Selasa, 07 Februari 2012

Turis Gaul

If you reject the food, ignore the customs, fear the religion and avoid the people, you might better stay at home. - James A. Michener

Di semua perjalanan traveling saya, baik itu dalam rangka bisnis maupun dalam rangka leisure, saya selalu berusaha mencari keunikan dan ciri khas dari daerah yang saya kunjungi. Mulai dari hal simpel seperti mencoba makanan lokal sampai kadang juga pengen tau kebiasaan orang lokal yang aneh-aneh (buat saya).

Kalau ada peribahasa "never talk to stranger", hal itu susah banget saya jalanin. Secara saya ini orangnya suka ngobrol dan kepo abis, apalagi kalau nemu orang yang saya anggap unik. Dulu waktu saya masih kuliah, di kampus saya ada orang gila yang suka keliling-keliling di kampus, namanya Donna. Pokoknya tu orang gila terkenal banget (gilanya). Kalau kebetulan saya lagi nongkrong di kampus, si Donna ini suka  nyamperin saya karena selalu saya ajak ngobrol. 

Ga nyambung juga sih, secara dia orang gila. Dan kemungkinan besar orang yang liat mungkin menganggap saya ini juga gila karena bergaul sama orang gila. Bahkan waktu saya ga sengaja papasan sama Dona di luar area kampus, dia ternyata masih ngenalin saya loh.... ga percaya? tanya saja sama saksi hidup nya si Chacha, adik saya.

Kebiasaan cepet nyambung kalau ngobrol sama orang (yang waras juga loooh) ini terbawa waktu saya traveling. Sering kog saya posting di blog ini mengenai orang-orang unik yang saya temui di perjalanan. Malam pertama saya di Phuket, saya kenalan sama taxi Driver yang namanya ga bisa saya ingat karena susah banget. 

Jadi ceritanya waktu itu setelah adik saya baru tiba di Phuket (ceritanya lengkapnya klik disini), sembari menunggu dia menyimpan barang-barang nya di kamar hotel, saya menunggu di halaman. Tiba-tiba ada bapak-bapak tua nyamperin, ngajak saya ngomong bahasa Thai. Saya langsung ketawa sambil bilang, "No Thai." pfuh... udah berkali-kali saya di salah sangka-in sebagai penduduk lokal.

Chacha dan saya, do we look like Thai? O_o
Di terminal bus Krabi, waktu saya mau beli tiket bus. Di loket saya cuman ngomong ke ibu-ibu yang jaga loket,"Phuket," dengan cara pengucapan akhiran 'et' jadi 'ed' mengikuti cara orang lokal. Eh ibu itu malah ngomong panjang pke bahasa Thai, "phangensjhiauehaksnlakn". 

Saya hanya jawab, "hah?".

"phangeakhatkjskjenakjdh."

"hah?"

kemudian saya sadar, oh dia mungkin nyebutin harga nya. Langsung saya sodorkan uang selembar 500 bath. Trus si ibu itu baru sadar kalau saya tidak mengerti.

"No Thai?", tanya nya.

saya geleng-geleng.

"hekjalksljdioajkendjabhsjgdiajelalopaskdjajh...thai", kata si ibu itu sambil ngambilin kembalian uang saya. Dengan bahasa kalbu saya menangkap kira-kira omongannya itu,"saya pikir kamu orang Thai."

Eniwei, kembali ke bapak-bapak taxi driver di Phuket itu. Setelah dia yakin kalau saya bukan orang Thai, dia mulai bicara dengan bahasa Inggris yang agak broken-broken gitu. Dia cerita di belakang hotel lagi ada bazaar murah. Terus saya tanya tempat makan  muslim yang dekat, murah tapi enak. dan dia memberi beberapa alternatif. Waktu adik saya selesai taruh barang di kamar, saya beranjak dari tempat duduk saya sambil bilang terima kasih, "kop kurn ka". 

"ooo.. you speak Thai?"

"Nit noi," jawab saya sambil membuat gerakan isyarat dengan jempol dan jari telunjuk menandakan 'sedikit', itu satu kosakata Thai yang saya pick-up di Krabi waktu ngobrol sama orang Thai yang bisa bahasa Melayu disana. Cerita lebih lengkap nya, silahkan klik disini.

Tiga hari kemudian, saat nya saya pulang ke Jakarta. Rencana awalnya saya, chacha dan joko (3 alay) mau naik bus, tapi di hari itu si chacha terserang mabok laut (nanti bakal saya ceritain yang ini) sehingga mau ga mau kita harus naik taxi. Mau  naik sembarang taxi takut kena scam yang maksa membawa ke tempat gem-gem dan souvenir gitu. Untung pas kita lagi jalan cari pool taksi resmi, ketemu si taxi driver itu. Akhirnya setelah sepakat bertiga, kita minta dia yang mengantar kita ke bandara. 

