Sekali-kali mari kita bahas soal sapi.
Sebelum manusia kenal sama yang namanya sapi, mereka cari
makan dengan cara berburu hewan liar dan mengumpulkan daun-daun, rumput-rumput,
buah-buah untuk dimakan. Hanya makan dan minum dari apa yang ada disekitar
mereka, kalau adanya gajah ya makan gajah, kalau adanya daun ya makan daun.
Seumur hidupnya mereka musti pindah-pindah, mengikuti kemana arah makanan
membawa mereka- hunters & gatherers.
Lalu kemudian ada kelompok hunters & gatherers yang
(kemungkinan secara gak sengaja) mulai menemukan caranya menanam sendiri
tanaman liar yang biasanya mereka makan. Jadi gak tergantung dari ketersediaan
alam, tapi mereka bisa membuat nya tersedia untuk mereka sendiri – disinilah manusia
mulai mengenal produksi. Proses mulai dari ketidak sengajaan itu hingga jadi
suatu sistem food production makan waktu berabad-abad, penuh trial & error.
Ribuan tahun juga waktu yang diperlukan manusia sampai bisa
beternak sapi kayak sekarang ini. Sapi yang setiap hari kita minum susunya,
makan dagingnya, kejunya, mentega, kerupuk kulitnya. Moyangnya sapi adalah hewan
liar yang namanya auroch, yang dulu habitatnya di eropa, asia, dan afrika
utara. Auroch yang sudah di domesticate (diternakin),yang kita sebut sapi,
awalnya mulai di ternak di southwest asia hingga menyebar ke eropa dan ke asia.
Sekarang Sapi menjadi salah satu hewan dengan populasi terbanyak yg tersebar di
seluruh dunia, sedangkan moyang nya mbah auroch sudah punah. Thanks to human.
Berternak sapi ini gak cuman menimbulkan tragedi buat mbah auroch, tapi juga tragedi buat manusia. Ketika virus penyakit dari sapi ternak
bermutasi menjadi virus yang membahayakan manusia. Jaman ketika ilmu kedokteran
belum secanggih sekarang, banyak terjadi lebih dari setengah populasi suatu kampung
di eropa meninggal karena diserang virus penyakit yang berasal dari hewan
ternaknya.
Ternak sapi ini udah lama banget dilakukan manusia, konon
menurut penelitian ahli 6000 tahun sebelum masehi di india sudah ada ternak
sapi, itu berarti sekitar 8000 tahun yang lalu. Di India sapi adalah hewan suci
yang dihormati. Tapi gak banyak sapi
yang beruntung bisa terlahir di india dan jadi kesayangan manusia, di tempat
lain sapi di ekploitasi habis-habisan.
Eksploitasi sapi dimulai dari ketika sapi itu lahir, bayi
sapi harus rela berbagi susu sama manusia. Ketika sapi mulai dewasa, dia mulai
disuruh narik gerobak, bawain barang-barang berat, jadi kendaraan buat manusia
juga. Bahkan ketika saya sudah kuliah dan lagi kerja praktek di daerah pedesaan
yang banyak sawahnya, saya baru tau kalau sapi dipakai manusia buat membajak
sawah juga. Saya pikir waktu itu ,membajak sawah kerjaannya kerbau, seperti
yang diajarkan di sekolah. Semasa hidupnya kotoran sapi juga berguna buat
manusia, dijadikan pupuk kandang.
Bukan cuman berguna buat manusia, sapi juga berguna buat
burung-burung yang makanin kutu di sapi, kalau yang masih inget pelajaran
simbiosis mutualisme.
Ketika sapi sudah cukup umur buat dipotong, atau sudah tua
dan tenaganya buat narik gerobak sudah berkurang, atau sudah tidak bisa
menghasilkan susu atau punya anak lagi, atau ketika majikannya sapi itu mau
bikin hajatan, dia akan di sembelih untuk dimakan.
Orang Indonesia sih
bener-bener kreatif dalam hal ini, semuanya bisa diolah dan dijadikan masakan
untuk dimakan mulai dari daging, jeroan, kikil (kaki sapi), tulang belakang
sampai buntut, bahkan sumsum dalam tulangnya aja berasa mubazir kalo gak
dimakan juga. Minggu lalu saya kopdar sama cipu, ocha, feli, baru tau kalau
diluar negeri orang-orang cuman makan daging sapi aja, sedangkan jeroannya itu
untuk makanan anjing. Kulitnya sapi bisa dibikin sepatu, dompet, jaket.
Sapi yang dipelihara petani mungkin mikir enak jadi sapi
potong yang lahir dipeternakan, gak perlu susah-susah narik gerobak atau bajak
sawah, kandangnya bagus dan bersih, makanannya enak. pokoknya dimanja banget. Tapi hidupnya gak lama, ketika sudah sampai
berat optimal langsung dipotong. Sapi-sapi
itu dipaksa jadi gemuk dengan cara di cekokin makanan macam-macam, disuntik hormon
dan bahan-bahan kimia lainnya supaya tercapai target produksi. Bagaimana
memenuhi demand daging sapi untuk
konsumsi manusia. Industrialisasi daging sapi.
