Minggu, 15 Desember 2013

Macaque Girl

Ini sudah kesekian kali saya terinspirasi dari total stranger yang saya temui di jalan, people who live with their passion. Kali ini namanya Niki, cewek  mungil dari Chicago yang umurnya palingan sepantaran saya. Di pesawat Manado - Jakarta dia duduk di sebelah saya. Celana jeans, sepatu sneakers, kemeja kotak-kotak dan rambut panjang pirang yang di dreadlock (gimbal) seperti bob marley. Awalnya saya pikir dia just another tourist yang bergaya hippies gitu, jadi saya gak gitu pay attention.

Hingga datang pramugari menawarkan makanan dan minuman. Cewe bule rasta itu duduk di window seat sedangkan saya di tengah, di alley seat adik saya Chacha. 

Pramugari nanya ke dia, "do you want chicken or fish?"

"Do you have vegetarian food?"cewek itu balik nanya.

"Excuse me?" pramugari itu balik nanya seolah-olah gak denger.

Jadi saya bantuin ngomong ke pramugari itu, "vegetarian, mba."

"oo.. sorry we don't have that," jawab pramugari.

Cewe itu pun menolak diberi makanan dan ketika ditanya mau minum apa, yang dia tanya juga susah banget, "do you have ginger ale?"

Lagi-lagi pramugari bingung.

"Ginger Ale," saya bantuin lagi. 

"wah ga ada juga," kata pramugarinya, kali ini ke saya, mungkin dia mulai mikir saya temenan sama cewe aneh yang permintaannya aneh-aneh ini. 

"they don't have it," kata saya menerjemahkan ke cewe itu sementara si pramugrari pasti makin yakin kalo saya temenan sama bule antik ini.

"owh it's ok, i'm fine" kata cewe itu, Pramugari pun berlalu.  Kemudian dia menjelaskan kalo dia pengen ginger ale soalnya lehernya gatel gejala flu batuk gitu. Saya menawarkan teh panas. Dia jawab dia udah minum teh panas selama beberapa hari tapi gak menolong leher nya yang gatal.

Akhirnya obrolan berlanjut, "I'm Niki by the way," katanya.

"Mila. Nice to meet you," kata saya.

Niki ternyata bukan turis. Dia antropologist yang melakukan penelitian tentang kehidupan Macaque yang ada di Hutan Tangkoko selama 6 Bulan. Selama itu dia tinggal di pondok yang terletak di dalam hutan tangkoko. Seharian mengikuti dan ngintipin kegiatan sehari-hari monyet-monyet hitam besar itu. 

"I love Macaque," katanya waktu saya tanya kenapa dia pilih riset tentang itu dan di bela-belain terbang  sendirian puluhan jam ke hutan gak jelas di propinsi gak jelas dari negara yang (mungkin) gak jelas juga kalau dari sudut pandang orang amerika, bener-bener in the middle of nowhere nya in the middle of nowhere. 

"Saya pernah ke Tangkoko, liat tarsius," kata saya.

Niki membelalakan mata gak percaya karena saya orang pertama yang dia temuin di luar hutan itu yang pernah ke tangkoko, "really? ya…. tarsius itu memang cute."

Sementara saya menghabiskan makanan saya, Niki bercerita panjang lebar tentang kehidupannya di tengah hutan itu. "I love it," katanya. Dia tinggal di pondok yang terletak di pinggir pantai berpasir hitam yang kalau malam banyak kunang-kunang. Berlari-lari ngikutin kawanan Macaque. Ngumpet seharian di belakang semak-semak memantau kegiatan Alpha Male nya, alias kepala suku kawanan monyet-monyet itu. 

Pramugari datang lagi mengambil sampah bekas makanan sambil menawarkan tambahan minuman lagi. Saya minta kopi, Niki tetap menggeleng. "You sure?" kata pramugarinya sambil tersenyum manis. Niki mengangguk. Kemudian dia mengeluarkan biskuit dari dalam tas nya.

"Gak susah kan cari makanan buat vegetarian di indonesia?" tanya saya.

Di Indonesia banyak jenis masakan yang dari sayur-sayuran, Niki cerita di pondok nya di hutan itu ada bibi-bibi tukang masak yang masakin dia makanan tiap hari. "I love Tempe," katanya.

"Seriously?," tanya says,"me too. I love it so much, i can't live without tempe"

Niki tertawa. 

