Jumat, 07 September 2012

(Masih) Wisata Kampus

Dua hari yang lalu mengikuti teror telepon dan bbm dari senior saya yang manis tapi cerewet (semoga orangnya ga baca ini), saya mengikuti acara halal bi halal yang diselenggarakan ikatan alumni jurusan di tempat kuliah saya dulu, untuk semua angkatan. Walaupun yang datang ga seberapa karena sebagian sudah terpencar ke berbagai pelosok Indonesia dan belahan dunia.

Kalau ingat-ingat masa-masa indah jadi mahasiswa kayaknya sedih juga betapa waktu cepat sekali berlalu. Kebiasaan yang ngangenin adalah pada saat di akhir bulan menjelang kiriman uang bulanan dari rumah, disaat saldo di ATM tinggal 10 ribu rupiah saya akan mencari kawan yang senasib untuk mentransfer 10 ribu lagi ke rekening sehingga saldonya bisa di tarik di ATM dengan nominal 20 ribu.  

Maklum, waktu kuliah dulu saya sempat merasakan suka duka anak kos. Kenapa saya harus kuliah jauh-jauh dari rumah? semua itu gara-gara Papa Said. Untungnya bukan karena diusir karena orang rumah pada ga tahan sama kelakuan absurd saya, tapi adalah suatu cita-cita Papa Said supaya anaknya ada yang mengikuti jejak nya kuliah di universitas yang sama dengannya. Waktu saya baru melewati masa balita, Papa Said membawa saya naik kuda di jalan depan kampusnya sambil berkata,"nanti kalau kamu sudah besar kuliah disini ya.."

Kemudian saya pun besar juga, tapi jauh dari harapan ayah saya tentang seorang anak perempuan manis yang rajin belajar. Waktu SMA aja saya ke sekolah cuman bawa map satu dan bolpen yang dipake untuk konde rambut, ga bawa tas supaya kalau mau cabut gampang. Bahkan pas mau UMPTN (ketauan tua nya deh), Papa Said yang setress sendiri sementara anaknya santai-santai cuek. Mungkin geregetan pengen gantiin ujian juga kali ya dia. 

Waktu pengumuman aja beliau lah yang semangat duluan cari nomor ujian saya di koran, dan ketemu. Segeralah berita gembira ini disampaikan ke eyang saya, kata eyang saya,"Alhamdulillah.... eyang akhirnya punya cucu calon dokter." Dan akhirnya eyang pun harus kecewa karena kenyataannya tidak belum ada satu pun cucu nya yang jadi dokter maupun calon dokter. 

Masuk kuliah pun, hobi saya cabut kelas masih terpelihara dengan suburnya malah makin liar. Saya ingat dulu sempet dapat julukan ratu dugem, padahal suer deh saya tuh dugem cuman sekali-sekali doang. Sekali seminggu maksudnya. Ya dibandingkan ospek himpunan yang frekuensi nya 2 kali seminggu, frekuensi dugem saya mah ga ada apa-apanya. Paling enggak itu untuk menyeimbangkan ujian TPB yang frekuensinya juga seminggu sekali.

Di tahun pertama saya sebagai senior yang meng-ospek calon anggota himpunan, saya dihampiri oleh seorang mahasiswa baru yang berterima kasih kepada saya. Jadi ceritanya begini. Kos-an saya kebetulan dekat kampus, di seberang tempat bimbingan belajar yang ngetop pada jaman itu. Ketika sedang jajan batagor di depan tempat bimbel itu saya ketemu dengan kawan sejurusan saya bersama kawan SMA nya, bernama dodi (bukan nama sebenarnya). Dodi sebenarnya satu angkatan diatas saya, sudah gagal UMPTN dua kali dan tahun itu kesempatan terakhirnya. Dia lagi gusar karena nilai Try Out nya yang dibawah rata-rata. Ketika bertemu saya dan dengan polosnya saya mengakui bahwa nilai try out saya dulunya juga termasuk yang paling rendah tapi lulus juga. Didasari keyakinan bahwa cewek yang rada blo'on dikit dan ga ada kesan terpelajarnya seperti saya gini bisa lulus masa dia ga bisa, maka luluslah dia. yah, kurang lebih seperti itulah.  

Beberapa bulan yang lalu, saya ada keperluan mau legalisir ijasah. Maka masuklah saya ke dalam gerbang universitas yang sudah 7 tahun lebih tidak saya injak lagi. Menyusuri selasar yang masih persis sama seperti bertahun-tahun lalu, tapi agak aneh saja karena tiba-tiba ada bangunan baru yang kinclong menggantikan bangunan lama yang penggusurannya menimbulkan demo besar-besaran. Nah pas demo itu pas masa-masa saya sudah mau lulus, jadi saya tidak sempat menyaksikan saat-saat bangunan tua bersejarah itu digantikan bangunan kaca-kaca yang ada sekarang.

