Saya tidak merencanakan akan pergi ke Blue Mountain.
Anjuran dari Cipu dan Mba Andri ketika kita ngopi-ngopi di Darling Harbour, Sydney yang membuat saya memutuskan untuk pergi ke Blue Mountain. Tanpa tahu ada apa saja dan apa yang bisa dilakukan disana. Saya punya budget untuk masuk ke museum-museum di Sydney dan kebun binatang, itulah yang kemudian saya alihkan untuk budget perjalanan spontan ke Blue Mountain.
Saya berangkat sendiri, berpisah dengan Cipu di stasiun kereta. Cipu sudah ada janji sama kawannya yang lain di Sydney. Di loket pembelian tiket kereta Cipu memesankan tiket ke Blue Mountain untuk perjalanan pulang-pergi saya. Tiket sudah didapat, kemudian saya dan Cipu menuju papan pengumuman untuk melihat di peron berapa kereta yang akan berangkat ke Blue Mountain. Cukup lama saya dan cipu bingung mondar-mandir dari satu papan jadwal ke papan lain karena tidak ada tertera tujuan "Blue Mountain" dimana-mana. Cipu berinisiatif menanyakan ke mba-mba yang ada di kotak pengawas yang terletak di peron, mba-mbanya menjelaskan kalau mau ke Blue Mountain cari yang jurusan Katoomba - stasiun itu ada di Blue Mountain Line.
Saya makin khawatir. Dalam hati saya mulai menyesal kenapa gampang banget dipengaruhin dan dijerumuskan sama Cipu. Belom pergi aja udah nyasar-nyasar di stasiun karena ga tau mau ke stasiun apa.
Katoomba itu apa dan dimana, saya juga gak tahu. Pokoknya saya naik kereta, nanti kalau ada stasiun Katoomba saya akan turun. Mudah-mudahan sih saya gak nyasar, berhasil sampai di Blue Mountain dan sore harinya bisa kembali ke Sydney, dimana saya sudah janjian ketemuan lagi sama Cipu dan Mba Andri di Circular Quay.
Malam itu ada kejadian lucu ketika saya dan Cipu menginap di backpacker hostel. Kita berdua check-in di malam hari, diantarkan oleh mba resepsionis ke suatu kamar dormitory yang didalamnya terdapat 2 tempat tidur bertingkat. Masing-masing tempat tidur itu di bagian bawahnya sudah diisi - tampak dari tas yang terletak di sampingnya. Karena sudah letih akibat malam sebelumnya tidur ga bener di bus dan seharian keliling Sydney, saya dan cipu langsung tertidur.
Pagi harinya saya mendapati dua penghuni di tempat tidur bawah sudah tidak ada. Terus Cipu cerita, malem-malem dua penghuni itu -yang ternyata cewe dua-duanya, minta pindah karena mereka pesennya di dorm khusus cewe, tapi ternyata mba resepsionisnya menaruh cipu dikamar itu. Mereka gak terima. Dua cewe itu pun langsung minta pindah kamar. Yang jadi pertanyaan saya adalah, apakah dua cewe itu yang di taro di mixed dorm atau mba resepsionis di malam kita menginap yang salah mengira kalau cipu itu cewe juga. Entahlah. Saya dan Cipu gak ambil pusing, subuh-subuh kita udah check-out dari hostel itu.
Saya duduk manis dalam gerbong kereta yang kosong, memegang tiket saya dan terbaca apa yang sedari tadi harusnya saya baca: nama stasiun tujuan saya. Ternyata di tiket tertera tulisan stasiun yang harus saya tuju dengan huruf Bold: Katoomba. Kalau saja saya atau cipu baca tulisan itu lebih awal, ga perlu mondar-mandir ga jelas sebelum naik ke kereta.
Tidak lama sebelum kereta berangkat muncul sepasang turis (kelihatan dari pakaian & gayanya), yang perempuan menoleh ke saya sembari bertanya untuk memastikan mereka ada di kereta yang benar, "Blue Mountains?". Saya mengangkat bahu sambil tertawa, "I hope so." Sepasang turis itu pun tertawa dan mengambil tempat duduk satu deret di belakang saya.
