Disclaimer: kalau gak kuat iman, jangan dibaca saat lagi puasa.
Di Jakarta saya jarang banget ke restoran Thailand karena tidak begitu doyan. Saya pernah bilang juga seperti itu waktu menulis Edisi Bikin Ngiler Part 1, saya gak doyan Tom Yam dan Pad Thai. Saya juga bilang gak suka sama rasa Thai Ice Tea. Tapi entah kenapa kalau makan jenis-jenis makanan itu langsung di Thailand rasanya beda, jauh lebih enak sehingga saya jadi suka.
Mungkin cara masaknya atau racikan bumbunya beda. Misalnya Pad Thai yang saya coba di Jakarta rasanya kecut, sementara di Thailand gurih banget. Rasa asam yang ada seperti cuma nambah segar aja. Sementara Tom Yam, beberapa kali pernah makan disini rasanya hambar, padahal di Thailand rasanya spicy, gurih dan ada sedikit rasa asam yang bikin segar juga. Bukan hanya di restoran tertentu di Thailand yang enak, tapi makan dimana saja walaupun hanya di kaki lima emperan rasanya konsisten, gurih dan segar.
Daerah Silom Road
Ke Bangkok tahun ini saya sama keluarga. Saya langsung memilih hotel di kawasan Silom, mengingat pengalaman terdahulu kalau di daerah ini banyak rumah makan dan warung muslim. Restoran dan warung yang jual makanan halal biasanya ditandai dengan logo bahasa arab tulisan halal atau logo bulan sabit dan bintang di papan namanya. Saya pilih hotel Silom Village Inn karena lihat di peta dekat dengan Home Cuisine Islamic Restaurant yang terletak di 196-198 Soi 36, Th Charoen Krung, saya pernah makan disitu terakhir ke Bangkok dan enak. Bisa tinggal naik tuk tuk sedikit.
Kenyataannya tiga hari disana akhirnya tidak sempat ke restoran itu karena di hari pertama ketika lagi jalan-jalan sekitar kawasan hotel buat tes ombak saya lihat pas di seberang hotel ada rumah makan muslim, Dee Restaurant. Disitu menyajikan makanan khas Thailand seperti pad thai, tom yam, nasi goreng thai, curry thailand, tumisan-tumisan dan ada roti prata juga. Malam pertama kami makan disana, ternyata enak dan menunya banyak sehingga keesokan malamnya kami makan disana lagi.
Pad Thai |
Tom Yam |
Tidak jauh dari hotel ada pasar tradisional. Di gang depan pasar kalau malam banyak kaki lima dadakan yang buka di pinggir jalan dan kalau pagi juga disepanjang gang itu banyak yang jual sarapan. Di ujung gang ada mesjid, jadi lumayan banyak yang jual makanan halal, bisa dilihat dari tanda bulan sabit dan bintang di papan nama atau gerobaknya, atau lihat ibu-ibu yang jualnya pakai kerudung.
Salah satu kegiatan favorit saya kalau traveling memang liat-liat pasar dan jajanan emperan, jadi pagi-pagi pas bangun saya langsung meluncur lagi ke gang yang ada pasarnya. Seru liat macam-macam yang dijual di pasar, lihat yang aneh-aneh dan beda dari disini. Lucunya pasti selalu bisa belanja walaupun saling ga ngerti bahasa. Kesimpulan saya uang itu memang bahasa universal dan kegiatan jual-beli tidak mengenal bangsa dan bahasa.
Saya sempat beli sarapan nasi kuning Thailand pakai ayam yang dimasak pakai bumbu kari. Yang beli antri, rupanya salah satu sarapan favorit. Saya memperhatikan cara belinya dari orang-orang di depan saya, ternyata beli nasi kuning bisa milih mau pakai ayam atau tidak. Saya juga perhatikan jumlah uang yang dibayar pembeli sebelum saya, berapa harga pakai ayam dan berapa yang tidak pakai ayam. Ketika tiba giliran saya beli, saya tetap kasih uang yang ada kembaliannya, takut kurang.
Selain itu saya juga beli kacang dan ubi rebus yang di jualnya sudah dibungkus dalam kantong kresek kecil, harganya 20-an bath. Saya cuma nunjuk, ibu-ibu yang jual udah ngerti saya mau tanya harganya, dia langsung kasih kode angka 2 pakai jari telunjuk dan jari tengah, saya langsung ngerti maksudnya 20 bath. Ada juga sih yang udah pasang tulisan harga di atas dagangannya. Yang jual buah-buahan juga banyak, salah satu jajanan favorit saya di Thailand, soalnya buah disana manis-manis dan besar-besar ukurannya.