Di Indonesia yang jumlah penduduknya banyak begini, produksi
daging sapi lokal gak cukup untuk mengisi perut semua rakyatnya. Jadi ditambah
dengan mengimpor daging sapi dari australia. Di australia, baru keluar sedikit
dari daerah perkotaan di kiri kanan jalan nampak savana luas dengan gerombolan
sapi-sapi gemuk sedang merumput. Tapi dibalik industri peternakan sapi di
australia yang maju sekarang ini, ada cerita tragis jaman dulunya.
Australia, benua yang baru ditemukan ketika Indonesia sudah
dijajah oleh Belanda, pada saat itu menjadi tempat dimana imigran dari eropa
banyak berharap bisa memperbaiki nasibnya. Imigran yang pertama-tama datang ke
benua itu mulai meng-klaim lahan-lahan jadi milik mereka. Di lahan itu mereka
berternak sapi, yang dibawa pakai kapal dari Eropa. Buat mereka lahan itu
kosong, padahal sebenarnya itu lahan tempat penduduk asli sana, orang aborigin,
yang waktu itu hidupnya masih sebagai hunters and gatherers, berburu makanan.
Untuk melindungi sapi-sapi nya, para imigran eropa itu tidak segan-segan ‘membantai’
orang Aborigin.
Kawanan sapi di perjalanan dari Melbourne menuju Balarat |
Kawanan Sapi di pinggir jalan Great Ocean Road |
Kembali ke tanah air.
Saya yang rumahnya dipinggiran kota, melihat setiap tahun di
saat hari raya kurban banyak banget orang-orang yang bahagia karena bisa makan
daging. Ironis memang, buat sebagian orang di indonesia makan daging masih
merupakan luxury, kemewahan. Saya saja sudah lama gak makan daging sapi, warteg
langganan saya di deket kantor sudah lama ga masak menu daging. "daging mahal sekarang,
mba," penjual warteg mengeluh bingung menentukan harga jualnya, nanti
malah tidak laku karena kemahalan.
Sapi perah lebih parah lagi. Sering digunakan sebagai kiasan
dalam peribahasa tidak memperbaiki nasibnya juga. Seumur hidupnya sapi perah
harus hamil dan melahirkan supaya bisa menghasilkan susu. Induk mamalia lain, termasuk manusia, melahirkan dan memproduksi susu untuk bayinya sendiri. Sapi perah
memproduksi susu untuk manusia, bukan hanya buat manusia yang masih bayi tapi berlanjut terus seumur
manusia hidup. Dipikir-pikir, kalau manusia butuh susu seumur hidupnya bukan
hanya waktu dia kecil aja, kenapa manusia gak memproduksi susu sendiri seumur
hidupnya. Kenapa musti tergantung sama sapi? ini industrialisasi susu
sapi dan sapi perah mesin produksinya.
Waktu kecil, saya gak banyak minum susu sapi karena susu itu
mahal. Jadi buat saya waktu kecil, minum susu itu pun adalah luxury. Kalau
dibandingkan sama adik saya, yang terpaut usia 13 tahun dengan saya memang
tinggi badan saya kalah jauh. Ketika adik bungsu saya lahir kondisi keuangan
keluarga saya sudah mapan, jadi bisa beli susu tiap hari. Dari random sample yang diwakili oleh saya dan adik bungsu saya, bisa dilihat bahwa gizi manusia jadi jauh lebih baik kalau minum susu. Tapi apa kita memang benar-benar
perlu minum susu sapi setiap hari ? Kalau balik lagi ke jaman manusia hidup
sebagai hunters and gatherers, apa mereka kenal yang namanya susu? Apa mereka jaman dulu minum susu kuda liar atau susu auroch liar?
Katanya manusia butuh 1000mg kalsium setiap hari untuk
mencegah osteoporosis. Anyway, Ngerasa
gak sih kalau hidup manusia itu lama-lama udah kayak sapi di peternakan, di
reduksi maknanya oleh angka-angka dan di standarisasi. kita makan di
standarisasi jadi 2000kcal per hari. Minum distandarisasi jadi 8 gelas air sehari.
Tidur pun distandarisasi, ada minimum jam per hari nya. Kenapa gak di simpelkan saja
menjadi "secukupnya", apakah karena manusia pada dasarnya gak pernah
merasa "cukup"?
Oh well....
Lanjut.
