Minggu, 25 Januari 2015

Bumbangku Beach Cottage Lombok

Mungkin ini yang namanya panggilan hati.

Beberapa hari sebelum keberangkatan saya, chacha dan pagit ke Lombok, kami melakukan pertemuan untuk menentukan itinerary selama seminggu. Yang sudah pasti adalah selama 3 hari saya akan berpisah dengan chacha dan pagit. Kami tinggal menentukan apa yang akan kami lakukan disisa hari yang akan kami lewatkan bersama. 

Hmm.. sebenarnya kalau mau dibilang itinerary terlalu keren sih. Di hari sabtu yang cerah kami bertiga berkumpul di suatu cafe mungil di Jl. Gunawarman yang memiliki kecepatan free-wi fi yang bagus, sayangnya sekarang tempat itu sudah tutup, mungkin bangkrut. Yang kami lakukan lebih tepatnya adalah browsing tempat-tempat menarik yang mungkin kalau sempat akan kami datangi dan booking penginapan. 

Secara random kami membuka website booking hotel dan memilih lokasi yang bukan merupakan tujuan utama turis lokal yang mau ke Lombok. Itu membuat Senggigi, Gili T, Gili Nemo dan Gili air dicoret dari daftar. Menyisakan lokasi penginapan di daerah Lombok Selatan. Akhirnya kami sepakat tujuan perjalanan pencarian innerpeace kali ini akan berlokasi di sekitar Tanjung Aan. 

Dari web booking hotel itu ada dua resort yang menarik minat kami, yang satu resort bintang lima dan satu lagi resort yang dari fotonya mirip dengan resort bintang lima itu tapi dengan harga sepertiganya. Resortnya berupa rumah panggung dari bambu dengan atap yang terbuat dari alang-alang kering. Melihat namanya yang eksotis saya langsung merasakan ada semacam panggilan dari dalam hati bagaikan magnet yang langsung menarik jiwa saya untuk kesana : Bumbangku.

Bahkan dengan melafalkannya rasanya seperti sedang menyanyikan suatu nada eksotis : Bum bang ku bum bang ku bum bang ku.

Tiba di Bandara Internasional Lombok kami menunggu dan mencari jemputan dari Bumbangku, tapi ternyata tidak ada yang menjemput padahal sehari sebelum berangkat chacha sudah menelpon untuk memastikan ada yang menjemput kami di bandara. Ketika di telpon ternyata pihak cottage lupa mengirim orang untuk menjemput kami. Tak lama datang seorang pria yang mengaku kakak sepupu dari resepsionis Bumbangku yang ditugaskan menjemput kami. Kakak sepupu resepsionis itu kebetulan punya usaha rental mobil untuk turis dan kebetulan sedang mangkal di airport. 

Jalan menuju cottage sepi sekali tapi aspalnya mulus mengkilat. Hampir mendekati ujung dari jalan aspal itu, sekitar 20-30 menit kami tiba di tujuan. Tau kan biasanya kalau kita melihat foto sesuatu di internet terus lihat aslinya dan ternyata tidak seindah fotonya? Di Bumbangku tidak begitu. Aslinya bahkan lebih indah dari fotonya. Kami tiba pas siang hari saat udara cerah, langit berwarna biru muda, laut berwarna biru kehijauan berkilauan, pasir berwarna putih.

Di hari itu kami bertiga adalah tamu satu-satunya. Kami dapat tempat di cottage bambu paling depan. Seluruh bangunannya terbuat dari bambu. Di dalamnya sangat sederhana, tidak ada meja dan kursi, hanya ada 3 buah kasur di letakkan di lantainya yang dilapisi tikar bambu dan sebuah lemari cabinet kecil setinggi dada. Kamar mandi nya outdoor. Bahkan kunci pintu nya saja kalau dari dalam menggunakan palang pintu yang di sematkan. Kalau dari luar pakai gembok. Di langit-langit tampak sebuah kipas dan lampu yang menggantung. 