Dari selipan tas daypack, saya mengambil selembar kertas rute kereta, menghafal nama stasiun sebelum stasiun Katoomba supaya gak kelewatan. Sepasang turis yang masuk belakangan ke kereta juga tampak melakukan hal yang sama. Stasiun demi stasiun terlewati, penumpang masuk dan keluar di tiap stasiun. Hingga tiba di stasiun Leura, satu stasiun sebelum tempat saya turun. Saya pun bersiap-siap mau turun, melirik ke bangku di belakang saya, ke sepasang turis amerika tadi. Walau hanya saling tatap-tatapan saya dan perempuan amerika itu seolah-olah saling memberi kode bahwa kita turun di stasiun berikutnya.
Kereta berhenti si stasiun Katoomba, saya turun dari kereta langsung mengikuti tanda panah ke arah keluar, sementara turis amerika yang turun kereta bareng saya pamit mau ke toilet dulu. Celingukan di depan gerbang stasiun Katomba, saya bener-bener ga tau mau ngapain.
...to be continued.
Anjuran dari Cipu dan Mba Andri ketika kita ngopi-ngopi di Darling Harbour, Sydney yang membuat saya memutuskan untuk pergi ke Blue Mountain. Tanpa tahu ada apa saja dan apa yang bisa dilakukan disana. Saya punya budget untuk masuk ke museum-museum di Sydney dan kebun binatang, itulah yang kemudian saya alihkan untuk budget perjalanan spontan ke Blue Mountain.
Saya berangkat sendiri, berpisah dengan Cipu di stasiun kereta. Cipu sudah ada janji sama kawannya yang lain di Sydney. Di loket pembelian tiket kereta Cipu memesankan tiket ke Blue Mountain untuk perjalanan pulang-pergi saya. Tiket sudah didapat, kemudian saya dan Cipu menuju papan pengumuman untuk melihat di peron berapa kereta yang akan berangkat ke Blue Mountain. Cukup lama saya dan cipu bingung mondar-mandir dari satu papan jadwal ke papan lain karena tidak ada tertera tujuan "Blue Mountain" dimana-mana. Cipu berinisiatif menanyakan ke mba-mba yang ada di kotak pengawas yang terletak di peron, mba-mbanya menjelaskan kalau mau ke Blue Mountain cari yang jurusan Katoomba - stasiun itu ada di Blue Mountain Line.
Saya makin khawatir. Dalam hati saya mulai menyesal kenapa gampang banget dipengaruhin dan dijerumuskan sama Cipu. Belom pergi aja udah nyasar-nyasar di stasiun karena ga tau mau ke stasiun apa.
Katoomba itu apa dan dimana, saya juga gak tahu. Pokoknya saya naik kereta, nanti kalau ada stasiun Katoomba saya akan turun. Mudah-mudahan sih saya gak nyasar, berhasil sampai di Blue Mountain dan sore harinya bisa kembali ke Sydney, dimana saya sudah janjian ketemuan lagi sama Cipu dan Mba Andri di Circular Quay.
Malam itu ada kejadian lucu ketika saya dan Cipu menginap di backpacker hostel. Kita berdua check-in di malam hari, diantarkan oleh mba resepsionis ke suatu kamar dormitory yang didalamnya terdapat 2 tempat tidur bertingkat. Masing-masing tempat tidur itu di bagian bawahnya sudah diisi - tampak dari tas yang terletak di sampingnya. Karena sudah letih akibat malam sebelumnya tidur ga bener di bus dan seharian keliling Sydney, saya dan cipu langsung tertidur.
Pagi harinya saya mendapati dua penghuni di tempat tidur bawah sudah tidak ada. Terus Cipu cerita, malem-malem dua penghuni itu -yang ternyata cewe dua-duanya, minta pindah karena mereka pesennya di dorm khusus cewe, tapi ternyata mba resepsionisnya menaruh cipu dikamar itu. Mereka gak terima. Dua cewe itu pun langsung minta pindah kamar. Yang jadi pertanyaan saya adalah, apakah dua cewe itu yang di taro di mixed dorm atau mba resepsionis di malam kita menginap yang salah mengira kalau cipu itu cewe juga. Entahlah. Saya dan Cipu gak ambil pusing, subuh-subuh kita udah check-out dari hostel itu.
Saya duduk manis dalam gerbong kereta yang kosong, memegang tiket saya dan terbaca apa yang sedari tadi harusnya saya baca: nama stasiun tujuan saya. Ternyata di tiket tertera tulisan stasiun yang harus saya tuju dengan huruf Bold: Katoomba. Kalau saja saya atau cipu baca tulisan itu lebih awal, ga perlu mondar-mandir ga jelas sebelum naik ke kereta.
