Saya bukan termasuk orang yang ambisius, hobi lari juga gak pakai ambisi. Kawan-kawan saya yang mulai hobi lari dengan waktu yang hampir barengan kemampuannya sudah jauh melewati saya. Semuanya pasti sudah pernah ikut acara race 10k dan Half Marathon (21k). Sementara saya butuh waktu lama dari mulai rutin lari sampai bisa lari 10 kilometer, sekitar 3 tahun. 10k pertama saya pas di hari ultah saya tahun lalu. Birthday run tahun ini, secara spontan saya daftar acara race untuk pertama kali dan dengan nekat langsung daftar untuk half marathon. Cerita lengkapnya bisa dibaca di postingan Akhirnya Daftar Acara Race.
Latihan untuk menambah jarak lari saya dua kali lipat dalam waktu beberapa bulan saja buat saya sih cukup berat. Tapi saya tetap konsisten gak ambisius, targetnya cuma mau melakukan hal beda yang tidak pernah dilakukan sebelumnya dalam hidup saya.
Sebenarnya tiap tahun pasti saya ada semacam yearly life goals, supaya hidup berasa ada tujuan seru aja dikit sih. Jadi setidaknya di hari-hari saya ada kegiatan untuk mempersiapkan suatu rencana, kayak misalnya seperti persiapan fisik waktu mau ke Rinjani. Waktu itu salah satu alasan saya semangat dan rutin lari karena persiapan mau ke Rinjani, tapi waktu itu kuatnya hanya lari paling jauh 5 kilometer. Kemudian tahun lalu saya niat harus bisa lari sampai 10 kilometer, terus saya coba ikut Coach yang ada di aplikasi Nike Run. Tepat di ulang tahun saya yang ke-33, saya berhasil menyelesaikan lari 10k.
Untuk persiapan lari half marathon saya ikut lagi program Coach di Nike Run. Hari pertama programnya jatuh tepat di hari pertama puasa. Waktu itu saya masih optimis dan semangat bahwa walaupun puasa saya akan berusaha mengikuti jadwal di program tersebut. Rencana saya tetap akan lari di taman tebet sambil ngabuburit, jadi selesai lari ketika bedug magrib, bisa langsung minum. Ada juga rencana mau lari malam di komplek kalau jadwal latihannya long run. Tapi seperti biasa, rencana dan kenyataan tidak pernah sesuai.
Puasa tahun ini entah kenapa rasanya berat banget di badan saya, lebih lemas dari biasanya dan maunya tidur terus padahal jumlah jam tidur sama seperti tahun-tahun sebelumnya, malahan tahun ini saya merasa kalau tidur malam lebih cepat. Apa karena faktor umur mulai mempengaruhi stamina dan fisik? Tapi kalau dipikir-pikir tahun ini memang mood saya secara keseluruhan tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya, kurang bersemangat dan kurang motivasi. Mungkin karena beberapa waktu terakhir ini saya kurang jalan-jalan.
Hari pertama jadwal program lari yang bertepatan dengan hari pertama puasa terpaksa saya skip. Di hari kedua puasa ada jadwal lari 4.8 km, tapi saya hanya kuat lari 3 km di treadmill malam-malam setelah buka puasa. Sebenarnya komposisi program dalam seminggu ada 4 kali lari, satu kali long run, satu kali cross training, dan satu hari rest day. Saya skip hampir semua itu. Lari kedua kali di bulan puasa baru satu minggu kemudian, saya coba lari sebelum buka puasa di komplek. Saya lari diantara kerumunan pedagang-pedagang makanan buka puasa dan kerumunan motor-motor yang parkir dan seliweran di jalan. Cukup mengerikan dan menyesakan, akhirnya saya menyerah di 3 km.
Tiga hari kemudian di minggu yang sama saya berhasil lari 8 km di treadmill setelah buka puasa, kemudian skip beberapa hari lagi. Ketika lagi tidak puasa karena berhalangan saya lari di Car Free Day hari Minggu, karena bulan puasa jadi sepi. Saya lari 8 km dalam waktu 1 jam. Waktu lagi lari saya dengar di belakang saya ada yang lagi semangat ngobrol, "lebih susah control budget negara daripada mengatur strategi perang." Pas saya nengok ternyata Sandiaga Uno lagi lari sambil ngobrolin masalah negara casually, dan dengan santainya melewati saya yang tanpa ngobrol pun larinya terengah-engah. Hebat amat tu bapak.
Beberapa hari kemudian Tince tiba-tiba menghubungi mau ikut lari di taman sore-sore. Tiba-tiba muncul ide gila, saya mengajak tince lari di gbk senayan karena sudah lama tidak lari disitu. Kami berangkat jam 4 dari daerah Tebet, estimasi sampai di GBK beberapa saat sebelum buka puasa, jadi saya bisa buka puasa, sholat magrib, lanjut lari. Naasnya hari itu jalanan macet parah entah kenapa, kami baru tiba di GBK jam 7 lewat.
Ketika magrib berkumandang kami baru sampai di depan kantor TVRI senayan, saya buka puasa dengan air minum bekalnya Tince. Sampai di GBK saya langsung ke mesjid, solat magrib dan siap-siap lari. Saya beli minuman teh dalam kemasan botol yang saya minum sambil lari. Target saya lari 8 km, tapi hanya kuat sampai 5 km, otak saya rasanya kayak kesemutan jadi saya berhenti lari. Paginya ketika bangun tidur punggung dan pinggang saya pegal-pegal, bukan karena lari tapi karena nyetir macet-macetan 3 jam lebih.
Setelah tragedi itu saya memutuskan lari di treadmill aja deh, ga kuat yang aneh-aneh. Saya sempat lari dua kali lagi malam hari, 8 km dan 5 km, hingga akhirnya lebaran tiba. Tapi selama sebulan itu program latihan lari saya berantakan, banyak bolong-bolongnya dan saya tidak merasa kemampuan lari saya improving, malahan kalau dilihat dari pace jauh menurun. Setelah lebaran saya berusaha mengejar ketinggalan latihan selama bulan puasa kemarin. Minggu lalu saya berhasil lari 15 km, jarak terjauh sepanjang sejarah lari saya. Minggu ini adalah minggu ke-7 dari program Nike Coach, besok saya harus lari lebih jauh lagi, 16 km. Harus semangat!