Mendekati gedung jurusan saya ada bangunan yang paling saya benci. Namanya GKU lama. Saya paling sebel kalau ada kuliah di gedung ini,  masalahnya di gedung bertingkat yang bentuknya nyaris melingkar ini terdapat beberapa tangga untuk naik keatas. Kalau kita salah naik tangga dari dasarnya, sudah bisa dipastikan bakal nyasar dan ga akan menemukan nomor ruangan yang dituju di lantai-lantai atasnya. Entah apa konsep dan tujuan dari arsitek yang merancang bangunan ini. Mungkin untuk membuat mahasiswa yang ujian di salah satu ruangan di GKU lama gagal ujian gara-gara telat abis muter-muter naik turun tangga di gedung itu. -pengalaman pribadi. Ah kenapa ga bangunan ini aja sih yang diganti bangunan baru...grrr....

Terus menyusuri jalan yang rindang, di bawah pohon-pohon yang rimbun membuat saya sekilas rindu masa-masa saya memanjat pagar tembok setinggi 2 meter di pinggir jalan tamansari, masuk ke dalam halaman kampus dan berlari-lari agar tidak telat masuk kuliah. Mendapati pintu kelas yang masih terbuka dan rada lega, menyeka bulir-bulir keringat di kening dengan takut-takut memasuki pintu dimana pak dosen berseru,"tutup pintunya." Saya pun masuk dan menutup pintu, manakala saya mendengar dari belakang saya pak dosen berseru lagi,"maksud saya, dari luar."

Konon di tingkat akhir saya kuliah disana - ketika kehidupan saya sepenuhnya saya dedikasikan di laboratorium demi menyelesaian Tugas Akhir yang terkutuk, ada kejadian mengerikan seorang satpam tewas terjatuh dari salah satu pohon itu, ketika mau memetik mangga.  Peristiwa tersebut menambah cerita horor mistis yang berhembus sejak saya pertama masuk kampus ini, tentang seekor hantu sapi di GKU lama dan tentang seorang wanita yang tewas bunuh diri di kolam laboratorium yang mengakibatkan sering terdengar suara perempuan mandi di kamar mandi laboratorium kalau tengah malam. 

Secara jumlah perempuan di jurusan saya itu jarang banget, apalagi bisa dipastikan ga akan ada yang bakal mandi di lab, maka ditarik kesimpulan bahwa perempuan itu bukan perempuan biasa. Untung saja, mungkin karena saya sama-sama perempuan, saya ga pernah digangguin walaupun sering banget sampe tengah malem masih megangin spesimen di atas mesin amplas.

Saya pun masuk ke dalam gedung jurusan yang masih persis sama seperti bertahun-tahun lalu, dengan tampang-tampang mahasiswanya yang masih ga jauh beda, masih lusuh-lusuh dengan jaket himpunan yang baunya sudah 1001 macem. Melewati papan pengumuman dimana setiap akhir semester mata-mata para siswa menatap nanar, berharap huruf C atau B bersanding di sebelah namanya. Ya sukur-sukur kalau huruf A. Kemudian saat mata penuh harapan itu harus tertunduk lesu di kepala yang terkulai lemah ketika yang didapati adalah huruf E, yang artinya harus mengulang mata kuliah itu di tahun berikutnya.

Di depan loket ruang Tata Usaha, saya melongok dan mendapati karyawan administrasi masih sama semua. Teh Iis yang pertama kali melihat saya, langsung berseru gembira, "Mila ya?". Entah saya harus gembira atau curiga ketika bapak-bapak dan ibu-ibu TU masih pada ingat saya semua setelah 7 tahun berselang. Perilaku macam apa yang telah saya tanam disana hingga bertahun-tahun berlalu dan ingatan akan diri saya tak lekang di ingatan mereka walaupun ratusan mahasiswa telah datang pergi silih berganti.

Selesai urusan legalisir ijasah, saya menyempatkan diri mampir ke ruang himpunan (ruangnya para mahasiswa jurusan saya berkumpul dalam suatu wadah organisasi, ceritanya) yang sama sekali tak berbeda. Wajah-wajah muda berkumpul di dalam ruangan himpunan sedang nonton tivi sembari mengerjakan tugas, 10 tahun yang lalu mungkin seperti itulah penampakan saya. Di sekitar ruangan itu berkerumun laki-laki muda bercelana jins dan berkaos, di tempat saya 10 tahun lalu sedang memegang gitar sambil bernyanyi bersama teman-teman lain sementara disebelah saya Agi dan Gap sedang seru dengan permainan catur gobloknya (peraturan catur goblok: yang habis duluan yang menang), dan itu disaat kita semua seharusnya ada di dalam kelas mendengarkan kuliah tentang atom-atom.

aaaargh... saya rindu masa muda.....