Tidak lama sebelum kereta berangkat muncul sepasang turis (kelihatan dari pakaian & gayanya), yang perempuan menoleh ke saya sembari bertanya untuk memastikan mereka ada di kereta yang benar, "Blue Mountains?". Saya mengangkat bahu sambil tertawa, "I hope so." Sepasang turis itu pun tertawa dan mengambil tempat duduk satu deret di belakang saya.
Dari selipan tas daypack, saya mengambil selembar kertas rute kereta, menghafal nama stasiun sebelum stasiun Katoomba supaya gak kelewatan. Sepasang turis yang masuk belakangan ke kereta juga tampak melakukan hal yang sama. Stasiun demi stasiun terlewati, penumpang masuk dan keluar di tiap stasiun. Hingga tiba di stasiun Leura, satu stasiun sebelum tempat saya turun. Saya pun bersiap-siap mau turun, melirik ke bangku di belakang saya, ke sepasang turis amerika tadi. Walau hanya saling tatap-tatapan saya dan perempuan amerika itu seolah-olah saling memberi kode bahwa kita turun di stasiun berikutnya.
Kereta berhenti si stasiun Katoomba, saya turun dari kereta langsung mengikuti tanda panah ke arah keluar, sementara turis amerika yang turun kereta bareng saya pamit mau ke toilet dulu. Celingukan di depan gerbang stasiun Katomba, saya bener-bener ga tau mau ngapain.
...to be continued.
Baca cerita-ceritanya selalu seru Mba Mila. Kaya ngintip dunia lain yang saya ga pernah tahu. :D
BalasHapushah? dunia lain? kog jd ngeri ya? *merinding
Hapusheummm,,seru banget mbk,saya masih penasaran sama bentuk kamar dormitory hehe
BalasHapusitu loh kammar di hotel backpacker yang satu kamar tempat tidurnya banyak trus biasanya jenis tempat tidur bertingkat jd mirip di asrama gitu
Hapusseru perjalanannya mbak, sayang bersambung ya. ditunggukelanjutannya mbak. Aku belum pernah bertualang sendiri mbak :)
BalasHapusiya, mba kan enak kalo jalan2 ditemenin anak2 ama suami, klo aku sih sendiri aja hahahaa
HapusMungkin karena malem kali, mba nya ngiru Cipu perempuan :D
BalasHapusWahh.. Dinanti lanjutannya, penasaran jadinya jalannya bareng sma si turis us pa gmn..hehe
aku ga jalan bareng turis us itu, cuman sempet ngobrol2 dikit, katanya mereka juga pernah ke indonesia, malahan pergi ke tanah toraja pas lg upacara pemakaman gitu dan aku blom pernah -_____-"
Hapuspasti mbaknya ngira Cipu cewe.. pasti itu... wakakakakakaka
BalasHapushush. ngakaknya....
HapusSharing di sini bersama saya ya dan jangan meninggalkan spoiler :)
BalasHapusseru ceritanya, lebih seru lagi kalo ada fotonya mbak :)
BalasHapussalam kenal yaaa...
sengaja disini ga di taro foto hehehee
HapusWaaa...mendarat di blognya Mila langsung disuguhi sederet daftar cerita perjalanan...banyak banget!! Bikin ngiler abis. Telat amat ini ya gw baru tau lo banyak jalan dan nulis...banyak yang harus diintip ini mah, buat contekan...hehhe
BalasHapusaku udah taro alamat blog kamu di blogroll
Hapusngeri ni cewe, tripnya ke luar negeri mulu.. di indonesia juga banyak loh tempat yang menarik ..
BalasHapusyang indonesia lebih banyak kog :)
HapusAnyway, ini ceritanya sudah lama kejadiannya, atau memang Mbak memang tinggal di Australia selama ini?
BalasHapusini cerita udah lama , tapi aku kan ceritanya di seling2in sama yg lain2 spy ga bosen wkwkwkwkkk
Hapuskayaknya aku mesti request perjalanan yang cucok untuk keluarga deh hehehe... selalu suka cerita perjalananmu, mbak Mila darling...eh...foto-fotonya mana? :)
BalasHapusyang ini sengaja ga dikasih foto mba, spy misterius hihihii
HapusBaru hadir lagi di sini sudah baca petualangan yang seru nih, dan bersambung lagi nambah penasaran aja Mba.
BalasHapusSalam
Selalu ya punya keberanian yang hebat untuk melakukan perjalanan sendiri. Meski diliputi rasa cemas, toh pada akhirnya berangkat juga ke Kaatomba
BalasHapusya gitu deeeh :p
Hapus