Selasa, 07 Juni 2016

Lari di Taman Hutan Raya Djuanda Dago

Setelah usaha pertama kali untuk lari di Taman Hutan Raya Dago ini gagal karena digagalkan oleh hujan badai, usaha kedua kali cukup sukses. 

Cerita usaha yang pertama kali dulu. Mengikuti ambisi kami untuk mencoba rute-rute baru dan menantang untuk kegiatan lari-lari lucu, saya bersama nico dan grace pergi ke Bandung untuk mencoba lari di Taman Hutan Raya Dago. Kebetulan paginya kami ada urusan pekerjaan di Bandung, jadi sorenya direncanakan untuk lanjut olahraga di Dago. Persiapan sudah maksimal. Kami akan lari dari Dago sampai ke air terjun Maribaya Lembang mengikuti trek Tahura.

Sebenarnya Tahura Djuanda Dago bukan hal asing buat saya. Waktu kuliah di Bandung saya pernah kontrak rumah di daerah Dago Atas dan kalau hari minggu pagi sering jalan kaki ke Tahura. Dari dulu disitu memang sudah banyak orang olahraga. Tapi kalau jalan dari Dago sampai Maribaya Lembang, saya baru satu kali melakukannya bareng sama kawan-kawan kuliah saya. Waktu itu rasanya super jauh, jaraknya seperti infinity and beyond. Setiap ketemu orang dari arah berlawanan pasti selalu tanya: masih jauh ga air terjunnya? masih jauh ga? masih? 

Pada akhirnya kami sampai ke air terjun Maribaya yang konon katanya mirip air terjun niagara di amerika, ya saya sih percaya aja, lah wong belom pernah ke amerika. Pulang dari air terjun saya dan kawan-kawan charter angkot Lembang yang kotak warna kekuningan, kami waktu itu ber-20 masuk didalam satu mobil angkot, sampai ada yang duduk di lantai angkot karena ga kebagian kursi, barengan sama ban serep. 

Urusan kerjaan saya, nico dan grace sudah selesai siang-siang, setelah makan siang kami putuskan akan nunggu sore langsung di Dago. Kebetulan dari hasil browsing internet ada cafe asik yang berada di dalam kawasan Tahura. Jadi bisa ngopi-ngopi dibawah naungan pepohonan. Cuaca saat itu memang sudah tampak sedikit mendung, tapi kami tetap optimis. Tepat ketika memasuki parkiran Tahura hujan turun rintik-rintik. Hujan semakin deras diikuti angin kencang dan petir bersahutan ketika kami sedang duduk  manis menanti pesanan kopi dan pisang goreng. 

Angan-angan ngopi cantik sambil foto-foto dengan latar pepohonan buyar diganti oleh ngopi dibawah kanopi diantara tetesan air hujan yang masuk dari celah kanopi, berdesakan ditempat yang lumayan kering bersama pengunjung lain, sambil minum kopi yang campur-campur dikit sama percikan air hujan. Tapi kami tetap optimis, hujan akan reda, dan kami akan lari.




Hujan baru reda ketika sudah sore banget, sekitar jam setengah 5. Itu pun tidak berhenti total, masih ada rintik-rintik. Gak jadi lari, kami tetap memutuskan mau jalan untuk survei trek larinya. Di papan penunjuk ada keterangan air terjun Maribaya hanya berjarak 5km, kami jalan mengikuti arah penunjuk itu hingga lewat di depan Goa Belanda. Goa buatan Belanda jaman sebelum kemerdekaan ini pernah jadi lokasi uji nyali, waktu itu yg di uji melambaikan tangan ke hadapan kamera setelah beberapa jam ditinggal di dalam goa itu.

Jalan setapak di belakang Goa Belanda tergenang air sehingga kami jalan becek-becekan. Grace saat itu pakai sepatu sandal terbuat dari karet yang ada haknya, karena itu Grace jalan pelan banget karena licin. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang, saya mengajak Grace untuk lepas sepatu dan menjalani sisa perjalanan tanpa alas kaki alias nyeker.