Untuk memenuhi
kebutuhan 1000mg kalsium itu, menurut iklan di tivi kita musti minum susu 2
gelas sehari. Tentu saja iklan yang dibuat oleh produsen susu. Minum susu kebanyakan bikin gemuk? Jangan khawatir, ada susu Low Fat, High Calsium. Hidup di era
dimana manusia selalu dibujuk, di iming-imingi dan dipaksa jadi konsumtif, saya
jadi skeptic bin curigaan sama iklan susu di tipi. Jangan-jangan itu cuman daya
upaya untuk mempengaruhi kita mengkonsumsi lebih banyak, mereka memproduksi dan
menjual lebih banyak?
Sama kayak
produsen shampoo anti ketombe yang terlalu melebih-lebihkan kejelekan si
ketombe hingga orang-orang yang dulunya cuek-cuek aja sama ketombe
sekarang jadi berduyun-duyun menistakan
ketombe sebagai sesuatu yang jorok banget.
Sebenernya
sah-sah aja sih, kita mau konsumsi sapi sebanyak-banyaknya, tapi gak ada
salahnya juga kita tetap ingat bahwa Sirloin/ Tenderloin/ Wagyu Steak yang disajikan
di piring bersama mashed potato dan sayur-sayuran, disiram saos barbeque itu
adalah bagian dari mahluk yang pernah hidup, pernah bernafas seperti kita,
punya jantung, bahkan mungkin punya perasaan juga. Apalagi yang dari bayi udah
minum susu sapi, berarti kan masih sodara sepersusuan sama sapi, jadi harusnya
kita punya rasa kasih sayang sama sapi.
Menurut saya gak
perlu juga terlalu ekstrim menunjukan kecintaan kita sama sapi dengan cara jadi
vegetarian. Tapi kita perlu tetap ingat kalau dibalik sepotong rendang ada ribuan tahun yang penuh perjuangan dan tragedi hingga sampai di
piring kita. Dan yang paling penting kita musti bersukur kalau masih bisa makan
sapi, karena masih banyak orang-orang disekeliling kita yang makan daging sapi
cuman setahun sekali. Jadi mulailah dengan meng apresiasi daging yang ada di
piring kita.
Sapi itu punya mata yang bagus banget, pernah merhatiin gak?
BalasHapus-Lili-
Iya, kayak pke eyeliner & maskara
HapusYa Salaaam Mil, sampe ada kajian sejarahnya di jaman jahiliyah hahahahahahah. Ini kesimpulannya: Lu pernah lihat Sapi di Ballarat kan? Kan? Kan?
BalasHapuscipu cipu... Lo salah mengambil kesimpulan ckckckckck....
HapusKesimpulannya, gw pernah liat sapi di balarat dan great ocean road
kalo sekarang mau minum susu apa langsung beli ya
BalasHapusDipikir2 dulu mba, karena aku pernah baca kelebihan kalsium juga mengakibatkan tulang rapuh juga
HapusDulu waktu kuliah, pernah dikasih tahu kalau peternakan itu salah satu penyumbang masalah global warming... Kotoran sapi itu mengandung gas methan yang buruk di atmosfer..
BalasHapusOh ya? Aku baru tau tuh
Hapussapi memang sapi deh, bukan ayam.
BalasHapusSekarang gilirannya sapi, kapan2 aku posting soal ayam lah hahahaa
HapusMungkin gara gara sejak kecil kita dikasih minum susu ya, makanya penyakit sapi gila menular ke manusia dengan semena mena. Lihat saja sekarang banyak yang gila cinta, gila jabatan dan tergila gila lainnya...
BalasHapusIya, gila. Kyk om rawins *kabuuurrr
HapusMila kereeeeeeeeeeeeeeeeen.......... :D :D :D
BalasHapusApakah di postingan ini gw mulai tampak sinis seperti dirimu? Hahahaa
Hapusdan dibanding ayam, sy lebih suka daging sapi :)
BalasHapusAku sih suka dua2nya hehehee
HapusPaling ga saya vegetarian selama menjelang dan setelah lebaran haji. Eh abca sejarahnya si sapi kok ya jadi tambah sayang sama si sapi bermata indah ini.. :D
BalasHapusVegetarian buat menghemat buat beli kurban ya? Hihihii
Hapussapi ohh sapii, nasibmu kini.
BalasHapusHihihii... Cian ya nasibnya sapi
HapusDulu waktu kuliah dosen pernah ngomong klo di amrik sama eropa orang udah mulai sadar kalo susu sapi tuh ga baik buat manusia. Tapi udah terlanjur gede perusahaan produsen susu sapi, jadi didiemin aja..ckckck
BalasHapusNah tuh kan bener, susu sapi ya paling bener buat anak sapi. Nah ASI baru buat anak manusia heheheee
Hapussaya alergi laktosa jadi memang ngak bisa minum susu ;)
BalasHapusTemen2 aku juga banyak yg alergi laktosa, dan tnyt banyak banget org yg gak toleran thd laktosa, nah itu makin menguatkan teori kalo minum susu sapi itu gak harus dilakukan manusia kan? Hehehee...
Hapus