"Saksikan malam penganugerahan eP eP I..."
"eF eF I"
"Eh iya. Saksikan malam penganugerahan eF...eF...I, di eS Ce Te Pe"
Aku sampai senyum-senyum sendiri melihat iklan di salah satu televisi swasta menjelang di gelar nya acara Festival Film Indonesia yang waktu itu diadakan di Kota Bandung. Memang sudah jadi commonknowledge kalau orang sunda itu rada sulit mem-pronountiate huruf F dan V. Tapi aku baru tau ada yang hal semacam itu yang unik lagi di Makassar.
Waktu aku sedang di Makassar, kebetulan ada keperluan harus ke Bank. Aku bertanya ke pak supir mobil rental yang mengantar aku selama di kota tersebut,"Pak, disini ada bank?"
"Oh, disini banyak Ban mbak. Ada Ban Mandiri, Ban BCA, Ban Danamong..." Jawab pak supir.
Saat itu aku belum ngeh dengan keganjilan pengucapan pak supir itu. Hingga besoknya, pak supir itu bilang," Maaf telat mbak, tadi saya ganti Bang dalam dulu." Kemudian sayup-sayup aku dengar calon gubernur sedang berkampanye di radio, katanya, "Itu gunanya pajak. Untuk menutup Loban-Loban di Jalang." Aku baru mulai menyadari ada sesuatu yang berbeda.
Setelah di konfirmasikan ke salah satu teman aku yang asli orang Makassar, aku baru tahu ternyata disana pengucapan kata yang diakhiri huruf n, pengucapannya diakhiri dengan ng. Kebalikannya, kata yang diakhiri huruf ng, pengucapannya diakhiri dengan n. Contohnya, Ulang tahun akan menjadi Ulan Tahung.
Bahkan konon ada cerita seorang pria makassar yang di tuntut cerai oleh istrinya, pada waktu dikasih kesempataan membela diri dia berkata," Pak hakim, saya tidak mengerti apa yan kuran dari saya. Saya ini ganten, banyak uan, punya mobil kijan."
Istrinya menjawab," Kurang G, pak hakim"
Bagi orang makassar, tolong jangan diambil hati bukan maksudnya untuk menyinggung SARA loh. *peace*
Kesalahpahaman lain akibat perbedaan bahasa juga terjadi di Makassar. Ketika aku dan pak supir telah tiba di Ban Mandiri, aku berkata," Bapak tunggu disini ya, saya turun dulu sebentar."
"Iya. Kita turun saja disini," kata pak supir. Aku jadi bingung, kenapa dia mau ikut turun juga ya? " Oh, ga usah pak. Saya cuma sebentar. Bapak tunggu di mobil saja."
"Maksud saya juga begitu mbak. Kita yang turun...." si bapak itu ternyata masih nekad mau ikut-ikutan juga, aku segera menyanggah dengan lebih ngotot,"Saya bisa sendiri kog, pak. Ga usah ditemenin."
Tiba-tiba pak supir tertawa sendiri. Tiba-tiba aku kebingungan sendiri. "Kalau disini, 'kita' itu artinya sama dengan 'kamu' tapi halus, mbak." pak supir menjelaskan.
"Oooh.. gitu ya pak," aku jadi malu sendiri. Ternyata di beberapa kota di Sumatera aku juga sering menemukan bahasa 'kita' yang artinya 'kamu versi halus'.
Aku juga baru tahu bahwa di Aceh orang menyebut 'sepeda motor' dengan 'kereta' dan 'mobil' dibilangnya 'motor'.
Setelah selesai dengan urusan pekerjaan, salah satu rekan kerja yang berdomisili di Aceh menawarkan untuk tur keliling kota Banda Aceh. Dia bilang,"Habis ini mbak masih sibuk?" Aku menggeleng sembari tersenyum.
"Kalau mau jalan-jalan beli oleh-oleh, mari saya antar. Kebetulan saya bawa kereta diluar."
Mataku langsung membelalak," Kereta?" Yang terbayang di otak saat itu kereta api panjang dan jalan di atas rel itu loh.
"Iya," jawab orang itu sambil menunjuk satu-satunya sepeda motor bebek yang diparkir di sebelah tiang bendera.
Di daerah Bengkulu (kalau tidak salah. aku agak lupa daerah nya), kalau mau bertanya ke orang sana dimana bisa dapat taksi, pastikan orang tersebut mengerti dengan 'taksi' yang kita maksud. karena di sana 'mobil angkutan kota' juga disebut 'taksi'.
"eF eF I"
"Eh iya. Saksikan malam penganugerahan eF...eF...I, di eS Ce Te Pe"
Aku sampai senyum-senyum sendiri melihat iklan di salah satu televisi swasta menjelang di gelar nya acara Festival Film Indonesia yang waktu itu diadakan di Kota Bandung. Memang sudah jadi commonknowledge kalau orang sunda itu rada sulit mem-pronountiate huruf F dan V. Tapi aku baru tau ada yang hal semacam itu yang unik lagi di Makassar.