Yang bikin saya kaget, ketika saya mau keluar dari kawasan kampus saya melihat segerombolan turis-turis asing dipandu seorang pria lokal. Wooooow.. ternyata kampus saya sekarang sudah jadi salah satu kawasan wisata juga, jangan-jangan ada di Lonely Planet edisi Indonesia.

Rombongan turis asing

Ternyata bukan hanya saya yang jalan2 ke negara org wisata ke kampus

43 komentar:

  1. Mils, lo anak ITB ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. eishhh,, dilarang sebut merk, pagit wkwkwkwk

      Hapus
  2. malah asik dong kalo ceweknya jarang
    jadi banyak penggemar dong, sedikit saingan

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang ada org2 suka lupa klo aku cewek, udah disamain aja sama cowok2 gitu huhuhuuu

      Hapus
    2. eh, emangnya cewek tulen ya..?

      hehe
      #siapin tameng..

      Hapus
  3. hhmmm... nanti klo ke jogja gua ajak wisata kampus gua deh hhehhee

    BalasHapus
  4. saya suka caturnya. yang duluan abis, dia yang menang. indonesia bakalan juara kalo ini ada di olympiade

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha.. dulu sempet ada turnamen nya di jurusan aku, turnamen catur goblok..

      Hapus
    2. saya mau ikutan. sanggup untuk juara deh, haha.

      Hapus
    3. tapi susah2 gampang sih.. hahaha... coba latihan aja dulu, siapa tau bisa mempopulerkan kembali catur goblok :))

      Hapus
  5. tsaaaah, yang masih dikenalin di kampus
    hehehhe
    wisata kampus terdengar jadi oke, gara2 bule2 juga pada wisata kampus di negara kita pula.
    hahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaa... alternatif wisata yg berbeda, kan siapa tau nantinya jd tertarik buat kuliah di tempat itu juga hehehee

      Hapus
  6. cieee yang wisata kampus :D

    BalasHapus
  7. hahaha..kocak niy teteh.. btw minal adizinwafaidzin ya kakaaa =D

    BalasHapus
  8. Asyiknya yang habis reuni.. :)

    Mengenai kampus kamu yang jadi tempat wisata, jangan-jangan si bule baca dari blogmu dan dapat ide buat wisata kampus Mil, he he he

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa juga sih, tapi bule2 itu tertangkap kamera ku lagi wisata di kampus aku sebelum aku publish postingan wisata kampus ini hahahaa

      Hapus
  9. Balasan
    1. Di salah satu universitas negeri di kota bandung hihihiy

      Hapus
  10. Ituh benran ada setannya gitu mbak mil, hiihh seyem deh malem2 ada orang mandi :D

    eeh masa2 itu baru mau niar laluin, semoga besok2 kangen deh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masa2 begadang bikin Tugas Akhir? hahahaa... sukses yaaah.. yang tabah wkwkwkwk

      Hapus
  11. wah sekarang inget inget masa muda ya mbak,

    blogwalking pertama kali ya
    :D

    BalasHapus
  12. wah di ITB, aku blm pernah kesana, tapi para turis bule sudah :|

    BalasHapus
  13. seru memang kalau baca ceritanya bak mila! ditunggu bak untuk cerita selanjutnya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. ma kasih ^___^
      sukurlah klo ga garing hehehee

      Hapus
  14. emang sekarang umur berapa? masih muda juga kan. hehee

    BalasHapus
  15. Banyak kenangan tentu di situ ya...
    Kunjungan awal ni, salam kenal mbak

    BalasHapus
  16. tempat lu dulu ngerokok Mil? tempat lu dulu makan sama mantan? kok ga dibahas siiiihhh *kabur*

    BalasHapus
    Balasan
    1. baiklah, karena permintaan dari lu gw akan bikin kelanjutan cerita nostalgia jaman2 gw di bandung, jadi serial malahan hahahaa....

      Hapus
  17. Tujuh tahun lalu? Hmmm, jadi umurmu sekarang udah hampir kepala tiga lah ya? *nuduh*

    BalasHapus
    Balasan
    1. wuuuiiiih... jeung milo jago yaaa hitung2annya hahahaa

      Hapus
  18. Keren Mil konsepnya, wisata euyyy.... Gw balik ke kampus setelah hampir 10 tahun buat legalisir ijasah...dan terkaget2x melihat kampus fakultas tetangga sudah makin kinclong ada lift-nya segala dan.... paling kaget lagi: ada supermarket di dalam kampus...ckckck.... semenjak konsep BHMN diperkenalkan kayaknya kampus2xnegeri makin komersial deh...

    BalasHapus
  19. mm, asik ya ,, bisa pergi wisata kampus . jd pengen ,, :(

    BalasHapus
  20. seru ya , bisa wisara kampus ke luar negeri ..:)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...