Sepanjang perjalanan ke bandara dia cerita kalau dia baru beli mobil dari hasil menang lotere. Dia juga cerita banyak tentang istrinya yang orang asli Phi Phi Island. Istrinya lebih tua 2 tahun, "face not to beautiful, but her heart very beautiful," katanya. Masakan nya juga enak, nyaris se-enak masakan ibunya. Kalau dia ada uang lebih dari hasil narik taxi dia pasti bawa istrinya makan malam berdua di tempat yang agak mahal. 

Dengan bangga dia ngasih lihat jam tangan pemberian istri nya. Jadi ceritanya waktu itu pas dia lagi ada uang lebih dia kasih ke istri nya untuk beli perhiasan, kalung gitu. Tapi ternyata istrinya malah beliin jam tangan buat si taxi driver itu. Kata istrinya dia ga perlu lah pake kalung, uang itu hasil kerja keras suami nya karena itu yang harusnya dapat hadiah ya suaminya itu. Itulah kenapa dia setia banget sama istrinya dan ga pernah menghabiskan uang mabok-mabok di karaoke sama cewek-cewek penghibur gitu. huhuhuuu... kurang sweet apa lagi coba.

***

Di curhatin sama taxi driver memang "sesuatu". Menghadapi Tuk-Tuk driver lebih "sesuatu" lagi.

Sebelum pergi ke Phuket, banyak banget saya baca mengenai modus scam sopir tuk-tuk. Jadi mereka akan menawarkan naik tuk-tuk keliling kota ke tempat-tempat wisata dengan harga murah, tapi ternyata kita dibawa dan dipaksa masuk ke toko-toko gem stone, souvenir dan silk supaya kita beli di toko itu. Nah mereka nanti dikasih semacam stamp gitu, satu pengunjung satu stamp. Kalau sudah terkumpul 10 stamp mereka dapat uang bensin gitu. Plus, mereka juga dapat komisi dari jumlah pembelian. 

Pagi hari pertama kita di Phuket, keluar hotel kita di sambut sama tuk-tuk driver bernama Alex (begitu dia memperkenalkan dirinya, walopun saya berani taruhan itu bukan nama aslinya). Si Alex ini persistent banget memburu kita. Akhirnya kita pun bernegosiasi sama Alex, tidak apa-apa kalau dia minta bayaran lebih mahal tapi kita ga mau pergi ke toko-toko souvenir karena waktu kita terbatas. Dia bisa nganterin kita ke travel, soalnya kita pasti beli paket tur dan dia pasti kan dapet komisi. Abis itu dia bisa langsung nganterin kita ke pasar, karena kita mau cari sarapan. Akhirnya harga yang disepakati adalah 15 bath per-orang. 


Negosiasi sama Alex

Naik Tuk-tuk Alex

Tuk-Tuk di Phuket modelnya beda lagi sama yang di Phnom Phen dan Bangkok. kalau yang di PP mirip delman, yang di bangkok mirip bentor, nah yang ini mirip bemo. Alex menepati janji nya mengantar kita ke travel kemudian langsung ke pasar tanpa menurunkan kita di tempat souvenir. 

Saya punya trik khusus menghadapi jeratan tuk-tuk driver. Pokoknya kalau mereka sudah mulai  mendekat, saya langsung angkat tangan sambil bilang, "mai chai," artinya tidak. Kebanyakan mereka langsung ngeloyor, tapi ada juga satu orang yang keukeuh. Pas saya bilang "mai chai" dia ngajak ngobrol pakai bahasa Thai,"nghapkenaksbdhsgdakhdekjn."

Kata Chacha," nah loh, sukurin loh, Kak. Jadi malah panjang urusannya."

****

Alex, si Tuk-Tuk driver menepati janjinya mengantar kita ke pasar phuket dimana kita akhirnya janjian sama dua orang lain, Aga dan Seto. Bersama mereka kita menjelajahi pasar phuket dan jajan makanan tradisional. 

Bersama Seto & Aga, anggota rombongan baru

Kebetulan kita menemukan gerobak jual ayam goreng khas Thai yang ada lambang bulan-bintang nya. Menandakan kalau yang jual muslim. Saya pernah makan ayam goreng beginian di tempat transit minivan dari Penang ke Krabi, waktu itu saya juga beli sticky rice nya (ketan ditaburin bawang goreng). Enak bangeeeettt.... berbumbu banget, beda sama fried chicken yang biasa saya makan disini. Mencium wangi nya yang familiar langsung saya bergegas menyatroni gerobak nya. 


Perhatikan lambang bulan-bintang di papan namanya, itu bukan tanda partai loh

Berusaha jajan dengan bahasa tarzan

Kita juga jajan bola-bola ubi yang enaaaaaaak bangeeeet. Apalagi dimakan nya pas lagi hangat-hangat. Untungnya kita orang Indonesia udah biasa sama jajanan kurang higienis tapi murah gini, jadi hajar aja tanpa takut mencret-mencret hehee...