Saya suka sekali. 




Kami sengaja pilih kamar standar yang tidak pakai AC karena kamar yang pakai AC tidak terbuat dari bambu. Padahal kami kepingin merasakan sensasi eksotis tidur di tempat yang gak konvensional. Surprisingly, karena ga pakai AC kami pikir malam hari bakal gerah, tapi ternyata kami bertiga tidur kedinginan di dalam kamar bambu itu.

Kami makan siang di pinggir pantai, Nasi Balap Puyung yang kami take-away dari restoran di seberang bandara. Malam hari pintu kamar kami di ketok oleh staff cottage yang menanyakan apakah kami mau pesan makan malam atau tidak karena dia belum lihat kami makan malam padahal kami sudah makan mi instan seduh. Sebelum ke cottage kami juga sudah mempersiapkan diri membawa mi instan seduh karena kami pikir kalau pesan makan dari hotel harganya mahal. Ternyata tidak juga. Di Bumbangku harga makanan yang di jual di cottage nya buat saya wajar banget. 

Keesokan harinya ketika sarapan saya makan pancake yang enak banget, lembut dan fluffy. Saya berkali-kali bereksperimen bikin pancake sendiri di rumah tapi ga pernah sekalipun bisa mencapai tekstur pancake yang seperti itu. Kopi lombok juga enak banget, smooth dan tidak asam. Saya suka banget kopi yang tidak asam. Sarapan kali itu buat saya sungguh membahagiakan, sebagian karena makanannya enak dan sebagian lagi karena sarapannya setelah menyaksikan matahari terbit yang sempurna seperti di gambar-gambar anak SD. 


Dini hari kami bertiga bangun dan jalan menyusuri pantai di depan cottage. Di sebelah kiri cottage ada bukit batu yang kalau air laut surut ada gua-gua kecil yang bisa kita masuki. Tapi gua-gua itu tertutup air ketika pasang. Di hari pertama kita di Bumbangku, sore hari kami main-main di pantai yang ada gua itu. Di sebelah kanan cottage ada desa nelayan, di depannya ada pasir membentang yang bisa dilalui ketika air surut, dengan berjalan kaki melintasi itu kita bisa sampai di seberang teluk. Ketika air laut pasang hamparan pasir itu akan tergenang oleh air laut, kalau mau menyebrang teluk harus pakai perahu atau boat. Di seberang teluk ada bukit yang menurut staff hotel kalau mendekati musim hujan banyak kupu-kupu. Dan dibalik bukit itu ada pantai yang banyak digunakan untuk berselancar. 

Kami berjalan sampai di bukit kupu-kupu. Di depan bukit kupu-kupu ada hutan bakau, di antara akar-akar bakau banyak ibu-ibu dari desa nelayan yang menunduk-nunduk membawa tas dari rotan dan jala, sedang mencari-cari sesuatu. Mungkin mencari ikan-ikan yang berenang ke situ ketika arus pasang dan terjebak di rongga akar bakau ketika air surut. Saat itulah saya ikut menunduk-nunduk tapi alih-alih melihat ikan saya malah melihat pasir di situ bertekstur beda dari pasir pada umumnya. Lebih kasar dan lebih bulat seperti bearing roda di mesin mobil yang super kecil. Mungkin ini yang dinamakan orang-orang pasir merica.





Kami kembali ke cottage ketika perut mulai lapar dan air laut mulai tampak akan pasang.

Seharian kami bertiga hanya tidur-tiduran di gazeboo yang memandang lurus ke pantai. Mendengarkan musik sambil membaca buku dibuai angin sepoi-sepoi. Ketika lapar kami memesan makan siang dari restoran cottage yang diantar langsung ke gazeboo kami. Hari itu diawali dengan sunrise yang sempurna dan diakhiri dengan sunset yang juga sempurna. 

La Dolce Vita. 

Ultimate Innerpeace.



Coba kalo waktu itu sudah ada ukulele.... 