Penumpang di depan dan samping mulai lirik-lirik pengen tau kehebohan apa yang lagi di obrolin dua cewek cempreng yang lagi ngakak-ngakak.

Saya jadi tertarik sama dreadlocknya, saya tanya gimana caranya dia bikin rambutnya begitu, apa harus ke salon atau bisa bikin sendiri. Ternyata rambut dreadlock nya itu terbentuk secara alami dan memakan waktu 7 tahun sampai rambutnya bisa kayak bob marley gitu. Musuhnya adalah sisir dan conditioner. Di awal pembuatan dan sekali waktu untuk perawatan, dreadlock nya harus kena air laut supaya gimbal nya tetap merekat sempurna. Sisanya ya biasanya aja, keramas pake shampo. 

Saya cerita tentang legenda anak-anak berambut gimbal di Dieng. Tentang anak yang terlahir dengan rambut gimbal dan harus dilakukan upacara khusus untuk memotong rambutnya itu. Niki tampak sangat tertarik. "Too bad saya sudah punya tiket langsung pulang ke amerika, kalo enggak saya pasti bakal ke sana, sounds interesting," sambil cekikikan terus dia mulai ngebayangin apa yang bakal di lakukan sama orang-orang sana kalau dia datang dengan rambut bob marley nya, apa dia bakal dibikinin upacara juga. 

Alasan dia memelihara dread lock nya, menurut kepercayaan orang Jamaica - termasuk Bob Marley, tuhannya mereka akan mengangkat mereka ke surga dari rambutnya. Semakin tebal dan kuat rambutnya, pegangannya akan makin kuat. Makanya mereka bikin rambutnya jadi gimbal gitu.

What a lucky girl. Niki tau benar apa yang dia suka dalam hidup nya, dan melakukannya. Just do it. Dia suka banget sama Macaque, maka dia terbang sendiri ke negara tropis yang banyak nyamuk tanpa mikirin apakah bahasanya bakalan nyambung atau enggak, tinggal sendirian di pondok di tengah hutan kadang ditemenin sama ranger-ranger pengelola hutan lindung itu, tapi dia bahagia - itu yang dia inginkan dalam hidupnya. Pergi ke jamaica terus suka banget sama konsep tuhan yang mengangkat manusia ke surga dari rambutnya, dan 7 tahun konsisten memelihara dreadlock. 

Dia seumuran sama saya dan dia boleh memilih jalan hidupnya sendiri, sementara saya masih terjebak di somebody else's masterplan - sekolah, kuliah, kerja, cari duit, mati.  What I really wanted in life? sampai saat ini masih menjadi satu pertanyaan besar dalam hidup dan sampai sekarang saya masih aja terus hidup mengikuti apa yang menurut pandangan orang pada umumnya merupakan jalan hidup yang benar. enak kali ya hidup kayak the macaque girl itu, boleh memilih hal-hal yang di sukai dan menjalani hidup yang bahagia dengan pilihan itu.  

Mungkin itulah saat saya menemukan innerpeace saya, ketika pertanyaan besar "what i really wanted in life?" terjawab. Tapi waktu terus berjalan dan saya terus hidup mencari-cari jawaban yang seperti memecahkan soal matematika dengan turunan rumus integral dan diferensial yang rumit, coret-coretnya udah berapa lembar tapi jawabannya masih belum ketemu. 

Pencarian paling sulit itu adalah kalau kita tidak tahu apa yang kita cari.

Sambil terus bercerita tentang kehidupan Macaque, Niki mengangkat satu kaki nya yang mengenakan sepatu converse warna biru muda. Saat itu dia juga mengenakan kemeja kotak-kotak biru muda, jins biru dan tas backpack nya biru. 

"Let me guess your favourite colour," kata saya.

"What?" tanyanya.

"Blue."

Terus dia akhirnya nyadar apa yang saya maksud, sambil ketawa menjelaskan kalau dia bener-bener gak sengaja matching banget hari itu. Padahal warna favoritnya bukan biru, tapi oranye. 

"You wanna know what's more funny?" katanya setengah bisik-bisik mencurigakan.

"What?" saya balik nanya.

Kemudian dia buka backpack birunya dan mengeluarkan tempat kameranya - warna biru.

Kita berdua langsung ngakak lagi sampe penumpang depan dan samping nengok makin penasaran sama kehebohan dua cewek aneh yang berisik banget.