Malamnya ada jajanan pancake gaya thailand yang isinya pisang. Ada juga yang jualan ayam goreng tepung berbumbu a la Thailand yang krenyes-krenyes dan bikin nagih dan gorengan baso-basonya yang dimakan pakai saus pedas. Tapi ada satu yang saya kepingin tapi ga nemu, yaitu Som Tam, salad mangga muda yang diiris tipis-tipis disiram kuah spicy kayak yang pernah saya beli waktu ke Bangkok pertama kali dan pernah diceritain di Edisi Bikin Ngiler Part 2.
Malam terakhir waktu lagi iseng jalan-jalan sekitar daerah Silom untuk survei tempat makan malam yang asik saya ketemu satu restoran bergaya restoran fast food yang jual Fish and Chips dan Burger, namanya Sally Fish. Waktu saya lagi lihat tanda halal dan sertifikat yang dipasang di depan tokonya, managernya keluar dan ngajak ngobrol. Akhirnya saya masuk dan cobain beli Fish and Chips yang ternyata ukurannya besar banget, harganya satu paket sekitar 70ribuan kalau di kurs ke rupiah.
Di belakang Starbuck Silom Rd ada restoran Turki yang ada tanda halalnya dan ada restoran Lebanon namanya Nadimos. Di Nadimos ga ada tanda halal, tapi kami akhirnya memutuskan makan di resto Lebanon karena lihat makanan di menunya lebih aneh-aneh, kalau turki kan kebab-kebab gitu. Saya jadi gak makan banyak disitu karena keburu kekenyangan sama cemilan Fish and Chips jumbo.
Sarapan Nasi Kuning gaya Thailand |
Sally Fish, Burger dan Fish n Chips |
Restoran Lebanon |
Mall MBK dan Platinum
Rata-rata hampir semua foodcourt mall di Bangkok ada foodstall yang jual makanan halal, jadi tidak susah carinya. Apalagi daerah mall yang banyak turis Indonesianya seperti daerah Siam, Pratunam dan sekitarnya. Di MBK mall, tempat favorit mama saya karena mallnya luas banget dan komplit, makanan Halal ada di FoodCourt Lantai 4 dan Restaurant Yana di Lantai 4 juga.
Foodcourtnya model Eat & Eat di sini, belanjanya dikasih kartu, bayarnay di kasir ketika mau keluar area foodcourt. Tempatnya memang ekslusif, harganya relatif lebih mahal. Tidak semua makanan yang dijual di foodcourt itu halal, jadi tetap harus lihat tanda Halal huruf arab yang dipajang di depan stall-nya. Ada yang jual makanan Indonesia disini, tapi saya tidak lihat ada logo halal.
Kalau di Platinum Mall Foodcourt-nya ada di Lantai 6, diantara yang jual makanan disitu mungkin ada 3 atau 4 yang jual Halal food. Di Platinum saya beli nasi ayam goreng khas Thailand. Ayam goreng tepung thailand bumbunya enak dan renyah banget, beda sama ayam tepung a la amerika yang banyak di jual sini.
Ayam tumis di Foodcourt MBK |
Nasi + Ayam goreng di Foodcourt Platinum Mall |
Buat saya yang doyan banget sama buah-buahan kayak monyet, seneng banget jalan-jalan di Bangkok yang banyak tukang buahnya. Buahnya manis-manis dan juicy banget, potongannya juga besar-besar. Nanasnya aja manis banget, cocok buat camilan di hari yang panas. Saya juga sempat beli Manggo Sticky Rice, ketan yang dimakan pakai mangga manis disiram kuah santan, enak sih tapi terlalu manis buat lidah saya.
Disana juga lagi tren minuman jus Pomegranate dan Jeruk yang dijual di botol-botol plastik. Kita bisa lihat penjualnya bikin minuman jus itu langsung di gerobaknya. Saya suka banget yang pomegranate, murah lagi, jadi deh minum gituan kayak minum air putih. Di Chatuchak gak lupa saya jajan es kelapa dalem batok yang topping nya boleh pilih. Sekarang banyak banget yang jualan es model itu disana, di sepanjang jalan utama Chatuchak rata-rata isinya gerobak es kelapa.
Es kelapa Thailand |