42 komentar:

  1. Kayanya seru banget tuh tidur di kamar bambu, hihihi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaa seru.. jd pengen punya kamar bambu di rumah hahaaa

      Hapus
  2. gak usah pancake deh, makan apapun kl view nya kek gitu pasti enak aja kali ya Mil :)

    BalasHapus
  3. View nya kece Mil.. Jadi ngebayangin lagi leyeh2 dgn view kayak gitu.. Uhukk :D

    BalasHapus
  4. ah subhanallah indah.. mungkin daerah pantai anginnya gede. jd walopun ga ada AC, tetep aja dinginnn.. >_<

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, angin malemnya gede dan emang dingin rasanya

      Hapus
  5. kayaknya seru banget ya mbak,,beach cottagenya indah banget :)

    BalasHapus
  6. aah naksiiiir beraaaat!!! pengen kesiniiii...

    BalasHapus
  7. Balasan
    1. saos sambelnya dateng belakangan wkwkwkk

      Hapus
  8. oh jeng Mila... hidupmu sungguh membuatku iri berat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah jeng elsa jugaaak,, kan bnyk ke luar negeri, aku mah disini2 aja hahahaa

      Hapus
  9. Foto Foto cantiknya bikin kangen kampung halaman

    BalasHapus
  10. Totally innerpeace ya mil :)

    BalasHapus
  11. Jadi kangen lombok nich :-(

    BalasHapus
  12. aahh indahnya hidup klo tiap hari bisa leyeh2 depan pantai gt ya mbakkk

    BalasHapus
  13. yang paling saya suka adalah foto pasir yang ditangan tuh kereeeen tekstur pasirnyaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, itu namanya pasir merica khas lombok

      Hapus
  14. ohhhhh.. lombok memang selalu ngangenin ya!
    kapan liburaaaaan *sambil lirik tumpukan kertas diatas meja* eww.

    BalasHapus
    Balasan
    1. samaaa disini juga udah lama ga liburan *banting tumpukan kerjaan

      Hapus
  15. Widih, seharian malas2an, baca buku novel, sambil ditemani deburan ombak. Melewati hari dengan bertemu sunrise dan sunset. Wuih, istimewa sekali liburanmu ke Lombok, Mil. Top dah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kadang kita jg perlu liburan yang ga terlalu aktif kesana kemari ya hahahaa

      Hapus
  16. Keren tempatnya.
    Tidur di rumah bambu itu pasti rasa dan suasananya beda banget. Rasa alami yang dirasakan enak banget kayaknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, jadi pengen bikin kamar dari bambu gitu, keren kali ya? hehee

      Hapus
  17. Enak banget jadi pengunjung satu satunya yang ada di tempat itu, Pasti ber 3 diistimewakan banget tuh sama pihak Resortnya...Nuansa tempatnya masih alami..gak salah memilih lokasi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. staf resortnya jg ramah2 dan helpful banget

      Hapus
  18. Tempat-tempat seperti itu adalah tipikal yang bikin lupa waktu. Rasanya baru sebentar, tahunya sudah seminggu saja waktu habis bermain-main di sana. :)

    BalasHapus
  19. aduh mbak enaknya hiduk kamu mbak, bisa traveling kesana kemari

    BalasHapus
  20. Hai mba, mau tanya, kalau dari bandara internasional lombok ke bumbangku berapa lama perjalanannya ya? Terus bagaimana kondisi jalannya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya waktu itu minta dijemput sama hotel, ada biaya tambahan sih.
      waktu perjalanan dari bandara 30 - 40 menit, jalannya bagus banget, mulus, baru di aspal.

      Hapus
    2. Makasih ya mba infonya...
      Kalau jalanannya bagus, berarti nggak ada halangan buat sampe ke sana :)

      Hapus
    3. Makasih ya mba infonya...
      Kalau jalanannya bagus, berarti nggak ada halangan buat sampe ke sana :)

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...