belum pernah mencoba menanam tomat, gak telaten banget ngurus tanaman soalnya. #malu

    BalasHapus
  14. Prosesnya panjang yah Mil, kayaknya dulu Oma ku cuman lempar biji lgsg tumbuh2 aja..Tp emang sering dipakein kandang gitu sih, krn batangnya ga kuat. Duh.. Gw emang ga ada bakat dah tanam menanam gini :D hiihi.. Good job, Mil :D

    BalasHapus
  15. saya mau donk diajarin kak mila cara menanam tomat :D

    BalasHapus
  16. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. coba wadahnya dipindah ke tempat / pot yang lebih besar, di tanah yang di pot tsb dicampur dengan kompos. Terus di taruh di tempat yang kena sinar matahari langsung.

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...