Kadang saya suka aneh sama jalan pikir perusahaan penerbangan itu, kenapa semakin murah tiket yang kita beli justru rute nya semakin panjang. Bukannya kalau lebih jauh itu berarti lebih banyak pakai bahan bakar ya?
Misalnya sekarang ini saya harus terbang 4 jam dulu ke Utara padahal tujuan saya sebenarnya ke Selatan. Jadi setelah terbang ke Kuala Lumpur, saya terbang kembali ke Selatan melewati pulau Jawa lagi menuju benua Australia.
Entahlah, kayaknya saya ga perlu mikirin gimana cara kerja mereka itu selama bisa dapat tiket murah meriah.
Setelah melewati loket transfer penerbangan di bandara LCCT Kuala Lumpur saya menuju ruang tunggu yang penuh sesak sama penumpang. Beruntung saya mendapatkan tempat duduk pas di depan gate keberangkatan saya berikutnya, disebelah satu keluarga asal Australia yang (dari hasil nguping) sepertinya baru saja berlibur di Malaysia dan akan pulang ke negaranya.
Salah satu anak lelakinya yang berusia sekitar 8-10 tahun sedang memegang sepotong sandwich isi daging dan sayur-sayuran duduk pas disebelah saya dan melahap makanannya. Bunyi kriuk kriuk yang berasal dari perut saya segera menyadarkan saya yang lagi terpana sama sandwich dengan mata menatap nanar sambil menelan air liur.
Wajar saja, sudah waktu nya makan siang dan dari pagi perut saya hanya diisi sebungkus wafer tango. Mau beli makan tapi ga punya uang ringgit. hadeeeeh... belom juga sampe ostrali udah memelas gini nasib saya. Emang dasar turis kere. Saya segera mengalihkan pandangan saya sebelum sepasang mata biru anak laki-laki itu menangkap gelagat saya yang lagi mupeng sama makanannya.
Untuk menghibur cacing-cacing di perut saya yang mulai demonstrasi garuk-garuk kulit lambung sampai perih, saya mengeluarkan iPad. Biar Miskin asal Sombong, biar kelaperan asal gaya. Untuk menghabiskan waktu yang masih sekitar satu jam lagi saya membuka e-book The History of Australian exploration from 1788-1888 yang baru saya download kemarin siang.
***
Di tahun 1788, rombongan 11 kapal bertolak dari Inggris di pimpin oleh kapten kapal Arthur Philip. Rombongan itu terdiri dari 751 narapidana, 250 tentara beserta kru kapal, beberapa ekor sapi, babi dan kambing. Mereka menuju suatu daerah antah berantah yang mereka sebut Lands Beyond The Seas.
‘First Fleet’ adalah sebutan bagi mereka, rombongan orang-orang (mungkin juga termasuk hewan-hewan ternak) Eropa pertama yang telah melalui perjalanan ribuan kilometer dan ratusan hari, jauh berpisah dari tanah kelahiran mereka tanpa tahu apakah mereka akan mati tanpa akan melihat nya lagi. Seperti perjalanan yang mereka tempuh selama berbulan-bulan, terombang-ambing di laut, seperti itu pula nasib mereka. Terombang-ambing. Entah kehidupan macam apa yang menanti mereka di seberang lautan.
Adalah
James Cook dengan kapalnya yang bernama Endeavour, orang Inggris pertama yang
berhasil menjelajah hingga ke bagian timur dari pulau ekstra luas yang saat itu
belum banyak di ketahui orang, Terra Australis yang berarti pulau paling
selatan dari semua pulau. Apa yang ada di dalamnya masih menjadi misteri besar,
rute yang paling dihindari oleh para pelaut kecuali apabila terpaksa terseret
badai. Menurut kabar berhembus dari pelaut yang pernah terdampar disana, pulau tersebut dihuni mahluk buas yang tinggi besar berkulit gelap mengkilat.
Sebelumnya
para pelaut Belanda telah sampai di sana dan mengklaim bagian barat pulau itu
dengan nama New Holland. Namun karena mereka tidak melihat adanya prospek di
daratan itu jadi mereka tidak meng-eksplore pulau ini lebih
lanjut. Lagipula, pas jaman itu mereka lagi sibuk-sibuknya berusaha menguasai pusat rempah-rempah di Nusantara.
Untuk
menghambat ekspansi Belanda lebih jauh di pulau itu, Cook yang mendarat di
bagian yang belum pernah di jamah oleh Belanda - di bagian timur pulau,
mengklaim nya menjadi milik Kerajaan Inggris dengan nama New South Wales.
Beberapa
tahun setelah Cook kembali ke Inggris dan melaporkan hasil temuannya ke
Pemerintah Inggris, diputuskanlah untuk mengirim para narapidana ke daerah
tersebut. Berbekal petunjuk dari Cook, kapten Philip menempuh perjalanan
berbulan-bulan hingga tiba di lokasi yang dituju, Botany Bay.
Kondisi
Botany Bay tidak layak untuk di huni, tanahnya pun sangat kering hingga tak
mungkin bisa ditanami. Akhirnya Philip memutuskan untuk mencari lokasi lain
untuk rombongannya. Beliau memutuskan berlayar ke arah utara dengan perahu kecil menyusuri pinggir laut hingga menemukan lokasi yang cocok.
Kapten Philip sampai di suatu lokasi yang sekarang telah menjadi salah satu pelabuhan terindah di dunia, Port Jackson. Kapten segera mengarahkan kapal-kapal nya menuju tempat itu dan memimpin pembentukan koloni pertama di tempat yang kemudian dinamakan Sydney.
Salah satu sisi Port Jackson di tahun 2012 |
Di hari itu - pas di tanggal 26 Januari 1788, dimana rombongan 'First Fleet' dari Inggris menjejakkan kaki mereka pertama kali, hingga saat ini diperingati sebagai Australia Day.
***
Pengumuman sayup-sayup dari speaker memberitahu bahwa penerbangan Air Asia X menuju Melbourne akan segera Boarding, saya pun segera berkemas dan siap-siap untuk duduk kaku di dalam pesawat selama 7 jam lagi. Saya hanya berharap penumpang yang duduk disebelah saya ga cerewet ngajakin ngobrol soalnya saya dan cacing-cacing saya mau tidur sampai nanti mendarat di Negeri Kangguru sambil dengerin Kylie Minogue, artis ostrali favorit saya.