Minggu, 27 Mei 2012

Capital of Coffee Culture Down Under

Kalau Manggar di Belitung Timur meng-klaim sebagai kota dengan 1000 warung kopi, Melbourne meng-klaim kotanya sebagai Capital of Coffee Culture Down Under, maksudnya 'down under' itu bagian dunia sebelah bawah bukan bawah kolong meja loh yaaaah, cateeet...

Sebagai mahluk yang tidak bisa hidup tanpa kopi seperti vampir tidak  bisa hidup tanpa darah, agenda nomor satu saya ke Melbourne tentu saja mencicipi kopi nya. 

Berbeda dengan warung kopi di Belitung yang lebih mengedepankan fungsi nya sebagai tempat bersosialisasi, warung kopi di Melbourne menomor satukan rasa kopi yang disuguhkannya. Kabarnya di kota ini Barista yang bisa membuat kopi bercita rasa tinggi, dibayar mahal secara profesional. 

Ketika ikut tur ke Great Ocean Road disana saya berkenalan dengan Elaine, gadis Irlandia yang imut dan manis. Dia cerita kalau temannya ada yang berprofesi sebagai barista di salah satu cafe di Melbourne, pokoknya kalau temannya itu lagi meracik kopi ga bisa di ajak ngomong, bener-bener fokus dan penuh konsentrasi tinggi ibarat lagi merancang suatu maha karya. 

"People here are really serious about their coffee," Elaine pun membuat kesimpulan. Di kota ini ada tur mengenai sejarah kopi di Australia dan keliling ke cafe-cafe ternama, tertua, dan terpopuler. Untuk para pecinta kopi di Melbourne ada komunitas Melbourne Coffee Review yang mereview cafe-cafe dan segala macam hal berkaitan dengan kopi. Bahkan sedemikian seriusnya coffee culture disana, diadakanlah Melbourne international coffee expo. Walaupun saya dan Elaine sepakat Caramel Latte di Starbuck itu idola kita, tapi disini gerai kopi franchise asal Amrik itu kalah saing sama cafe-cafe lokal yang secara taste lebih superior.

Konon asalnya kopi adalah dari Afrika, kemudian pertama kali di tanam secara komersil di Arab abad ke-15. Trend minum kopi baru mulai menyebar ke Eropa di abad ke-17. Di benua Australia kopi  baru masuk lebih dari seabad setelahnya, diperkenalkan oleh para imigran dari Yunani. Kemudian budaya ini diperkuat oleh masuknya imigran dari Italia ke Melbourne.

Perkebunan kopi pertama di Australia berada di daerah Queensland, tanaman kopi berjenis arabica berhasil di budi daya walaupun dengan Labor Cost yang sangat tinggi. Baru di tahun 1980-an perkebunan kopi di Australia menjadi economical ketika para petani kopi mulai menggunakan metode mechanical harvesting, jadi metik biji kopinya pake mesin gitu. Sekarang malah Australia termasuk salah satu negara peng-ekspor kopi.

Berjalan menyusuri kota Melbourne, hampir di tiap tikungan kita bisa menghirup aroma kopi yang khas menyeruak dari dalam kedai kopi. Seperti saya tergila-gila dengan Ca Phe Sua Da di Vietnam, di Australia saya terpikat dengan Coffee Mocha nya yang pekat dengan chocolate kental yang generous meleleh di atas busa susu yang gurih. 

Ada juga varian lain yang familiar seperti coffee latte dan cappuccino, tapi ada yang namanya baru kali itu saya kenal seperti, Long Black (kopi hitam encer, espresso ditambah air panas), Short Black (kopi hitam yang rada kental), Flat white (kopi susu biasa yang ga pake busa-busa-an), terus disini common banget minta ganti susu dengan soy milk (susu kedelai).

Di hari terakhir saya di Melbourne, saya menghabiskan pagi hari sarapan di Degraves Street, suatu lorong di dekat stasiun kereta Flinder  yang sepanjang jalannya berjejeran cafe-cafe dan meja-kursi berpayung di  muka cafe. Karena hari itu hari Sabtu jadi crowded banget disana, saya & Diena (salah satu korban yang jadi tumpangan hehehee) harus menunggu di waiting line hingga akhirnya dapat tempat di salah satu cafe mungil tapi berdekor cantik, bernuansa kayu, nyaman dan hangat dengan ruangan yang dipenuhi semerbak wangi kopi yang harum - Cafe Andiamo.


Degraves Street yang disisi seberang

Degraves Street, di ujung lorong itu Stasiun Flinder

daftar menu Cafe Andiamo

Coffee Mocha dengan coklat melimpah ruah

Rata-rata harga kopi di Melbourne berkisar 3 dollar hingga 4 dollar-an, ya kira-kira hampir 30ribu hingga 40 ribuan. Di Sydney lebih mahal beberapa sen. 

Saya dan Diena pernah minum kopi gratis. Jadi cerita nya, di suatu malam kita memutuskan nongkrong di cafe deket apartement nya Diena. Menurut si tuan rumah coffee mocha disini juara, maka dipesanlah dua minuman kopi itu ke mas-mas barista yang sedang sibuk di belakang mesin pembuat kopi.

Keasyikan mengobrol, kita ga sadar ternyata 20 menit sudah berlalu tapi pesanan kita belum datang kemudian Diena kembali ke mas-mas itu untuk mengingatkan pesanannya. Ternyata si mas-nya lupa. Ga lama dia tergopoh-gopoh mengantarkan pesanan coffee mocha kita dan mengembalikan uang yang telah kita bayar, katanya "I'm sorry I forgot, so this one is on me." Dengan kata lain, kita minum kopi gratis disitu karena ditraktir sama mas nya yang lupa bikinin pesanan kita. Benar-benar seorang Barista yang profesional.

