Senin, 22 Desember 2008

Trunyan


Pohon di samping ini kelihatannya seperti pohon biasa saja kan?

Tapi pohon besar ini digunakan dalam proses pemakaman masyarakat di desa Trunyan, Bali. Mayat penduduk desa yang meninggal di letakkan dekat pohon ini, tidak dikubur loh. Cuma di geletakan begitu saja melewati proses penguraian secara alamiah hingga tinggal tulang belulang.

Anehnya, mayat-mayat itu sama sekali tidak berbau.



Desa Trunyan terletak di tepi danau Batur, Kintamani. Untuk mencapai desa Truyan kita harus naik perahu motor menyebrangi danau selama 20-30 menit. Udara di daerah ini sangat sejuk, mungkin karena lokasinya di pegunungan kali ya.





Menurut sumber, secara spesifik, terkait dengan kepercayaan orang Trunyan mengenai penyakit dan kematian, maka cara pemakaman orang Trunyan ada 2 macam yaitu:


Cara Pertama, dikubur / dikebumikan. Orang-orang yang dikebumikan setelah meninggal adalah mereka yang cacat tubuhnya, atau pada saat mati terdapat luka yang belum sembuh seperti misalnya terjadi pada tubuh penderita penyakit cacar, lepra dan lainnya. Orang-orang yang mati dengan tidak wajar seperti dibunuh atau bunuh diri juga dikubur. Anak-anak kecil yang gigi susunya belum tanggal juga dikubur saat meninggal.



Cara Kedua, meletakkan jenazah diatas tanah dibawah udara terbuka yang disebut dengan istilah mepasah.
Orang-orang yang dimakamkan dengan cara mepasah adalah mereka yang pada waktu matinya termasuk orang-orang yang telah berumah tangga, orang-orang yang masih bujangan dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal.

Jadi kalau lihat foto di bawah ini, di belakang ku itu, di bawah kayu-kayu itu, tergeletaklah jenasah-jenasah yang disemayamkan dengan cara Mepasah.




Menurut penduduk setempat, kita tidak mencium bau anyir dari mayat tersebut karena baunya diserap oleh pohon besar tersebut. Pohon itu disebut pohon Taru Menyan, yang kemudian menjadi dasar nama desa tersebut, desa Trunyan.


9 komentar:

  1. Kalau aku lebih milih jalan-jalan ke tempat lain daripada jalan-jalan ke tempat penampungan jenazah begitu hehehe.... Iih... Serem gak tempatnya ?!?

    BalasHapus
  2. horror jg ya :D
    tp itu tradisi turun temurun yg buat orang luar jd unik hehe.. btw, masyarakat sana menganut agama apa ya?

    BalasHapus
  3. yg pake baju putih kacamata item juga Mepasah?


    peace ... xixixi

    BalasHapus
  4. Oow desa trunyan, ceritanya menarik sekaligus mistik, thxs share infonya menarik banget :)

    (wuiih fotonya jejeran ama tengkorak) :D

    BalasHapus
  5. Mba reni= aq dtg nya siang2 siy, jd ga gitu serem. DIsana rame, bnyk turis Klo malem2 horor juga kali ya..

    Yna= aq rasa siy, hindu.

    aRai= ya bukan siy.. tp kan yg empunya blog mst taro foto donk ;p

    aRa= Di tana toraja, sulawesi juga ada yg mirip. Bedanya mayat nya di taruh di dalam batu yang besaaaaar banget. Lagi ngumpulin niat buat kesana he3..

    BalasHapus
  6. cuman ngumpulin niat?
    aku mah ngumpulin duit kalo mo kesana ... hehe

    BalasHapus
  7. Keren bgt di desa itu, lagian aku juga lagi bikin makalah ttg pemakaman org2 ditrunya.. Emank nya ada ritual tertentu untuk menguburkan mayat diruang terbuka gitu??

    BalasHapus
  8. trunyan adalah BALI AGE = Bali asli. yg takut jangan kesana ya.......

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...