Jumat, 08 Agustus 2014

Januari di Kota Dili

"Itu gedung pemerintahan baru, hibah dari Negara China," Kiko menjelaskan ketika kita melewati sebuah gedung yang megah.

"Ini kantor kementrian keuangan, gedungnya baru." ujarnya lagi ketika kita lewat di lain tempat. "Kalau itu kantor kementrian Turisme. Kementriannya baru."

"Yang di sebelah situ itu Sekolah Akademi Polisi. Kepolisian nya juga baru dibentuk sih, sebelumnya polisi dari UN," katanya lagi.

"Nah di sepanjang jalan ini kantor-kantor kedutaan, yang di depan itu kedutaan Australia yang paling lama. Yang lainnya masih relatif baru dibangun," jelasnya lagi ketika kita melewati jalan lurus yang berjajar bangunan-bangunan luas berhadapan dengan pantai. 

10 tahun sejak berdirinya negara Timor-Leste, jalan raya di Dili tampak luas dan mulus, gedung-gedung pemerintahan tampak baru dibangun dan masih kinclong semua. Segala nya serba baru disini. Kiko, kawan saya di Dili bekerja di kantor kementrian pertahanan yang juga masih baru, kementrian ini baru berdiri kira-kira setahun lamanya, kantornya aja masih numpang di semacam balaikota gitu - Governor palace.

Governor Palace

Jalan raya di Dili

Pasar

Di kota ini ada satu Mall bernama Timor Plasa. Di dalam nya bisa didapati Burger King dan Gloria Jeans Coffee. Saya bahkan dikasih kalender 2014 gratis dari Gloria Jeans Coffee waktu saya beli disana. Kalender meja itu sempat saya gunakan beberapa bulan sampai saya sadar ada keanehan disitu, karena kalender Timor Leste hari libur (tanggal merah) nya beda sama kalender Indonesia. Di Timor Plasa saya beli sim card operator lokal yang bernama Telkomcel, tapi dibacanya tetap -sel karena dalam bahasa sana cel di pronounce -sel.

Harga Burger King disana jauh lebih mahal dari di Jakarta. Sekali makan di restoran bisa habis $10 per-orang, sama standard nya dengan di Australia. Mungkin karena banyak bahan bakunya yang di impor dari Australia yang jaraknya dekat. Makan sea food di restoran disana bisa jauh lebih mahal, padahal kotanya ada di pinggir pantai. Currency yang digunakan disana masih pakai Dollar Amerika, tapi ada koin-koin yang menggunakan mata uang asli Timor-Leste bernama Centavos.

Mata uang Timor-Leste

Menu bahasa Portugis

Makaroni pake ikan. makannya sama roti. asli kayak di Luar Negeri
Negara Timor-Leste resminya berdiri tahun 2002, setelah melalui drama pergolakan dan pemberontakan terhadap pemerintah Indonesia yang puncaknya terjadi di tahun 1999. Setelah merasa terjajah selama hampir 25 tahun, Timor Leste yang sebelumnya bernama Timor Timur di bawah pemerintahan Indonesia melakukan referendum yang hasil akhirnya adalah kemerdekaan negara tersebut. Presiden saat itu adalah Xanana Gusmao. Sekarang Presiden Timor Leste bernama Taur Matan Ruak, posisi Perdana Menteri masih dijabat oleh Xanana Gusmao. 


Xanana Gusmao adalah figur yang sangat dihormati dan dipuja. Berwibawa dan down-to-earth. Kata Kiko beliau sering tampak menyetir sendiri sekitar Dili dengan mobilnya tanpa pengawalan. Beliau tidak ragu berbaur dan merangkul rakyat kecil dengan akrab. Sangking berkarismanya, ada cerita beredar kalau suatu saat ketika Xanana Gusmao sedang pidato di depan umum cuaca mendung banget dan hujan rintik-rintik. Kemudian beliau menghentikan pidatonya dan seolah berbicara kepada hujan supaya jangan turun dulu sebelum beliau selesai, kemudian melanjutkan pidatonya. Hujan rintik seketika berhenti. Setelah Xanana Gusmao selesai pidato baru hujan turun dengan derasnya. "Sampai hujan saja menurut sama beliau," ujar Kiko menyimpulkan ceritanya.

Ketika peristiwa Timor Leste saya masih duduk di bangku SMA tapi tidak mengerti dan tidak memperhatikan situasi politik. Di periode itu juga di ibukota Indonesia tempat saya tinggal baru saja selesai peristiwa besar melengserkan mantan Presiden Suharto, tepatnya tahun 1998. Jujur saja kalau ditanya bagaimana kondisi di tahun-tahun itu saya tidak begitu ingat, yang saya tahu waktu itu sempat tidak keluar rumah selama beberapa hari. 

