Gara-gara penasaran sama istilah instagrammable, saya dan kawan-kawan pergi ke Dusun Bambu yang terletak di daerah Lembang, Bandung.
Untuk pergi ke Dusun Bambu jalan yang dilalui sama dengan jalan ke Sapu Lidi, Kampung Daun, Kampung Gajah, Maja House, lurus-lurus saja ikuti petunjuk, lokasinya lebih jauh masuk ke dalam. Agak kaget juga sih lewat jalan itu karena jaman saya masih kuliah di Bandung beberapa tahun yang lalu, daerah itu masih sepi, sekarang sudah ramai dan padat.
Saya, Chacha dan kawan-kawan pergi kesana hari Sabtu, harinya jalan-jalan bersama keluarga. Kami rombongan jomblo nista bahagia berusaha keras berbaur diantara rombongan keluarga yang umumnya terdiri dari ibu, bapak, anak-anak kecil/remaja, dan kakek nenek di tempat rekreasi yang memang diperuntukan untuk keluarga.
Di pintu gerbang masuk lokasi kami bayar tiket masuk yang setelah pulang bisa ditukar dengan sebotol air mineral atau tanaman di polybag. Di lobby Dusun Bambu, ada mobil odong-odong yang mengantar pengunjung ke lokasi-lokasi yang ada di dalam kawasan wisata itu. Saya dan sebagian kawan memutuskan jalan kaki menyebrang jembatan kayu melintasi sebidang kecil sawah yang ada di situ. Sementara Chacha dan sebagian kawan yang malas jalan kaki naik odong-odong. Kami bertemu lagi di lokasi utama yang jadi daya tarik Dusun Bambu, yaitu ruangan bentuk sarang burung yang instagrammable.
Kita bisa memesan makan siang dan makan di dalam 'sarang burung' itu, tapi bayar sewa ruangannya beda lagi per jam. Saya dan kawan-kawan hanya foto-foto di depannya, seperti yang kebanyakan dilakukan pengunjung di situ.
Karena ramai sekali ambil fotonya harus antri dan gantian kalau tidak mau ada orang asing masuk ke frame foto kita. Jalan setapak berupa jembatan yang menghubungkan 'sarang-sarang burung' yang hanya selebar dua orang itu pun ramai sekali oleh pengunjung yang lalu lalang, perlu sedikit desak-desakan.
Setelah itu kami jalan menuju ladang bunga-bungaan mencari udara segar sambil foto-foto. Disini banyak pasangan yang berusaha selfie berdua bikin foto romantis diantara bunga-bungaan. Karena kami jomblo yaaaa jadi selfie sendiri aja.
Foto di ladang bunga yang instagrammable |
Gak lama kami narsis di ladang bunga hujan rintik mulai turun, kami pindah ke area foodcourt. Seperti kebanyakan area foodcourt jaman sekarang, yang sebenarnya menurut saya gak efektif, disini belanjanya ga bisa langsung bayar ke counter-counter melainkan harus menukar kupon/kartu/uang-uang-an di loket untuk dibelanjakan ke gerai yang kita mau.
Di Dusun Bambu bentuknya uang-uang-an, terdiri dari pecahan 100 ribu, 50 ribu, 10 ribu dan 5 ribu. Sesuai dengan nilai uang rupiah yang kita tukar di loket dengan uang Dusun Bambu yang kita gunakan di gerai. Gerai nya akan mengembalikan dengan pecahan uang Dusun Bambu yang nilainya sesuai dengan nilai rupiah. Saya paling males sama sistem kayak gitu, menurut saya tidak efisien karena harus antri dua kali (waktu tukar uang dan sewaktu belanja di gerai) dan lebih males lagi kalau ternyata uang rupiah yang kita tukar diawal yang tidak habis dibelanjakan tidak bisa ditukar lagi.
Selain tempat makan dengan bentuk 'sarang-sarang burung' ada juga tempat makan lesehan di gubug yang terletak di sebrang danau, tapi kami tidak menyebrang danau. Konon katanya di dalam area Dusun Bambu juga ada penginapan (resort) dan ada perkemahan ekslusif.
Tempat makan lesehan di seberang danau |
Ada sungai-sungaian |
Dari kunjungan ke Dusun Bambu ini saya menyimpulkan artinya instagrammable itu adalah bagus buat di posting di instagram, yang kalau kita kesana lihat aslinya harus siap andaikata gak sebagus yang kita lihat di instagram. Overall tempat ini lucu dan seru juga sih buat jadi alternatif tempat wisata keluarga.... ingat ya, keluarga.