|
Masuk hutan demi Tarsius |
Berburu disini maksudnya bukan untuk menyakiti, menculik, *apalagi* membunuh. Saya memburu Tarsius hanya karena ingin melihat hewan langka yang katanya hanya ada di Sulawesi. Sembari pulang kampung ke Manado, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi Tangkoko - hutan lindung, yang letaknya tidak jauh dari kota Bitung.
Satu jam perjalanan dari Manado ke Bitung di tambah sekitar 25 kilometer lagi melalui medan yang lumayan "menantang", sampai deh di Tangkoko. Jalan menuju ke lokasi memang sempit, terjal dan tidak mulus, tapi masih bisa dilewati mobil tipe Avanza/Xenia. Kalau misalkan ga ada acara nyasar-nyasar, kira-kira 1,5 jam lah dari Bitung. Tapi kalau jalan sama saya, kayaknya wajib banget deh ada acara nyasar-nyasar nya. Ibaratnya kalau ga nyasar itu kayak makan sayur tanpa garam.
Sampai di Tangkoko nge-pas banget waktunya, sekitar jam 5. Jadi ceritanya, hewan yang mau di buru itu adalah hewan nocturnal. Siang hari mereka bobo di sarang nya. Sore-sore saat matahari sudah mau terbenam baru mereka mulai keluar dari sarang untuk cari makanan. Jadiiiiii... kesempatan paling baik kalau mau lihat mereka ya pas waktu keluar sarang itu, soalnya kalau sudah kemaleman Tarsius nya keburu berkeliaran dan lebih susah lagi dicari. Apalagi tubuhnya kecil banget dan lincah lompat-lompat di atas pohon.
Sebenarnya hutan di Tangkoko ini, selain habitat nya Tarsius juga merupakan habitatnya Macaque (monyet hitam besar yang rambutnya spike gaul), babi hutan, babi rusa dan 180 spesies burung. Burung yang paling ngetop disini adalah burung Maleo dan burung Rangkong. Sayangnya jam 5 sore, burung-burung dan monyet hitam itu dah pada tidur. hiks!
Setelah melewati jembatan kayu yang mengerikan dan jalan tanah menembus hutan belukar, mobil yang mengantar saya sampai juga dipintu gerbang hutan. Bayar entrance fee Rp. 72,000 per turis domestik, itu sudah include guide yang mengantar dan jagain kita. Satu guide untuk 2 orang. jadi kalau ber-enam ya guide nya 3.
Karena mengejar waktu, guide yang nganterin jalan ngepot-ngepot... ya terpaksa deh ngikutin. Jalannya menanjak dan sudah mulai gelap, kalau ga hati-hati bisa kesandung akar pohon atau ular....hiiiiii..... Akhirnya sampai juga di depan pohon beringin yang kata guide-nya adalah salah satu sarang Tarsius yang ada di Tangkoko. Untung Tarsius nya belum keluar. Jadi kita nunggu di depan pohon nya sambil istirahat ngatur napas.
|
Tarsius baru keluar dari sarang nya |
Tarsius Spectrum adalah hewan mamalia terkecil, ukurannya hanya sebesar telapak tangan orang dewasa. Anatomi tubuhnya hampir mirip sama monyet, matanya unyuuuuuuu..... bulat dan besar hampir mirip seperti burung hantu, tapi kalau dari jauh hampir mirip sama koala. Yang jenis Spectrum begini cuman ada di Sulawesi. Tarsius jenis lain, yang biasa kita kenal dengan nama Kukang, terdapat di Sumatera dan Kalimantan.
Si unyu ini tinggal di dalam rongga pohon beringin. Makanannya serangga. Badannya kecil tapi ekornya panjang banget, bisa 2 kali panjang badannya. Dan muka nya ngegemesin bangeeeetttt..... Kepalanya bisa muter 180 derajat tapi ga bikin ngeri, malah makin ngegemesin. Mereka adalah spesies langka yang terkenal sangat setia sama pasangannya. Jadi sepasang Tarsius jantan & betina akan bersama terus hingga akhir hidup mereka. Co cwiiiiiit kaaaan.......Seekor Tarsius betina hanya bisa melahirkan satu anak dalam waktu setahun.
|
Si unyu yang setia |
|
Matanya......... unyuuuuuuuuu.. |
Somehow, saya merasa beruntung Papa Said kampung nya di Sulawesi jadi saya bisa ikutan pulang kampung hehee....
Pulau yang bentuknya mirip huruf K itu ternyata terletak di garis Wallace yang memisahkan jenis satwa Asia dan jenis satwa Australia. Ada di perbatasan malah membuat jenis hewan di sini unik-unik. Gajah dan Harimau yang merupakan hewan jenis Asia tidak ada di sini. Koala dan kangguru yang jenis Australia juga tidak ada disini. Malahan adanya hewan aneh yang tidak terdapat di mana-mana. Pulau ini juga katanya termasuk terisolasi, jadi jangan heran kalau misalkan si Tarsius Spectrum hanya ada di pulau ini, soalnya dia ga bisa migrasi ke pulau lain. Sama halnya dengan Anoa yang juga hanya ada di Sulawesi.
Kalau ga punya jiwa petualang seperti saya dan pengen lihat Tarsius Spectrum, di Bitung ada kebun binatang yang punya hewan ini.
Bagi yang punya jiwa petualang tapi ga pengen nyasar-nyasar kayak saya, bisa ikut Tur Tangkoko di travel-travel lokal. Soalnya jalan menuju lokasi nya agak ribet dan minim penunjuk jalan, jadi daripada kelamaan nyari-nyari jalan meningan ikut tur aja. Kecuali kalau perginya memang sama orang lokal yang tau. Sayangnya sodara-sodara saya yang orang lokal sana belum pernah kesana, jadi saya tetep aja nyasar-nyasar.
Di lobby hotel swiss-belhotel Maleosan, ada travel yang menyediakan Tur di Manado, Minahasa dan sekitarnya. Biasanya mereka juga menyediakan paket diving & snorkeling. Kalau cari di Google juga sekarang sudah banyak kog travel lokal di manado, beda banget kayak waktu saya ke Manado 2 tahun yang lalu. Sekarang banyak banget turis asing berkeliaran.
Tidak jauh dari lokasi Tarsius itu juga ada pantai nya. Konon menurut guide nya, kalau malam di pantai nya itu banyak kunang-kunang yang cantik. Sayangnya saya tidak sempat mampir ke pantainya karena takut kemaleman kembali ke Manado. Tapi kalau punya waktu banyak sih ga perlu takut kemaleman, karena tidak jauh dari pintu masuk ke hutan Tangkoko banyak terdapat Homestay untuk penginapan. Bahkan ada Resort bagus juga.