31 komentar:

  1. kereen ya
    cewek macem dia bisa menikmati hidup sesuai keinginannya

    aku juga sama. apa sih yang bener bener diinginkan, masih belom ketemu. konyol banget hidupku

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin karena budaya org sini kali ya, dari kecil kita terbiasa sama people telling us what to do sampe udah gedenya malah bingung apa ini yg bener2 kita mau atau yg society kita mau hehee

      Hapus
  2. Dan si caca ngapain aja selama itu? Hehehhe

    BalasHapus
  3. Si caca pasti baca majalah atau gak tidur. Wakakakakakakkk

    Hai girlsssssss ikutan jadi donatur kebudayaan yukkkkk, biar kain2 nusantara bisa dipagelarkan di Paris, cusssss

    BalasHapus
    Balasan
    1. dia tidur lah, mana mungkin baca -___-"

      Hapus
  4. kok gak ada foto cewe gimbal itu Mil, penasaran nih seperti apa dia ? ;)

    BalasHapus
  5. Wuuuuu...... girl to girl.... wuuuuu..... Mengingatkan kenangan saat kita pertama bertemu
    Eh itu pramugari ganggu ya, untung aja ga dilempar keluar pesawat
    Girl to girl....... Wuuuuuuu.......

    BalasHapus
  6. Ya, memang tidak mudah sih menemukan apa yang kita mau dalam hidup ini. Soalnya banyak hambatan2 yg kadang datang dari keluarga maupun lingkungan sekitar shg suka tau tidak syka kita harus mengurungkan niat utk megejar apa yang kita ingin dalam hidup ini :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kyknya itu beda nya western culture sama disini ya.

      Hapus
  7. si nicky suka tempe :D

    aku malu melihat orang bule peduli dgn alam negara kita, sedang orang2 kita merusaknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga semua bule peduli dan ga semua org lokal merusak, eh malahan lbh bnyk org asing yg dtg ke t4 kita trus merusak apalg pas jaman kompeni hahahaaa

      Hapus
  8. Duluu juga sering kepikiran gitu. Kenapa gak bisa seperti orang lain yang menikmati pilihannya sendiri dan sebagainya but then menemukan jawabannnya dan cukup bahagia dan bersyukur untuk itu.
    Btw pengalaman yang asik banget ketemu ama Niki.

    BalasHapus
    Balasan
    1. berusaha menemukan apa passion kita dalam
      hidup ini dan bersyukur itu adalah dua hal yg beda yg ga bisa dikorelasikan hahahaaa

      Hapus
  9. Harusnya saat di bandara sempetin tuh foto2an ama Niki... aku penasaran banget dg "penampakannya" lo hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha.. kyknya ke narsisan aku msh kurang ya? gak kepikiran foto bareng wkt itu

      Hapus
  10. Tapi gk ada kata terlambat lho, Mil. Begitu kamu ud nemu apa yg pengen kamu lakuin, ya lakuin aja. Hidup juga cuma sekali :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, ini masih nyari.. mungkin passion aku ada di........

      membuat siomay!

      Hapus
  11. jadi penasaran sama rambutnya mbak :) Duh kasian dong caca gak diajak ngobrol ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. dia mah tidur, ga pernah minta ngobrol sama orang aneh hahahaa....

      Hapus
  12. baru aja 2 mgu lalu ke Ragunan dan memperhatikan Macaque dan berpikir akan jauh lebih menyenangkan kalo mengamati di tempat asalnya :)

    -Lili-

    BalasHapus
    Balasan
    1. wuih di ragunan ada macaque? gw blom pernah ke ragunan sampe sekarang ini ahhahaaa

      Hapus
  13. "What I really want in mylife?", yes, msh syukur kita sempat memikirkan pertanyaan seperti itu. Byk orang yang bakan gak (mau) memikirkan pertanyaan macam itu.

    Tuliskan yang mencerahkan. Like this :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha.. gak semua orang yang iseng mikir kyk ginian yak? :p

      Hapus
  14. wah asik ya dpt tmn seperjalanan yg seru.. dan menginspirasi :)
    jd ikutan mikir nih "What i really wanted in life?"

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, lumayan dapet temen ngobrol di pesawat selama 3 jam hahahaa

      Hapus
  15. Trus kalo ditanya gw pun akan terdiam, soale sampe skrg hidup keknya udah sesuai template para pendahulu kita.. >_<'

    BalasHapus
  16. Kita tahu jawabannya, tapi kadang kita tidak berani mendengarnya. :)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...