"Waktu perang-perang itu kamu gimana?" tanya saya ke Kiko yang umurnya sepantaran sama saya, jadi waktu peristiwa pergolakan di Timor Leste dan referendum itu dia juga duduk di bangku SMA.

"Ya di dalam rumah saja," katanya acuh tak acuh, "mau bagaimana lagi." Selama pergolakan itu dia sempat tidak sekolah selama 2 tahun, ketika Timor Leste merdeka dia meneruskan sekolah yang diambil alih oleh Portugal. Setelah itu dia melanjutkan kuliah di Bandung, saat itulah dia bergabung di tempat kos yang sama dengan kawan kuliah saya yang waktu itu sudah tingkat akhir. Kawan kuliah saya itu yang mengenalkan saya ke Kiko hingga akhirnya saya bertemu dia di Dili.

Negara Timor Leste yang posisinya ada di sepenggal pulau paling ujung bawah di kepulauan Indonesia, berbatasan darat di sebelah baratnya dengan Nusa Tenggara Timur. Negara ini terdiri dari 9 Distrik (semacam propinsi), yang paling ujung timur namanya Los Palos. 

Bahasa nasional Timor-Leste adalah bahasa Tetum-Portuguese. Di sekolah-sekolah diajarkan bahasa Portuguese. Menurut Kiko warga Timor-Leste diperbolehkan punya paspor Portugis, jadi boleh punya 2 paspor. Kalau punya paspor Portugis otomatis bisa ke negara-negara lain di Eropa yang tergabung dalam Schengen deh. Kakak perempuannya Kiko sendiri sedang melanjutkan kuliah Phd di Eropa.


Bahasa Tetum adalah bahasa asli daerah sana, dicampur dengan bahasa serapan portugis untuk menambah suku kata yang tidak ada dalam bahasa tetum. Misalnya Obrigado yang artinya terima kasih. Obrigado diambil dari bahasa Portugal karena dlm bhs tetun aslinya tdk ada kata terima kasih. 

Obrigado sendiri adalah kata yang sangat menyenangkan untuk disebut, "O" yg bulat "-bri" dgn penekanan pd pengucapan  "br-" nya ditutup dengan "-gado" yang tegas dan mantap. Kedengarannya merdu dan renyah di telinga. Semua orang Dili yang dengar saya bilang "obrigado" akan membalas nya dengan mengucapkan "nada" dan tawa yang ditahan. Sudah nyaris dipastikan ketika saya berlalu mereka akan ngakak sampai sakit perut. Tapi saya tetap aja ngucapinnya: obrigado... obrigado.. it's officialy became my favorit word in 2014.

Obrigado

Colmera, kayaknya tempat paling rame di Dili udah ini

49 komentar:

  1. aku penasaran pengen ke timur leste.. krn dr sanalah namaku berasal.. hhihii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya punya seorang sahabat yang tinggal di TIMOR LESTE. Saya bertemu dia saat mengikuti International Youth COnference (IYC) tahun 2009 yang lalu. Terakhir kontak via email tahun lalu, Sampai sekarang sudah jarang lagi kontek kontekan Hiehiehe. Eala malah CURCOL

      Hapus
    2. waaah... mba cova namanya dari daerah yang ada di sana atau dari bahasa tetum disana?

      Hapus
    3. Hehe, Covalima adalah nama Distrito/kabupaten dalam bahasa Indonesia, di Timor-Leste, daerah Covalima berada di bagian selatan barat berbatasan dgn Betun-NTT, Indonesia. Covalima kota kecamatannya bernama Suai biasa dipanggil Suai-Covalima yang terkenal dgn kekayaan alamnya yaitu minyak bumi, gas dan kayu cendana. Semoga Informasi ini bermanfaat buat mba Covalimawati

      Hapus
  2. Pengen kesana, tapi kayanya ke Pulau Komodo dulu deh. Duuh tahun ini belum punya hak cuti. masih nahan diri dulu. hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. tahun ini kumpulin dulu duit yang banyak supaya pas cuti bisa langsung jauh perginya

      Hapus
  3. Makanannya enak gak, Mba? Rasanya gtuu. . .

    BalasHapus
  4. Keren. Dili kotanya masih style Indonesia banget ya. Jalan rayanya, ruko-ruko, lampu merahnya.. Belum banyak berubah sepertinya
    Asyik juga ya punya 2 paspor, free schengen lagi, hi hi hi.. Mbayangin kita punya passpor belanda :D

    ------
    Surya dari http://wongkentir.blogdetik.com/

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, yang daerah pertokoannya. eh daerah perumahannya juga sama bentuknya kayak disini.

