Kompleks Candi Arjuna di Dieng merupakan bangunan candi tertua yang dibangun di Jawa. Dibangun oleh kerajaan Holing atau Kalingga di sekitar abad ke-7. Bentuknya lebih sederhana jika dibandingkan Borobudur atau Prambanan yang dibangun ratusan tahun setelahnya, tapi prinsip-prinsip dasar arsitektur candi sudah tampak di bangunan candi di Dieng ini.
Ada yang bilang kalau Dataran tinggi Dieng awalnya sudah merupakan tempat ibadah kepercayaan di nusantara sebelum Hindu masuk. Kepercayaan tersebut sangat kuat dengan pemujaan terhadap leluhur. Kemudian seiring dengan masuknya pengaruh Hindu, dataran tinggi ini berubah fungsi menjadi tempat ibadah Hindu. Bisa dibilang bahwa candi ini dibangun pada masa transisi dari kepercayaan masyarakat Jawa Kuno ke Hindu. Walaupun begitu candi-candi yang dibangun setelahnya konsep dasarnya sama dengan Candi di Dieng ini.
Candi di Dieng terdiri dari 3 bagian; Atap Candi (Swarloka), Tubuh Candi (Bhuwarloka) dan Kaki Candi. Terdapat bangunan Kala di pintu-pintu nya sebagai penolak bala dan Makara (mahluk mitos Hindu yang melambangkan air) untuk mengalirkan air. Batu yang digunakan adalah batu andesit dan di susun tidak mengunakan perekat, melainkan dengan suatu sistem yang membuat batu-batu itu tersusun bertautan.
Sistem sambungan batu di candi-candi yang ada di Jawa |
Kala dan Makara |
Menurut legenda, Kala adalah demon bernama Rahu yang dihukum oleh Wisnu karena mau mencuri ramuan keabadian para dewa. Jadi barang siapa yang meminum ramuan itu hidupnya akan abadi alias gak mati-mati. Rahu sudah berhasil mencuri dan sudah memasukan cairan itu kedalam mulutnya, tapi kemudian Matahari dan Bulan yang menyaksikan kejahatan Rahu melapor ke Wisnu sebelum cairan itu sempat ditelannya. Akhirnya Wisnu menghukum Rahu sehingga bagian atas kepala dan rahangnya hidup eternally tanpa tubuhnya yang mortal.
Gerhana matahari dipercaya merupakan usaha balas dendam Rahu kepada Matahari dan Bulan, tapi karena Rahu hanya punya kepala bagian atas dan rahang jadi usaha balas dendamnya selalu gagal dan Matahari akan selalu muncul kembali.
Potongan Kala model lain yang dipajang di Museum Dieng Kailasa |
Di Dieng ada Museum yang menurut saya keren bernama Museum Dieng Kailasa yang menjelaskan tentang candi, dari mulai proses akan dibangunnya sebuah candi hingga komponen-komponen yang terdapat dalam candi. Bahkan ada pemasangan film tentang Candi di Dieng di teater yang terdapat di dalam museum.
Untuk membangun sebuah candi ternyata perlu ritual-ritual khusus. Pertama-tama Sang Raja akan memilih para tenaga ahli untuk membangun candi yang disebut dengan Silpin yang dikepalai oleh seorang Sthapaka, yang juga bertanggung jawab sebagai arsitek atau perancang bangunannya.
Untuk membangun sebuah candi ternyata perlu ritual-ritual khusus. Pertama-tama Sang Raja akan memilih para tenaga ahli untuk membangun candi yang disebut dengan Silpin yang dikepalai oleh seorang Sthapaka, yang juga bertanggung jawab sebagai arsitek atau perancang bangunannya.
Memilih lokasi atau lahan untuk dibangun candi tidak bisa sembarangan, ada upacaranya. Kemudian ada ritual-ritual untuk menentukan arah mata angin, Utara - Selatan. Barulah kemudian ditentukan batas dan titik pusat halaman candi. Nanti di titik pusat itu akan ditanam sesuatu bernama Peripih, semacam deposit-box berisi barang-barang berharga dan semacam benih yang merupakan simbolis dari energi spiritual candi itu yang akan tumbuh. Pokoknya ribet dan kelihatannya banyak birokrasinya. Dari itu saya jadi berpikir, jangan-jangan birokrasi memang merupakan sifat dasar rakyat kita, buktinya itu sudah mulai dilakukan sejak jaman bikin candi.
Candi Arjuna |
Candi Semar |
Candi Srikandi |