Kopi Gratis

46 komentar:

  1. Semoga pertamax. Amiinnn...

    Gw juga maniak kopi lhoo... Sampe2 tiap ke Starbucks gw selalu pesen chocolate choco chips :p

    BalasHapus
  2. Kayaknya kalo ke sono saya bakal berdoa biar barista-nya lupa, jadi kopinya gratis..

    BalasHapus
  3. seenak apa kopinya, dua gambar di bawah itu kayaknya memang menjanjikan banget ya. hmmmm. srupuutt.

    BalasHapus
  4. Hehehe sayang banget gua ga begitu menggemari kopi, jadi kalo ke cafe cafe pesanan saya selalu sama: hot chocolate. Damn it, I wish i love coffee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kurang lebih sama kayak komen gw di atas yah... :D

      Hapus
    2. gw malah kurang suka chocolate, klo kebanyakan ga enak di tenggorokan. hehehehe...

      Hapus
  5. ooo...

    #penggemar kopi sachet --"

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku klo minum kopi sachet yg instan gitu maag nya lsg kumat x_x

      Hapus
  6. Membaca postingan ini sambil minum kopi seadanya, duh.

    BalasHapus
  7. tulisan mila makin keren ya. ayo bikin buku jg spt ocha ^^
    eh ya, kapan2 mau donk dikirim postcard dr kota2 yg dikunjungi mila.
    but, if u don't mind yah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. pengen sih, mba. Tapi otak aku ini random banget, aku jd bingung klo bikin buku model gimana, pst kacau gitu ga ada alur ceritanya hahahaa..

      Hapus
  8. nyuuuuuuuuuuuuuuuuummmmmmm ...sluuurrrrrpppppppppppp.......

    BalasHapus
  9. Coffe mocha yang apa? Yang apaaaaaaaa..??? Ngebayangin rasa busa susu itu di lidah.. mmmmhhhhhhhhhhh...
    Aku juga suka kopi, walaupun nggak sampe kayak vampir sih, hehehe..
    Nggak sabar ih nunggu cerita berikutnya ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku kayaknya bukan tahap suka lagi sama kopi, klo ga ketemu kopi pagi2.. mood aku bisa berantakan hahahaaa

      Hapus
  10. aku suka ngopi tapi tak pernah tau kopi apa
    pokoknya kopi item yang ada di dapur dah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kopi item itu minuman pokok aku, kayak nasi Om. hihihihiii

      Hapus
  11. aku bukan penikmat kopi tulen. mungkin karena kebanyakan minbum kopi sachet kali yah.. wakakakaka

    BalasHapus
    Balasan
    1. kopi sachet kan juga kopi. gimana sih? hahahaaa

      Hapus
  12. Aiiiih enaknyoooo...klo dsana, aku pasti nyobain Long Black & White Flat-nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. White Flat itu kyk kopi item di kasih krimer hihihii... mumpung disana aku puas2in kopi yg specialnya disana. yg pake mesin2 gitu bikinnya :D

      Hapus
  13. Ngiler sumpaaahhhh.... Lagi sakau kopi enak nih :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. baru tau lu minum kopi juga hihihiii

      Hapus
  14. duh itu kenapa kopi yang banyak coklatnya gituuuu duuuhhh ngilerrrrrr *doyan coklat soalnya*

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaa... kamu org ketiga yang komen disini ngaku doyan coklat

      Hapus
  15. gile ya mil, sangat menggiurkan itu coffe mochanya... coklatnya... pengeeeen.. mana gratisaaaannnnn

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gratisannya sekali doang, yang laennya gw minum kopi bayar woi

      Hapus
  16. sampai hari ini lambung saya belum bisa berdamai dengan kopi, apapun cara penyajiannya, bahkan saking ekstrimnya bila temen kantor yang nyeduh kopi merk dan rasa tertentu, perut langsung mual.

    BalasHapus
    Balasan
    1. serius? pdhal kan baunya kopi wangi banget... eh tapi orang beda2 sih yah. Kayak bau duren aja, ada yg nganggep baunya enak ada yg sampe eneg tiap cium baunya hehehee

      Hapus
  17. saya jg pnyuka kopiii
    bagi oleh² kopi ny dunk mbak?
    :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. aaaah aku tak bawa oleh2 kopi darisana hehehehee

      Hapus
  18. Nah sekarang aku tau mil kenapa kulitmu semanis kopi he he he

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku luluran pke serbuk kopi mba huaaaaa hahahahaa

      Hapus
  19. klo gua mah setia ma kopimik serebuan aja hahhahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo gw lebih suka kapal api siy, kopi item gitu wkwkwkwk

      Hapus
  20. gw bukan penikmat kopi, tapi liat si coffee mocha dengan coklat meleleh jadi pengin seruput2 :D

    BalasHapus
  21. kunjungan gan .,.
    Menjaga kepercayaan orang lain lebih penting daripada membangunnya.,.
    di tunggu kunjungan balik.na gan.,.

    BalasHapus
  22. Jalan2 sore nih..
    wah, kebetulan lagi bahas kopi..
    aku juga suka mengonsumsi minuman berkafein, ya yang pasti kopi.
    ga tahu udah kecanduan atau dah menjadi kebutuha..hehe.
    kalau aku sukanya kopi item dengan sedikit gula..
    kalau pagi2 minum kopi biar semangat..

    mari ngopi..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihiy.. kopi itu kebutuhan dasar tauk :p

      Hapus
  23. wuih.. kopinya kayak terbuat dari mesin kopi terbaik ya sis? :D enak banget pasti. Jadi pengenn... >,<

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...