Yak, itulah yang terjadi pada saya ketika bergabung dalam salah satu tur package di Phuket. Saat itu rombongan tur di dominasi oleh orang-orang dari Rusia, sekitar 80% nya lah. Sisa nya terdiri dari turis-turis Jepang, 3 cewek manis asal New Zealand dan tentu nya 3 alay keren dari kepulauan Indonesia.
Seharian itu cuaca mendung menyelimuti langit. Hujan masih rintik-rintik tipis ketika 3 alay di jemput di Rattana Mansion Hotel di Phuket Town menuju dermaga dimana kita akan naik kapal untuk memulai tur kita. Rupanya hari itu memang kita kurang beruntung karena hujan nyaris tidak berhenti turun dari langit. Silih berganti dari mulai hujan rintik yang hanya seperti tetesan air embun terbawa angin hingga hujan yang deras disertai angin kencang.
Salah satu kegiatan yang termasuk ke dalam paket itu adalah naik canoe untuk melihat dari dekat batu-batuan cantik yang terletak di situ. Hujan rintik-rintik ketika tour guide kita - Jack, memberi tahukan supaya kita bersiap-siap untuk bergantian naik keatas canoe. Tiap canoe bisa diisi 2 hingga 3 orang, tidak termasuk pendayung nya satu orang yang duduk paling belakang. Pendayung nya itu disediakan sama tur nya, supaya kita ga perlu capek-capek dayung sendiri gitu.
Waktu itu saya males banget sebenarnya karena hujan dan udaranya dingin banget, lagipula dua hari sebelum nya juga saya sudah main canoe di Krabi. Si cewek-cewek New Zealand itu juga keliatan rada males-males-an. Saya pun dengan semangat tambah ngompor-ngomporin mereka kalau ga usah turun aja. Maksudnya supaya nemenin saya gitu. hehehee....
Emang dasar saya nya yang labil, ketika rombongan perahu karet berwarna-warni ngejreng mulai mendekati kapal, saya pun tergoda. Ketika orang-orang lain masih pada ribet sama life jacket, saya malah menggiring 2 alay lain nya - Chacha & Joko, untuk duluan lompat ke dalam salah satu perahu karet.
Saya sudah siap-siap menuruni tangga kapal ketika ada jari-jari lembut menyentuh punggung saya. Ketika menoleh saya mendapati seorang ibu-ibu manis sedang berusaha mengajak bicara. Dengan bahasa kalbu, saya pun akhirnya mengerti bahwa maksud nya dia adalah cari temen buat naik canoe itu karena suami nya memutuskan untuk stay di kapal sementara si Mama Rusia semangat pengen nyobain naik perahu karet itu.
Dengan berat hati saya pun terpaksa berpisah dengan 2 alay lain nya demi menemani Mama Rusia yang imut dan lemah lembut itu. Di canoe saya tetap berusaha menjalin komunikasi dengan Mama Rusia walaupun saya bicara dengan bahasa Inggris dan beliau tetap dengan bahasa Rusia nya yang terdengar seperti konsonan semua di telinga saya.
Melewati batu yang menyerupai anjing, saya berusaha menjelaskan dengan gonggongan.. guk guk guk. Melewati batu yang menyerupai kambing, saya menunjuk-nunjuk dan mengeluarkan suara mengembik.. embeeek...embeekk.. Mama Rusia mengangguk-angguk sembari tertawa menandakan kalau dia mengerti (atau mungkin juga dia menganggap saya gila). Melewati batu berbentuk seperti ular kobra, saya pun mendesis... tssss tssss...
