Pencarian innerpeace di bawah kehangatan sinar matahari yang menyusup melalui celah-celah pohon kelapa, di terpa semilir angin laut yang sejuk dan suara ombak berpadu dengan kicauan burung tak akan lengkap tanpa berbagi gelak tawa ceria bersama teman-teman. Begitupula waktu saya dan Chacha ke Bali dalam rangka pencarian innerpeace, dua orang perempuan cantik turut menghiasi perjalanan kita.
Perempuan cantik pertama berasal dari Purwokerto dan ini adalah kali pertama Saya dan Chacha bertemu sama perempuan mungil yang dari status socmed nya sering banget melipir dari kantor. Kita kenal sama tante ini waktu kita sering mainan Plurk jaman dulu, walopun saya udah ga pernah buka-buka akun plurk saya tapi masih sering hubungan sama tante ini di socmed lain, namanya Tante Silvy atau lebih beken dengan sebutan Punky. Tante Punky dan si bujangnya yang lucu sudah tiba lebih dulu di Bali, jadi kita janjian di bandara Ngurah Rai. Baru deh kita culik si tante ke Ubud, makan Bebek Bengil. Nah ini edisi penculikan di lain hari lagi, di hari yang ini kita culik si tante ke Pantai Padang-Padang.
|
Tante Punky, Saya dan Chacha yang lagi ribet ama gadgetnya, difoto oleh si bujang Siba |
Di pinggir jalan di depan Mall Benoa kita memungut satu lagi perempuan manis asli Bali. Well, dia ini memang keturunan Bali dengan nama dan wajah yang Bali banget, tapi kelakuannya sudah terkontaminasi karena lama tinggal di Ibukota. Walaupun begitu katanya dalam darahnya masih mengalir ke-Ida Ayu-an nya melalui bakatnya dalam menulis. Hmmm... ya harus saya akui dari dulu saya selalu terkagum-kagum sama tulisannya yang smart dan witty, dan eeeenggg... sarkastik. Coba aja liat blognya
Kucinghitamjalanjalan
Saya sih manggil dia Dayu, tapi karena ini di Bali jadi tambahin Ary di belakangnya untuk membedakan dia dengan Dayu-Dayu yang lain. Dayu Ary teman sebangku saya waktu SMA dulu, dia biasa melalap buku novel 400 halaman dalam sehari. Jadi pagi-pagi pas jam pelajaran pertama dia mulai baca buku itu, sore-sore di jam pelajaran terakhir pas saya mau siap-siap pulang dia sudah menyelesaikan novel itu. Mungkin kecepatan bacanya mencapai 15,000 kata per jam.
After college dia kembali ke Bali dan bekerja sebagai Wedding Planner, semacam perannya Jennifer Lopez di film gitu. Tapi untungnya pria idamannya bukan berasal dari salah satu kliennya walaupun cerita nya ga kalah dari film bergenre drama romantis manapun. Saya belajar satu hal dari kisah cinta nya Dayu Ary, bahwa jodoh itu datangnya bisa aja ga terduga-duga. Kemarin bisa aja jodoh kita itu tinggal di belahan dunia lain dan kita ga pernah tau tentang keberadaannya, eh mungkin aja loh besoknya tiba-tiba orang itu ada di depan mata kita and voila..love is in the air.
Pada saat semua orang skeptis dan pesimis bahwa cowok itu ga akan datang (err.. itu gue ya day), Dayu tetap mengikuti kata hati nya dan tetap nunggu cowok itu and voila... she got the man. Mungkin memang benar, kita hanya harus belajar mendengarkan kata hati kita sendiri dan tetap percaya bahwa Yang Di Atas pasti punya kejutan yang manis dibalik segala cobaan yang kita lalui. Bener begitu bukan, Day? heheheheee.....
Pantai padang-padang terletak di jalan menuju ke Uluwatu. Lokasinya setelah pantai dreamland kalau kita ke arah Uluwatu. Untuk menuju ke Pantai ini kita menuruni tangga di antara celah batu karang yang ukurannya selebar orang kalau jalan maju. Jadi kalau papasan sama orang lain dari arah berlawanan jalannya musti miring kayak kepiting.
Saya bisa sampai di Pantai ini berkat arahan dari wangsit nya Jeung Suzy, yang waktu itu bareng sama saya jalan-jalan naik angkot ke Bogor. Menurut Jeung Suzy, di pantai ini di hari kamis pas sunset saya akan menemukan jodoh saya berdiri di antara dua batu karang yang besar dengan perut kotak-kotak nya. Syaratnya saya harus memakai bikini Fink Puschia dan minta di pakaikan kuteks warna senada sama ibu-ibu yang namanya saya lupa. Tapi saya ingat harganya, Rp.25ribu. Sayangnya saya telat 2 hari datang ke pantai ini, saya datang pas hari Sabtu. Ya jodoh saya ternyata tepat waktu dan ga mau nunggu saya telat dikit, yasudah berarti ga jadi jodoh deh. Weee :p
Ternyata di Pantai ini sudah ramai juga, walaupun ga seramai Dreamland waktu terakhir kali saya dan Chacha kesana. Karena modelnya semacam teluk yang menjorok gitu jadi ga ada ombak disini, pinggir pantainya relatif tenang dengan rombongan ikan-ikan kecil yang hilir mudik diantara batu-batu karang di dasar nya. Ya tapi itu, karena banyak karang jadi susah main air nya, kaki saya aja jadi luka-luka tergores karang-karang.
Karena rencana main air agak tehalang sama batu-batu karang, jadi kita pilih tempat yang agak teduh di bawah bayangan batu karang, menghampar kain pantai. Sambil mengunyah sate lilit tuna yang dibawa Dayu Ary, kita duduk sambil mengamati cowok-cowok bule berkulit tanning dan perut kotak-kotak. We were happy, shared laughter and Sate Tuna, nothing and no one can stand in our way to enjoy our happiness there at Padang-Padang Beach (or anywhere else in this world). We rule our own happiness.
Don't You Wish Your Girlfriend is Hot Like Us - @tantedebz, 2012
|
Siba si bujang, Chacha, dan Dayu |
|
Ga ngerti lagi ngapain |
|
Wajah ceria dibawah matahari |
|
Gaya ababil |
|
Me & Dayu, tampang kita ga ada yg berobah sejak SMA dulu hihihii |
|
Tante Pungky pst lagi liatin cowok sampe serius gitu |
***