Kesempatan untuk lari di Tahura Dago datang saat saya mengantar adik dan kawan-kawannya ke Bandung. Kami menginap di Wisma Joglo di daerah Dago yang dekat banget sama Tahura. Walaupun sore hari hingga malam waktu kami datang hujan deras tapi paginya cuaca cerah. Saya sampai di Tahura jam setengah 7, masih sepi. Saya lari mengikuti trek hingga sampai di air terjun Maribaya kemudian balik lagi. 

Saya sengaja mematikan musik yang biasa saya pasang kalau lagi lari, sebagai gantinya saya bisa dengar suara burung, gemericik air sungai yang mengalir sepanjang trek menuju Maribaya, suara gemerisik dedaunan yang tertiup angin. Udara yang saya hirup sangat ringan dan segar, ketika lewat di deretan warung-warung jagung bakar saya bisa menghirup aroma kayu yang baru dibakar di tungku. 

GPS hanya saya nyalakan di jalan pergi ke air terjun, waktu pulang tidak saya nyalakan lagi. Sempat belok ke penunjuk arah batu dayang sumbi, tapi jalurnya tidak jelas, saya malah ketemu jalan buntu yang ujungnya jurang. Kemudian saya balik lagi ke jalur utama dan belok ke arah penangkaran rusa. Untuk ke penangkaran rusa melewati semacam bendungan kecil kemudian sampai di satu kandang besar yang berisi banyak rusa.

Dari Tahura sampai Maribaya

Penangkaran Rusa
Saya makin merasa kondisi fisik saya sekarang jauh lebih baik daripada waktu jaman kuliah. Beberapa tahun lalu saya mana kuat lari lebih dari 2 km. Jalan kaki aja di trek menanjak seperti di Tahura ini pasti sudah ngap-ngapan. Sekarang saya bisa lari nyaris sepanjang trek kecuali di tanjakan yang parah tinggi banget, pulangnya masih bisa lari lagi walaupun cenderung lebih mudah karena banyak turunannya. 

Boleh dibilang ini hasil dari olah raga teratur dan perubahan gaya hidup terutama makanan. Klise sih kesannya kalo ngomong begini, walaupun easy to say tapi pas melaksanakannya permulaan berat banget. Sekarang sudah jadi kebiasaan, jadi sudah otomatis melakukannya, tidak ada beban sama sekali. Yang signifikan banget dari perkembangan ini adalah sudah 3 tahun lebih saya ga pernah sakit, bahkan sakit flu aja gak pernah lagi padahal dulu sering banget.

17 komentar:

  1. Its been a long time since the last time I run

    Perut dan paha saya menjadi besar sekarang hahahaha XD

    Menyenangkan sekali kedengarannya
    Saya jadi ingin sekali mengunjungi penangkaran rusa di sanaaa ^^

    BalasHapus
  2. Karen....
    Semoga gaya hidup sehat nya nular ke saya Juha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh typo nih... Maksudnya keren...

      Hapus
    2. Lebih keren yang tanding sepak bola sampe ke jepang sih

      Hapus
  3. saya dari tahun 2000 sudah pengen ke daerah wisata lembang, sekitar hutan djuanda dago juga gak ya? sayang banget sampai detik ini belum kesampaian. pas lihat lihat foto foto bikinanmu dari sauasana daerah wisata disini, kok jadi makin ngiler aja ya prasaan pengen banget kesana. haha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau naik mobil agak muter bisa dari dago juga, tapi kalau dari arah jakarta lewat tol pasteur lgs aja ke arah lembang, lbh deket

      Hapus
  4. bandung emang keren soal taman
    sayang pengelolanya belum kepikiran bikin smoking area kaya di batu malang biar tenang ngelepas anak anak bermain

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu hutan lindung sih sbnrnya bukan taman, sbnrnya ada smoking area sih, tapi biasa orang2 suka males kan

      Hapus
  5. Mil, itu ditengah2 postingan ada iklan. Adsense atau sponsor lain? *lost focus lalu kepo

    BalasHapus
    Balasan
    1. agoda mba, tapi aku blm nemu format yang pas hahahaa.. masih mencari jati dirinya

      Hapus
  6. segar banget ya lari di taman hutan raya djuanda, kelihatan segar dan nyaman.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...