***
Saya pernah cerita kan waktu saya ke Bangkok dan gara-gara salah pesan jadi dikasih Thai ice tea. Di Indonesia saya pernah coba minum Thai ice tea tapi ga enak, rasa nya aneh gitu. Tapi yang saya minum di Bangkok itu enak banget, segar dan wangi. Pas saya ke jakarta, cobain Thai ice tea disini rasanya tetep aja ga enak bleeeegh.

Nah di Phuket, keranjingan saya sama Thai ice tea jadi nyaris sama kayak keranjingan saya sama Cafe Sua Da di Vietnam. Kemana-mana kalau nemu warung yang jualan minuman saya selalu beli Thai ice tea. Sampe-sampe si Chacha komen bisa-bisa saya pulang dari Phuket berat badan langsung naik 5 kilo gara-gara Thai ice tea, soalnya itu pakai susu kental manis. hahaha.. bodo amat, di jakarta ga nemu ini yang seenak di tempat aslinya.

jajan Thai ice tea

47 komentar:

  1. pengen jalan jalan ke luar..
    tapi ndak tau gmana caranya.

    asik tuh ke thailand, katanya spare part motor kumplit dsna

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo mau jalan2 keluar rumah tinggal pake sendal trus keluar dari pintu rumah dan pager (klo ada pagernya) heheheee...
      klo ke luar kota / ke luar negeri tinggal pesen tiket pesawat/kereta/bus/sepeda trus jalan deh heheee gampang kan?

      Hapus
  2. mila memang traveler sejati.... :d

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba Irma juga seruuuu jalan2 nya kemaren yang ke singapur, liat foto2 nya keren ^___^ b

      Hapus
  3. salam kenal.. Kyknya asik ya jalan2 terus... ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal ^__^
      makasih dah berkunjung ke blog aku yah

      Hapus
  4. hebaaat.. iya mil, sama.. paling gak bisa kalo nggak ngamatin kebiasaan orang. cuman belom pernah aja sih disangkain orang thailand (lah secara emang blom pernah ke sono.. hahaha).

    soal jajanan pinggir jalan, gak boleh kelewatan tuh.. gak nyoba belalang atau kecoak goreng?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah serangga goreng itu katanya ada di Bangkok, tapi pas gw kesana lupa nyari itu hihihii... kebanyakan yang mau gw datengin soalnya. next time lah klo ke bangkok lagi... amiiiin

      Hapus
  5. siipp...mengenal orang lokal adalah cara terbaik mengenal suatu daerah..
    karena
    “When you travel, remember that a foreign country is not designed to make you comfortable. It is designed to make its own people comfortable.” – Clifton Fadiman

    BalasHapus
    Balasan
    1. yups. dan yang paling penting nambah wawasan, itu kayak semacam kepuasan tersendiri gitu buat gw *halah* :D

      Hapus
  6. nyuuuuummmmmm Thai ice teanya asliiiiiiiiiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. *sluuuurp*
      mau cari ah resep cara buat thai ice tea hahahaaa

      Hapus
  7. uwoooo seru banget sih mila, jalan2 terusssss.
    pengen banget ikutan.
    eniwei, itu cerita perjalanan nggak ditulis mil?
    ato jgn2 udah pada dimuat di majalah2 traveling?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ditulis di blog aja, Mba. Aku ga pernah nulis di majalah2 gitu. kayaknya tulisannya ga masuk standar hehehee....

      Hapus
  8. Thai ice teanya nggak keliatan >.<
    mbak Mila, bentor itu yang kayak gimana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. bentor itu yang kayak begini : http://www.ceritanyamila.blogspot.com/2008/12/becak-motor-bentor.html

      hehehe.....

      Hapus
  9. Susu kental manisnya itu yang merk Carnation, ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, logo nya sih. tapi hurufnya keriting2 gitu hahahaa....

      Hapus
  10. dari tadi pake bahasa tarzan tapi kok ga da "auwoooo..."
    ga lengkap ahh!

    BalasHapus
    Balasan
    1. auwoooo-nya disimpen dulu, Mba. buat manggil Gajah hehehe...

      Hapus
  11. Seru Mila jalan-jalannya. Kebayang deh kalo jalan-jalan di negara yang bukan pake bahasa Inggris, kasih foto Thai Ice Tea-nya dong, penasaran niy kaya apa bentuknya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. warna teh nya mirip teh tarik tapi agak oranye gitu. ada kog foto nya di link yg ini:
      http://www.ceritanyamila.blogspot.com/2011/06/edisi-bikin-ngiler.html

      heheeheee

      Hapus
  12. seruuuu banget jalan2nya....