      Hapus
    2. hehhee iya ya, asyik juga kalo kita bisa punya paspor belanda ya

      Hapus
  5. wahh dili udah juga rupanya ya mbak. manteep. saya kepengin ihh

    BalasHapus
    Balasan
    1. jalan2 ke sanalah om sekali-sekali, bagus pantai2nya

      Hapus
  6. Kalau Februarinya dimana Mil? :D

    BalasHapus
  7. Mahal amat yaaa BK sampai $10 an, eh mampir kerumah nya Raul Lemos ngak ??? hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. rata-rata sekali makan disana habis $10. makan kayak di warung nasi aja $8-an. Ga mampir cm lewat aja didepannya, rumah Raul Lemos diatas bukit gitu.

      Hapus
    2. Eh ciusan makan di warung $8 ??? mahal keleus yaaa, tak sanggup aku lah :-(

      Hapus
  8. bagi mata uangnya donk Mil... buat koleksiku nih.. hehe

    BalasHapus
  9. Udah pernah ke Shanghai blm?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudah. ada juga kog di blog ini. search aja.

      Hapus
  10. Enak juga yah bisa punya paspor ganda gitu, nggak kayak di Indonesia... -_-

    Btw serius nggak ada kata terimakasih dalam bahasa tetum? Wah sebelum Portugis masuk, kalau terima sesuatu dari orang lain, nggak bilang terimakasih dong 0_o

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin suku asli sana menganut paham gaya hidup turunan suku yg hunting & gathering itu, semua barang dihasilkan oleh alam untuk dipakai bersama jadi ya ga ada ngasih2an, semua milik bersama, jd ga ada terima kasih.

      Hapus
  11. Waj judul artikel tulisannay sudah pas sama dengan judul lagunya Rita Effendy , dengan judul yang sama "Januari Dikota Dili"

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, memang judulnya terinspirasi dari lagu itu. pas perginya sih kebetulan aja pas bulan januari, terus ada temen yang komen di postingan ttg dili yang sblm ini, katanya kayak lagu rita efendi, jadi terinspirasi deh buat judul postingan ini

      Hapus
  12. kalau harga makanannya standar Australia, kayaknya harus siap-siap uang lebih buat makanan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kalau menurut peraturannya sih aku dibilangin sama org imigrasi pas sblm ke dili, kalo turis musti punya uang minimal 100$ utk sehari di sana. Ya karena untuk hotel aja udah $40-50, sisanya buat makan & ongkos hehee. ya emang std hidupnya tinggi.

      Hapus
  13. waaah kereeen ,, cuma ya mahal iya bener harga makananya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, tapi kalau beli bahan mentah trus masak sendiri sih enggak mahal kayaknya

      Hapus
  14. Mampir ke rumahnya om Rahul Lemos nggak Mil? :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. lewat doang, ga liat kris dayanti disitu :))

      Hapus
  15. wah seru nih timor leste..
    btw itu caption gambar makaroni ada kata2 "kayak di luar negeri" bukannya emg luar negeri yak mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaaa iya emang luar negeri sih, tapi karena suasananya dan orang-orangnya juga msh pada ngomong bhs indonesia jd kurang berasa di luar negeri

      Hapus
  16. Balasan
    1. logonya juga sama bgt sama telkomsel, cuma pke c aja hahahahaa

      Hapus
  17. itu caption foto macaroninya lucu... kayak di luar negeri... lah emang kan Dili udah luar negeri bagi kita
    hehehheee

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaa ga berasa luar negerinya hehehee

      Hapus
  18. BK $10?? *pengsan* haha.. Makin penasaran sama Dili ini :D

    BalasHapus
  19. sya ingin tinggal dikota dili,,,
    jasa pasang camera cctv, jasa pemasangan camera cctv, jasa instalasi penangkal petir

    BalasHapus
  20. sekali kalih kunjung dong di dili

    BalasHapus
  21. iya asyik mbak
    dili letaknya di pingir pantai jadi kita bisa jj kelilin kota dili.

    BalasHapus
  22. Iya bener sekali mba..harga2 disana serba mahall hiks..anyway, salam kenal ya mba :)

    BalasHapus
  23. Wuihhh sangar udah pernah ke Timor Leste. Gw dulu rencana mau ke situ, tapi gagal T_T. Eh mbak, ketemu raul tremos gak disana?

    Hahahaha

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...