Beberapa tahun yang lalu saya pernah datang ke salah satu pameran wisata di Indonesia, ada dua brosur yang saya ambil dan sampai di rumah di tempel di cermin meja rias - Pulau Komodo dan Trekking Rinjani. Setiap hari kalau saya berkaca di meja rias pasti tampak dua brosur itu, menanti saat-saat direalisasikan.
Dua tahun berlalu sejak pertama kali saya menempelkan dua brosur itu. Tahun lalu saya telah berhasil mengunjungi Pulau Komodo dan foto bareng sama komodo-komodo disana. Lepaslah satu brosur yang tertempel di cermin itu.
Tahun ini akhirnya saya punya keberanian untuk pergi ke Rinjani. Kalau bukan karena baca postingan blog Rini dan mupeng denger cerita dari orangnya tentang betapa indahnya disana mungkin hingga sekarang keberanian saya untuk menjejakan kaki di gunung berapi yang terletak di pulau Lombok itu belum akan terkumpul.
Saya kesana-kemari mencari partner untuk diajak ke Rinjani tapi tidak ada yang mau, akhirnya saya putuskan bergabung dengan salah satu operator tur Trekking Rinjani. Setelah melalui proses pencarian dan seleksi akhirnya pilihan saya jatuh ke Rudy Trekking. E-mail yang saya kirim pun segera dibalas, saya akan berangkat bersama sepasang turis asing dengan paket 3 hari 2 malam. "Tapi mba yakin bisa ikutin jalannya orang bule? mereka jalannya cepat loh," kata Mas Antok dari Rudy Trekker. Mendengar itu sebenernya saya makin berasa gamang dan galau.
Pagit juga malah bikin nyali makin ciut. Katanya dia pernah baca blog cowo yang katanya sampe mau nangis di Bukit Penyesalan karena medannya yang sangat berat. Saat itu saya benar-benar tidak terbayang bakalan seperti apa dan sengaja tidak terlalu banyak riset tentang kondisi disana. Biarlah semua menjadi kejutan manis untuk saya.
Satu hal yang saya khawatirkan adalah soal kedinginan. Karena konon menurut Mas Antok cuaca di atas bisa sampai 3 - 4 der C. Berbekal pinjaman jaket dari Cipu dan membeli sepasang thermal underwear baru, saya berharap bekal tersebut akan cukup untuk menghalau dingin. O iya, karena saya tidak punya backpack kecil jadi saya pinjam carrier 20 L punya Cipu juga. Tadinya saya mau beli sepatu khusus trekking, tapi selain karena susah cari ukuran kaki saya yang imut-imut ini, harganya juga mahal, jadi saya putuskan akan pakai sepatu lari saja.
Jujur, sebenarnya dalam hati saya takut banget. Takut ga mampu secara fisik. Apalagi pergi sendiri, ga ada yang dikenal, ga ada yang saling support dan menguatkan mental. Tapi tekad saya sudah bulat. Saya tetap akan menginjakan kaki di Rinjani. Bismillah.
Tanggal 25 Oktober, jam 4 sore saya dijemput oleh perwakilan dari Rudy Trekker di Happy Cafe - Senggigi. Namanya Mas Wawan. Ternyata selain saya ada satu orang cewe bule yang dijemput juga di Hotel Sendok, namanya Alix.
Disambut pake papan nama.. co cwiit :') |
Alix yang bapaknya orang Prancis dan ibunya Inggris ternyata menghabiskan masa remaja hingga lulus SMA di Afrika, jadi udah biasa banget trekking-trekking ke gunung walaupun katanya belum pernah ke Volcano yang besar. Kemudian dua partner naik gunung saya adalah sepasang suami istri yang pekerjaannya guru olahraga di Inggris. Tantangan tambahan untuk saya adalah karena Alix harus mengejar kapal ke Bali jam 3 di hari ke 3 maka kami semua harus sudah kembali ke Senaru sebelum pukul 1 siang.
Saya harus menyelesaikan rute Sembalun - Plawangan Sembalun - Summit - Segara Anak - Plawangan Senaru - Senaru dalam waktu 2.5 hari / 2 malam saja!
Menurut Pak Rudy, pemilik perusahaan trekking nya, kalau orang lokal anak kota-an (kayak saya begini...ehm) standarnya 4 hari 3 malam. Kalau orang yang fit dan kebanyakan orang bule standarnya bisa 3 hari 2 malam. Mendengar itu saya sudah merelakan tak apalah kalau tidak sampai puncak, tapi guide kami Mas Anto yang punya nama artis Antonio bilang, "Yang penting coba dulu, nanti ditemani porter, kalau tidak kuat boleh turun duluan di tengah jalan"
Baiklah.
Harga paket saya termasuk menginap semalam di penginapan yang terletak di Senaru. Penginapan yang dimiliki oleh pria Jerman yang sudah menetap lama di Lombok itu bagus banget, dengan tembok kombinasi bata merah dan anyaman bambu serta tempat tidur berkelambu. Malamnya saya mandi air hangat dan makan malam crackers + kornet di dalam kelambu, kemudian tidur cepat di iringi alunan bunyi jangkrik dan tokek yang bersahut-sahutan.
Wah gak sabar baca cerita trekkingnya..
BalasHapuscerita treking nya udah rilis ituuuh :))
HapusIdiiiihh gantung ceritanyaaaa.....
BalasHapushihihii kalo ditulis langsung semuanya kepanjangan, capek gw *pemalas :))
Hapuslaahh udah siap2 baca la kok bersambung :P
BalasHapushahahaa iyaa.. tapi sambungannya udah ada tuh :p
HapusOke kau gw nobatkan sebagai MANUSIA PALING MENYEBALKAN dimuka bumi.
BalasHapusmenyebalkan tapi ngangenin kan? wkwkwkwkwk
Hapusfoto foto hotelnya dong
BalasHapuspenasaran.
hotelnya bagus kayak ecolodge gitu. tapi kalo malem berisik sama suara jangkrik hahaha
HapusMil.. Tanggung Mil..haha :D Menanti lanjutannya.. :D
BalasHapushahahaa.. itu udah ada sambungannya py
Hapusaku belum pernah di sambut pakai papan nama gitu loh mbak :-D
BalasHapusaku juga baru kali pertama ini, mba hahaha
HapusNeng kebelet??!! Cerita nanggung kiye
BalasHapushahahaa.. kan spy bikin penasaran bel
HapusTerusssssss???!!!!! Mana lanjutannya ini kak? :))
BalasHapus*sabarnunggukelanjutanceritanya*
BalasHapusrinjani kabarnya banyak saiton nya ya motel2nya heheheh
BalasHapussetau aku kalo di hutan senaru memang ada mahluk yang katanya suka makan manusia yang jalan malem2 disitu. untungnya pas tidur sendiri di kamar ga ada yg gangguin aku hahahaa
Hapuswaah, Mila sudah melaksanakan rukun ke lima bagi orang sasak: naik rinjani bagi yang mampu
BalasHapusceritanya nggantung nih
hahaha.. rukun ke 1-4 nya apa?
HapusPenyambutannya hangat banget ya, Mbak.
BalasHapusKeren udah sampai Rinjani. :)
iya, semua personel ruddy trekker nya juga ramah2
Hapussip bang infonya
BalasHapuslaahh udah siap2 baca la kok bersambung :P
BalasHapusditunggu deh....
obat herbal untuk menyembuhkan azoospermia bisa anda coba, karena banyak yang sudah membuktikan, banyak juga yang berhasil
new Amoorea, Sabun Muka yang Bagus untuk pria berminyak