    BalasHapus
  13. seluuu kakak milaa .... *komen standar* :p

    BalasHapus
  14. aku juga suka Iced Thai tea... jadi kepengen deh yg dibilang enak banget itu. biasanya, yg di H*n*m*s* udah cukup enak buatku Mil. ditunggu oleh2 nya, cerita dari mana lagi nanti? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang disitu aku ga suka.. eneg gitu, bau nya aneh hihihiihii....

      Hapus
  15. iyah, gw jg blom nemu thai iced tea yang enak di indo.....ummm kapan ya nyobain langsung di negerinya *ngayal*

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayooo hanimun lagi ke thailand heheee

      Hapus
  16. Jadi penasaran ama Thai Ice Tea-nya...!
    Kapan-kapan kalo jalan-jalan ke Thailand, bakal ingat2 ceritanya Mila nih hahaha...apalagi ama supir Tuk-Tuk ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebelum ke Thai aku banyak browsing2 tips di lonely planet & tripadvisor, kebanyakan warning tentang scam2 gitu. Tapi sih alhamdulillah aku ga kena scam.. hiiih.. jangan sampe.

      Hapus
  17. Pokoke tiap postingan Mila ke Thailand aku baca baek-baek, kali suatu hari nanti bisa ke sana, hehe..
    Itu no.telp.Alex disimpen nggak? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin..semoga Mba Della ke Thai secepatnya dan bawain oleh2 buat aku hahaha.....
      aku ga punya no HP Alex, tapi gampang kog nyari dia. Pokoknya tempat mangkalnya di sekitar Phuket Square (tempat belanja gitu)

      Hapus
  18. Thai ice tea itu penampakannya bagaimana sih mbak? Penasaran nih...
    Aku belum punya pengalaman ke luar negeri, jadi setiap baca cerita Mbak Mila jalan2 keluar negeri selalu keasyikan bacanya, seakan2 aku ikutan pergi kesana deh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. mirip teh tarik gitu tapi warna nya agak ada oranye gitu.
      Tapi Mba Reni banyak jalan2 ke tempat-tempat seru jugaaaa.. :D

      Hapus
  19. turis gaul VS driver gaul, kompaakk :D

    ohh jadi bulan bintang itu nandain bahwa tempat itu halal ya, ooh ic ic *sambil mengingat*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada 3 cara yang gw temukan utk tau makanan muslim ato enggak di Thailand: yang jualannya pake kerudung, ada logo bulan bintang, ato ada tulisan halal bahasa arab gitu hehehee....

      Hapus
  20. Iya, selama di Bangkok gue agak-agak BT gitu sama tuk-tuk drivernya. Mereka keukeuh banget nawarin tuk-tuk walau udah bilang nggak berkali-kali. Setiap keluar dari hostel, jalan-jalan di daerah turistik, pasti kena tuk-tuk driver yg komplotan sama toko-toko perhiasan ga penting itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. gw menemukan satu cara lagi buat menghindari tuk-tuk driver, tukang becak di jogja & tukang pijit di bali, pasang earphone aja belagak denger musik & ga denger mereka, walopun sbnrnya ga pasang musik apa2. Biasanya berhasil sih. heheee

      Hapus
  21. wow disini ada traveller... keren jalan2 di thailand...
    ngalah2in peppy the explorer... heheheh
    btw salam kenal y mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya ampuuuun.. aku jauh lebih imut dan keren dari peppy :p

      Hapus
  22. hallo mbak mila , salam kenal... waaah saya terinspired bangeeet ngeet ama cerita"nya mba' mila .... anyway saya jga udah keracunan ilmu kaki gatalnya mbak mila , akhirnya kmrn saya sukses ber backpacker ria ke sgp n Kl.... sekarang ketagihan lanjut susun plan ke thai .... pengen bangeet ngeeet ke lagoon di krabi .... btw, phuket ke krabi brapa jam y? bisa naik apa ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah ada juga yang terjerumus gara2 blog gw hahaha...makasih yah *kecup

      dari phuket ke krabi deket, cuman sekitar 2 jam gitu. Naik bus dari terminal bus Phuket Town, tiap jam dia brangkat kog.

      Hapus
  23. Oh...jadi gitu ya sopir nagkotnya, gak beda jauh sama di Indo kalau nglayanin turis langsung di seret ke pasar souvenir yg sudah kong-kalikong antara orang pasar dan sopir angkot. Untung kamu teliti. Hebat...pengalaman liburan yg bisa di jadikan pelajaran.

    BalasHapus
  24. Kalau mau beli serbuk thai tea number one brand, import from thailand bisa mampir ke www.thaiteaimport.blogspot.com atau pesan lewat sms ke 0857-10265778 ;) maaf numpang iklan, hanya sekedar membantu buat yg doyan thai tea ini kaya saya ;).. Trims

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...