Waktu aku sedang di Makassar, kebetulan ada keperluan harus ke Bank. Aku bertanya ke pak supir mobil rental yang mengantar aku selama di kota tersebut,"Pak, disini ada bank?"
"Oh, disini banyak Ban mbak. Ada Ban Mandiri, Ban BCA, Ban Danamong..." Jawab pak supir.
Saat itu aku belum ngeh dengan keganjilan pengucapan pak supir itu. Hingga besoknya, pak supir itu bilang," Maaf telat mbak, tadi saya ganti Bang dalam dulu." Kemudian sayup-sayup aku dengar calon gubernur sedang berkampanye di radio, katanya, "Itu gunanya pajak. Untuk menutup Loban-Loban di Jalang." Aku baru mulai menyadari ada sesuatu yang berbeda.
Setelah di konfirmasikan ke salah satu teman aku yang asli orang Makassar, aku baru tahu ternyata disana pengucapan kata yang diakhiri huruf n, pengucapannya diakhiri dengan ng. Kebalikannya, kata yang diakhiri huruf ng, pengucapannya diakhiri dengan n. Contohnya, Ulang tahun akan menjadi Ulan Tahung.
Bahkan konon ada cerita seorang pria makassar yang di tuntut cerai oleh istrinya, pada waktu dikasih kesempataan membela diri dia berkata," Pak hakim, saya tidak mengerti apa yan kuran dari saya. Saya ini ganten, banyak uan, punya mobil kijan."
Istrinya menjawab," Kurang G, pak hakim"
Bagi orang makassar, tolong jangan diambil hati bukan maksudnya untuk menyinggung SARA loh. *peace*
Kesalahpahaman lain akibat perbedaan bahasa juga terjadi di Makassar. Ketika aku dan pak supir telah tiba di Ban Mandiri, aku berkata," Bapak tunggu disini ya, saya turun dulu sebentar."
"Iya. Kita turun saja disini," kata pak supir. Aku jadi bingung, kenapa dia mau ikut turun juga ya? " Oh, ga usah pak. Saya cuma sebentar. Bapak tunggu di mobil saja."
"Maksud saya juga begitu mbak. Kita yang turun...." si bapak itu ternyata masih nekad mau ikut-ikutan juga, aku segera menyanggah dengan lebih ngotot,"Saya bisa sendiri kog, pak. Ga usah ditemenin."
Tiba-tiba pak supir tertawa sendiri. Tiba-tiba aku kebingungan sendiri. "Kalau disini, 'kita' itu artinya sama dengan 'kamu' tapi halus, mbak." pak supir menjelaskan.
"Oooh.. gitu ya pak," aku jadi malu sendiri. Ternyata di beberapa kota di Sumatera aku juga sering menemukan bahasa 'kita' yang artinya 'kamu versi halus'.
Aku juga baru tahu bahwa di Aceh orang menyebut 'sepeda motor' dengan 'kereta' dan 'mobil' dibilangnya 'motor'.
Setelah selesai dengan urusan pekerjaan, salah satu rekan kerja yang berdomisili di Aceh menawarkan untuk tur keliling kota Banda Aceh. Dia bilang,"Habis ini mbak masih sibuk?" Aku menggeleng sembari tersenyum.
"Kalau mau jalan-jalan beli oleh-oleh, mari saya antar. Kebetulan saya bawa kereta diluar."
Mataku langsung membelalak," Kereta?" Yang terbayang di otak saat itu kereta api panjang dan jalan di atas rel itu loh.
"Iya," jawab orang itu sambil menunjuk satu-satunya sepeda motor bebek yang diparkir di sebelah tiang bendera.
Di daerah Bengkulu (kalau tidak salah. aku agak lupa daerah nya), kalau mau bertanya ke orang sana dimana bisa dapat taksi, pastikan orang tersebut mengerti dengan 'taksi' yang kita maksud. karena di sana 'mobil angkutan kota' juga disebut 'taksi'.
Mil, entah ini penghinaan terhadap gua atau bukan, hahahah
BalasHapuswakakakka.. iya mil.. sama tuh dimedan juga bilang motor juga kreta.. blg mobil malah motor :) jadi inget percakapan monik DE dan yasir (DE) ditelp masalah speda motor FAO yg dikrm ke LDCC wkwkkwkwkw (tanya monik deh critanya)
BalasHapus@cipu: kapan mo bikin postingan beda bahasa Indonesia Vs Melayu wkwkwkkkk
BalasHapus@Mba Ika: klo di malaysia, Kereta artinya mobil hehee.. Kereta Awam = Public Transportation. Kereta Tanah = Train :D
lain ladang lain belalang..
BalasHapusahahaha
pengalaman unik sekaligus lucu nih.. :)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapushahaha... itu namanya okkots (ada di postinganku) kak mila ..
BalasHapussaya juga orang makassar tapi tidak okkots ..
hehehe ..
kalo di medan atau aceh, kita itu bisa juga jadi aku. wehehehe..
BalasHapusCekikikan aku bacanya mbak, aku seneng banget deh kalo dapet ilmu baru tentang bahasa, bahasa apa pun itu, hehehe
BalasHapusSalam,
Kesya.