Sampailah kita ke batu besar yang menyerupai gajah. Pendayung kita berteriak Chang! Chang! Chang itu adalah bahasa Thailand nya Gajah. Ketika saya akan menjelaskan ke Mama Rusia, saya pun tersentak, tiba-tiba sekujur tubuh saya terasa dingin, lidah saya kelu, saya baru tersadar kalau saya tidak tahu suara gajah itu seperti apaaaaaa...... *panik *nyelem
Di daerah yang agak dangkal, si pendayung tiba-tiba merogoh ke bawah kapal dan mengambil segenggam lumpur. "Kim !" katanya. Kemudian dia membalur-balurkan lumpur itu ke tangan nya. Mungkin Kim itu semacam lumpur buat kecantikan gitu yah.. entahlah saya sudah pusing karena didalam perahu karet yang sekecil itu sudah terdapat terlalu banyak bahasa.... Bahasa Rusia, bahasa Thailand, bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bahasa anjing, bahasa kambing....... bahasa putri duyung kesetrum.
Ketika saya menoleh ke belakang saya - ke Mama Rusia, saya terpekik melihat muka nya si Mama sudah belepotan lumpur. Dia pun berbicara pake bahasa nya yang kalau saya khidmati dengan bahasa kalbu itu semacam menjelaskan tentang lumpur yang membuat cantik dan awet muda. Si Mama pun mulai membalur-balurkan si "Kim" itu ke tangan saya.
Perjalanan pun dilanjutkan kembali dengan kapal, menuju spot canoeing yang kedua. Memasuki goa-goa stalaktit dan stalagmit kemudian masuk ke dalam Lagoon. Hujan sudah berhenti dan cuaca agak cerah.Saya sudah menunggu Mama Rusia di tepi kapal untuk segera melompat ke perahu karet merah kita. Pendayung kita sudah melambai-lambai kan tangannya sedemikian sehingga lipatan-lipatan lemak di sekitar perutnya yang tambun bergetar-getar. *tolong jangan dibayangkan*
Ternyata Papa Rusia yang raksasa memutuskan untuk ikut serta kali ini. Mungkin mendengar cerita si Mama Rusia tentang betapa serunya satu perahu karet dengan seorang cewek yang bisa bahasa-bahasa binatang (kecuali bahasa gajah). Papa Rusia melompat duluan ke dalam perahu karet. Sebelum Mama Rusia menyusul naik ke canoe, sempat-sempat nya si Mama menyuruh saya membuka kaos saya dan pake bikini doang kayak dia gitu, soalnya kalo kaosnya basah nanti saya kedinginan. Perhatian banget kan dia.....Si Mamah menjelaskan itu semua dengan bahasa Rusia, dan saya memahaminya dengan bahasa kalbu. Saya hanya menggeleng.
Akhirnya di dalam perahu itu seperti satu keluarga terdiri dari Papa-nya, Mama-nya dan anak nya yang kelamaan kejemur di matahari sampai kegosongan. Dari perahu karet lain si Chacha & si Joko berteriak, "kaaaaak... lu sekarang punya Mama Papa baru yaaaaa?". Oh Tuhan, saya merasa telah men-selingkuhi Mama & Papa Said, maafkanlah saya.
Saya, Mama Rusia & Papa Rusia |
Closer look |
Kegiatan terakhir dari tur ini adalah acara bebaaasss.... bebas berenang di laut, bebas maen canoe... pokoknya bebaaasss.. Saya pun berenang-renang dengan riang gembira sampai akhir nya tiba-tiba hujan deras turun. Jack memberi komando agar kita semua segera naik ke kapal. Hujan pun semakin deras, angin semakin kencang dan dingin karena sudah sore.
Di atas kapal saya menggigil kedinginan karena baju saya basah kuyup dan hanya menggunakan handuk kecil. Tiba-tiba Mama Rusia datang membawakan saya handuk besaaaar yang keriiiing dan hangaaaat.... So sweeeeeet banget kaaaaan.... dari belakang si Joko dan si Chacha mulai menggoda... "cieeeeee.... yang punya Mama baru... cieeeee"
Walaupun hanya setengah hari saya habiskan bersama Mama Rusia saya itu, tapi kenangan indah kita berdua akan selalu saya kenang. Bahkan foto saya berdua dengan si Mama saya pajang di meja kantor saya loooooh... ah ternyata kasih sayang ibu itu tidak mengenal bangsa dan bahasa yang berbeda.
Kenangan bersama Mama Rusia, tersemat di atas meja kerja saya |